Category: Life (Page 8 of 30)

Barenboim

Daniel Barenboim, musikus kelahiran Argentina yang memiliki dua paspor: Argentina dan Israel. Ia General Music Director dari Deutsche Staatsoper Berlin, dan juga menjadi conductor dari Bayreuth Festpielle sejak 1981. Walau secara umum ia merasa tak terusik hidup di negara yang diemohi kaum Yahudi, tapi kadang ada usikan juga. Tokoh politik Jerman seperti Klaus Landowsky dari CDU masih mencapnya sebagai Jew Barenboim: “On one hand, you have young Karajan, Christian Thielemann. On the other, you have the Jew Barenboim.” Barenboim secara enteng cuman menganggap politikus itu nggak ngerti soal keyahudian. Namanya juga politikus.

Sebagai conductor di Bayreuth, tentu Daniel kita lekat dengan Wagner. Kita boleh curiga bahwa cerita tentang Daniel ini kita tulis di sini karena berkaitan dengan Wagner, haha :). OK, jadi pada pertengahan 2001, Barenboim melakukan konser keliling yang antara lain dilakukan di Yerusalem. Barenboim berencana memainkan komposisi Die Walküre yang sungguh membangkitkan inspirasi itu. Tapi pimpinan Israel Festival memintanya mengurungkan rencananya. Jadi Barenboim mengganti bagian itu dengan komposisi dari Schumann dan kemudian Stravinsky. Namun setelah Stravinsky, Barenboim menyempatkan diri berbincang dengan pengunjung, menanyakan apakah tidak berkeberatan jika ia memainkan cuplikan dari Tristan & Isolde. Sebagian pengunjung setuju, tapi banyak juga yang menolak. Maka Barenboim menyatakan bahwa ia akan memainkannya, dan memberi waktu kepada yang tidak suka untuk meninggalkan hall. Sebagian penonton benar-benar keluar, dan barulah kemudian dari ruang itu mengalun melodi indah dari Tristan & Isolde. Tanpa keributan, malam itu.

Peristiwa itu kemudian menjadi isu besar, sampai didiskusikan serius di Knesset, parlemen Israel, seperti yang pernah aku tulis di site ini tahun 2001 dulu. Komite budaya Knesset meminta agar Barenboim diboikot.

Tahun 2002, filsuf Edward Said bercerita bahwa delapan tahun sebelumnya (so: 1994?) Barenboim pernah memainkan Tristan & Isolde dengan anggunnya, sehingga musiknya masih terus terdengar dan terngiang. “I can’t stop hearing that searingly romantic and audacious sound constantly; it’s almost driving me crazy,” ucapnya kepada Barenboim. Lalu mereka berdiskusi panjang soal Tristan. Dan mereka menerbitkan buku bersama, “Parallels and Paradoxes.”

Tristan, dan sebenarnya jua Die Walküre memang punya kemampuan mengesankan untuk bertahan di memori untuk kemudian bangkit dalam suara yang sungguh nyata dan presisi dari memori kita. Di suatu malam di Ibis Montmartre (1995), aku bisa mendengarkan Tristan dari sound system imajiner; dan sempat membuat hati tergetar. Sampai sekarang, bagian Liebestod dari Tristan suka terdengar di saat hati terasa sepi. Kayak sekarang juga, sebenernya.

Belajar Hidup

“Apa sih hidup itu menurut Anda?”

Pertanyaan lucu. Seolah kita bukan orang yang menjalani hidup :). Tapi serius, pertanyaan semacam itu sering masuk ke site ini. Sebenernya nggak salah juga sih, berhubung emang site ini ditajuki “reinventer la vie.” Cuman kebayangnya yang bertanya pasti bukan orang yang jatuh bangun dan mengalami kesakitan dalam menjalani hidup ini.

Waktu ditanya tentang apa yang paling sulit dalam hidup, Nazaruddin menjawab: “Memberi ide kepada orang seperti Anda tentang realita.” Nazaruddin disimbolkan memang sebagai tokoh yang hidup. Arif, tapi tidak muluk2 seperti para sufi karbitan. Menjalani hidup apa adanya, dan demikian merasakan hikmah tanpa harus repot merumuskannya.

