Diskusi IEEE — Wanita dan Teknologi

Peran utama IEEE dalam memajukan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi global tidak dapat disangkal. Namun, di luar kalangan ilmuwan dan insinyur, peran IEEE ini belum banyak dipahami masyarakat. Asyiknya, sejak kepemimpinan Prof. Gamantyo Hendrantoro dan Dr. Agnes Irwanti di IEEE Indonesia Section, publikasi atas diskursus IEEE telah lebih banyak disebarluaskan ke masyarakat umum. Selama dua tahun berturut-turut, IEEE Indonesia telah menghadirkan Presiden IEEE ke Indonesia, menampilkan diskusi yang disiarkan di televisi untuk meningkatkan minat masyarakat Indonesia.

IEEE President 2024, Dr. Tom Coughlin, mengunjungi Jakarta minggu ini, didampingi oleh IEEE R10 Director Prof. Lance Fung, IEEE R10 Director-Elect Prof. Takako Hashimoto, IEEE R10 Women-in-Engineering Committee Chair Dr. Agnes Irwanti, IEEE Malaysia Section Chair Dr. Bernard Lim, dan IEEE Indonesia Section Chair Prof. Gamantyo Hendrantoro. Sebagai bagian dari kegiatan ini, pada tanggal 14 Mei diselenggarakan IEEE briefing, diikuti dengan talkshow yang disiarkan oleh TVRI.

Tema talkshow adalah “Membentuk Masa Depan: Peran Wanita dalam Industri” — menampilkan para pemimpin terkemuka dari industri, universitas, pemerintah, dan organisasi IEEE di kawasan ini. Salah satunya sohib lamaku, Elysabeth Damayanti, OVP Cybersecurity Telkom Indonesia. Talkshow dimulai dengan pembukaan oleh Dr. Agnes, dan beberapa key speeches dari Bu Mira Tayyiba sebagai Sekjen Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan Dr. Laksana Tri Handoko sebagai Kepala BRIN.

Sebagai salah satu pembicara, aku mulai dengan menyebutkan implikasi Complexity Science: bahwa kita selalu mengakui keragaman pada sistem yang kita rancang, dengan bidang ilmu, agen, pemeran, dll yang sangat berbeda namun saling terhubung, dan menghasilkan emergence: hal baru, nilai baru, keunggulan baru, serta hal-hal yang tak teramalkan. Inilah cara Internet dan dunia digital kita berkembang, dan inilah cara ekosistem alam dan ekosistem bisnis bekerja. Perspektif ini mendorong inklusivitas, karena peran yang berbeda dari berbagai kelompok demografis dianggap penting untuk kelangsungan hidup dan inovasi semua sistem yang kita jalani, termasuk peran wanita. Ini adalah alasan utama untuk menurunkan kesenjangan gender.

WEF menebitkan Laporan Kesenjangan Gender Global 2023, yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-87 dari 146 negara dalam hal kesenjangan gender. Cukup rendah, tetapi masih di depan beberapa negara maju di Asia, termasuk Jepang, Cina, dan Korea Selatan. Skor Indonesia sekitar