“Saya mau belajar hikmah,” kata salah satu calon muridnya.
“Perlu 10 tahun,” kata Nazaruddin.
“Saya akan belajar keras, siang malam, membaca semua buku, dan banyak merenung.” tambah si calon murid.
“Kalau demikian, jadi perlu 20 tahun,” balas Nazaruddin.

Hidup dipelajari dengan menjalani kehidupan, bukan dengan mengulasnya. Hidup bisa seperti Tannhauser, di mana sang pahlawan ditolak oleh otoritas kepemimpinan, tapi tetap melanjutkan hidup. Hidup bisa seperti Tristan und Isolde, di mana manusia secara sukarela berhenti memperjuangkan apa yang paling penting dalam hidup pribadinya, demi berjalannya tata masyarakat. Hidup bisa seperti Siegfried, di mana sang pahlawan tak lebih merupakan manusia terpojok yang tak mengerti perannya dalam tata dunia. Dan kenapa aku ngasih contoh dari Wagner, bukan dari Q&H, soalnya orang suka berdebat soal agama, serem. Mendingan ngasih contoh dari Wagner, nggak ada yang mau bikin ribut, selain Parlemen Israel.

Apakah hidup berarti pengorbanan diri? Boleh, asal Anda melakukannya dengan hati yang jernih dan integritas yang matang, bukan oleh keterpaksaan.
Apakah hidup berarti terus belajar? Tentu, asal belajarnya sambil menjalani hidup.
Apakah hidup berarti perjuangan? Pasti, kecuali perjuangan yang tanpa visi.
Tapi kan hidup itu karunia tuhan? Memang, asal tidak sedang menghadap tuhan yang salah.
Kok bingung sih mendefinisikan hidup? Aku kira karena hidup itu bukan untuk dimainkan
dengan kata-kata.

Burung Kita

NF akhir-akhir ini suka menampakkan keajabian. Tokoh yang selalu nampak alim itu, abis mendadak mengkopi DVD Bocelli-ku buat dijadiin ring tone di communicator, tau-tau ngirim mail berjudul “Date of birth Bird Characteristics.” Hmmm, abis sibuk membahas flu burung (haaaa-chihhh-cuit-cuit-cuit), kenapa tidak membahas burung dari sisi lain?

21 Jan – 17 Feb Robin

A cool exterior disguises a fiery temper and is very opinionated –
although those opinions are not always shared by everyone. They are
proud and particularly home-loving, although have a tendency to be
quarrelsome.

18 Feb – 17 March Goldfinch

Goldfinch people are colourful characters who are sensitive and
always alert. They are gregarious by nature and love being in groups
of people, which offers them security. They need to find an outlet for
their imaginative abilities or they are sometimes be in danger of
becoming nervous and irritable.

18 March – 14 April Hawk

A powerful individual which displays courage and a sometimes
ruthless determination. Avoids problematical obstacles with skill, although
must be fully targeted so as not to waste energy in fruitless chases for the
impossible.

15 April – 12 May Albatross

Has a tendency to have a mind that wanders, but when in search of a
particular goal, will travel great lengths to achieve it. Occasionally, the
albatross may become caught up in things it shouldn’t when not seeing
clearly enough.

13 May – 9 June Dove

Peace-loving by nature, doves will bill and coo about things close
to their heart. They enjoy a fulfilling love-life and rarely fail to
satisfy. They are also patient, adaptable and personable. Their lack
of aggression sometimes makes them the victim of more predatory
characters.

10 June- 7 July Eagle

A well-respected figure which has excellent visionary qualities.
Eagles will truck no nonsense and will fix opponents with a powerful stare.
They have the power to rise above the trivial aspects of humanity, and
are highly talented.

8 July- 4 August Nightingale

More often heard before being seen, nightingales always have
something to say for themselves. They are however very much in tune
with their partners. Their unimpressive exterior hides a personality
that is just waiting to burst out.

5 August – 1 Sept Kingfisher

Another flamboyant and colourful character that is always exciting
to encounter. They rush around at great speed and have a close
spiritual affinity with water. They have a sharp and perceptive head
on them, but can
make them impetuous enough to dive in where others would fear to go.

2 Sept – 29 Sept Swan

The swan is a complex character. While appearing on the surface as a
calm and relaxed individual, underneath they are working hard to keep
up with the pace of modern life. If provoked their natural graceful
demeanour can give way to a violent temper which puts them in a flap.
They are definitely someone to have on your side.

30 Sept – 27 Oct Woodpecker

A tough, hard-working character with plenty of stamina. Has no
problem drumming up support for their ideas, no matter how wacky they seem.
With a lateral-thinking mind they are skilled at dissecting problems
and seeing the wood for the trees. However, with their noisy and
exuberant lifestyle, you might not want to have one as a neighbour.

28 Oct – 24 Nov Kestrel

A sharp brain helps kestrel people hover from one subject to another
without losing concentration. They focus on their life’s goal with a
single-minded focus, not flustered by what is going on around them. A
confidence in their own ability helps them to soar to heights others
may only dream of.

25 Nov – 23 Dec Raven

Always impressive, raven people are a tower of strength. They are
more intelligent than their peers and are adept problem-solvers. They enjoy
challenges are stimulated by wild and exposed places.

24 Dec – 20 Jan Heron

Heron people are deceptive. Although they may be solitary
individuals for much of the time, they nevertheless have a need to settle in
busy communities where they know everyone else. They may get bogged down as
they wade the course of life, but have broad enough shoulders to cope
with weighty issues. But their insecure nature often leads them to
fish for compliments.

Coruscant

Coruscant masih riuh bergemuruh. Jauh di sekelilingnya, bintang gemintang cemerlang tapi tak mencerahkan. Jaket hitamku masih tergeletak di atas meja. Aku melihat sekilas ke hologram tempat «global plan» itu pernah didokumentasikan. Mungkin aku salah, tapi aku masih melihat kecemerlangan di puncaknya. Sesuatu yang secara significant akan mengubah segalanya.

Aku bangun. Jaket hitam aku pakai lagi. Aku yang harus membuat perubahan.

Brian Sinclair

Brian (disamarkan sebagai Tristan Farnon) dipandang orang-orang dekatnya sebagai figur yang menghabiskan hidup untuk tertawa, dan tertawa bersama. Dua buku pertama Herriot berisi banyak cerita waktu Brian berlibur ke rumah kakaknya, Donald (Siegfried Farnon), waktu Alf Wight (James Herriot) masih jadi asisten dokter hewan di sana. Diawali dengan pangakuan Brian bahwa dia tidak lulus ujian patologi, dan “done all right” di parasitologi (yang artinya tidak lulus juga); pengusiran oleh Donald yang cuma dianggap sepi, cerita meluncur panjang.

Alf adalah salah satu korban kejahilan Brian yang utama. Keluar dari bar tangah malam, Brian suka menelepon dan mengaku jadi peternak yang membutuhkan bantuan darurat. “Is that t’vitinry? This is Keel, Hesketh Grange. I ‘ave a big ‘oss as wants stitchin’ up. Cut ‘isself right bad on’t back leg. ‘E’s a nasty devil an’ all!” dan seterusnya sampai Alf berkeringat dingin, baru Brian tertawa keras-keras.

Suatu ketika, ada sas-sus bahwa ada sosok misterius berjubah di Pannal Bank dekat Harrogate. Tampil misterius lalu menghilang. Orang menghubungkannya dengan arwah para pendeta masa lalu. Kebetulan Alf baru melewati tempat itu dengan tegang, pulang, dan dengan pucat melihat sosok berjubah yang menutupi seluruh wajah, tepat di kamarnya, hanya tampak dari pantulan sinar bulan. “Demi Tuhan, siapa itu?” dengan jantung nyaris berhenti, untuk dijawab dengan “B-r-i-a-n!”. Buku “Let’s Sleeping Vets Lie” merinci ketakutan yang dialami tokoh Herriot ini dengan sempurna. Tapi Brian kena batunya. Tak lama seorang polisi berusaha mengejar hantu itu di Pannal Bank. Ditemani Alf pula. Nggak ketemu sih. Tapi paginya Brian tampak shock. Malam itu dia bersembunyi di pipa udara. Udara dingin dengan kecepatan 90 mph menyerangnya semalaman. Dan bau pipis kucing ada di mana-mana. Dan dia tidak bisa mendengar apa pengejarnya sudah pergi, jadi dia bertahan berjam-jam. Sejak itu “Pannal Ghost” menghilang. Dan Donald punya teori tentang kondisi buruk Brian pagi itu: terlalu banyak merokok.

Tak lama, Jerman menginjak-injak Eropa dan mengebomi Inggris. Donald masuk militer, untuk jadi penerbang kelas dua. Tak lama Alf menyusul, dan jadi penerbang kelas dua juga. Perang melebar ke mana-mana, sampai ke ujung Asia. Pemerintah Inggris membutuhkan tenaga profesional, selain tentara tukang bunuh. Maka dilakukan rekruitasi banyak bidang profesi lain. Pada saat itu giliran Brian yang masuk. Dan dia langsung jadi perwira dokter hewan militer, yang terbang sampai daerah-daerah Asia Timur. Memang, begitu simpul Wight, biarpun bisanya cuman ketawa melulu, tapi Tuhan menyayangi orang seperti Brian.

Jenaka, Taqwa, Baik Hati

«Jadilah West yang jenaka, taqwa, dan baik hati.»

Gitu ditulis Papap sekian tahun lalu, waktu aku lagi dalam tahap pembentukan personality (sekarang tahap apa yach?). Papap suka nulis kalimat2 ajaib di dalam surat2nya, dan beberapa di antaranya sampai terbayang literatim verbatim di luar kepala. Mirip titah, yang memang nggak pernah dituntut, tapi menarik untuk dikejar. Dan cukup menarik, bahwa waktu orang tua lain pingin anaknya jadi pintar (biar dapat nilai tinggi, gampang cari kerja, dan cepat kaya), Papap pingin punya anak yang jenaka, taqwa, dan baik hati. Masih penasaran aku dengan urutan yang nggak lazim ini. Nggak kayak orang yang demen kategori dan kaku dalam birokras kan?

Beberapa tahun kemudian, waktu tekanan demi tekanan menempa diri, aku suka berbisik: «Pap, jenakanya udah. Taqwa sama baik hati mudah2n bisa menyusul.»

Papap sebenernya doyan berfilsafat, dan pernah jadi musuh yang menarik dalam diskusi filsafat (mind you, waktu2 itu aku nggak kenal nama Derrida atau semacamnya — Nietzsche udah yang paling modern). Kalau difilsafatin, sifat jenaka sebenernya mengacu ke kesukaan meletakkan pikiran dan perilaku secara out of frame. Dan yang menarik adalah bahwa diskursus kita, baik secara personal maupun kolektif, memang patut dipelesetkan. Dan dari situ kita melakukan penilaian kembali atas nilai-nilai. Barulah kita boleh berani memilih nilai yang jadi nilai kita dan kemudian tegak mengayuh hidup di atasnya. Dan pada sesi ini, baru kita jadi umat yang bertaqwa (bukan sekedar mengikut).

Dan baik hati? Ntar ah. Taqwa juga belum :).

L’Essentiel

The fox to the prince: «Voici mon secret. Il est très simple: on ne voit bien qu’avec le coeur. L’essentiel est invisible pour les yeux.»

The Prince to himself: «Aussi, le plus beau n’a pas pu être capturé par des appareils-photo. Le plus impressionnant n’a pas pu être écrit sur le weblog.»

Shio Kucing

Aku dilahirkan dengan Shio Kucing.

Alkisah, pada waktu Sang Buddha memanggil hewan-hewan, berdatanganlah dua belas hewan satu per satu, dan dari urutan kedatangan hewan-hewan itu, dinamailah dua belas shio. Tapi tentu kucing nggak kebagian nama shio. Kucing sibuk bobo, dan terlalu sibuk bobo, mengabaikan panggilan bahkan dari Sang Buddha.

Jadi itulah aku sementara ini, mewakili kaum yang tidak responsif, yang tidak harus melayani stimulus, dan lebih suka menyuarakan apa yang terasakan dari dalam. Wagnerian barangkali, sila. Garfield? Sure!

Маленький Принц 

Le Petit Prince, dans quelques langues, préparent pour acheter:

Adapoen, oentoek bahasa jang lainnja, dipersilahkan berbondong-bondong mengoendjoengi sitoes Multilingual Books. Atau tentu saja ke web Pangeran Kecil.

BookWorm ke Bogor

Kayaknya, dalam hal tertentu, aku pantas dinamai pengkhianat bangsa. Hrrrrh. Melarikan diri sejenak dari kegiatan kerja, aku berlabuh di Gramedia. Gramedia Bogor, entah dengan alasan apa, selalu kerasa beda dari Gramedia Bandung. Barangkali sistem distribusi bukunya rada beda. Buku2 yang aku temui di sini selalu jadi banyak yang menarik, yang nggak pernah keliatan di Gramedia2 Bandung. Jangan dibandingan Matraman loh. Apalagi dibandingin QB. Apalagi Waterstones ;). Mungkin bukan soal distribusi, tapi soal suasana hati aja. Aku di Bogor sebagai tourist (daripada ngaku businessman, mendingan ngaku tourist — sama2 nggak valid), dan di Bandung sebagai penghuni. Jadi beda apa yang tercerap, dan dengan demikian jadi beda juga apa yang ditemui (OK, sedikit nyontek Berkeley, but … how true).

Di mana sih sisi pengkhianatnya? Di gerakan “support your local writer”, yang theoretically aku dukung penuh. Dua bukunya Jura Chandra aku lalap dalam waktu dua malam. Semalam satu. Dan sempat didiskusikan juga. Aku pernah menikmati bukunya Adhitya, dan bisa senyum2 sampai nyengir di depan buku itu. Di Gramedia Bogor ini, dengan semangat tinggi, aku ambil buku “Eituze”. Tapi lucu: kata2 kehilangan bobot, dan kurang dari 1 menit buku itu udah balik ke rak. Juga buku “Re:” yang ditempatkan nggak jauh dari situ, tersentuh kurang dari 1 menit. Dan yang akhirnya terbaca agak lama malah “The Life of Pi” — kisah anak yang terapung di tengah lautan bersama harimau, zebra, etc. Tapi terus aku lihat buku “Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran”, dan akhirnya buku ini yang diambil. Dua2nya terjemahan tentu. Dan belum ada gerakan “support your local translator” yang perlu didukung. Buku Insiden itu, selain menawarkan sesuatu yang benar2 fantastik, juga didukung penerjemah yang cekatan, bukan saja mentranslasi kata tapi juga makna dan rasa. Pengarang Mark Haddon. Pemerjemah Hendarto Setiadi.

Next, ada buku yang juga menarik: “Temporary Sanity” yang belum tersentuh local translator. Kayaknya pas buat aku, yang masih bertahan sebagai “One of The Most Insane Person”. Ambil. Dan dengan demikian ini buku terbitan 2005 yang pertama aku beli. Penulisnya Charles Manz.

Oh ya, jangan bilang aku arogan, tidak nasionalis, ngeselin. Nggak usah bilang gitu. Aku udah merasa bersalah. Tapi: nggak — aku nggak bisa beli buku dengan alasan untuk mencegah atau menghilangkan rasa bersalah.

Oh ya, Bentara versi 2004 udah terbit. Aku mau ambil juga. Tapi tebal dan berat. Nanti aja di kunjungan berikutnya di Gramedia Bandung. Mudah2an yang ini dianggap “local writer” juga.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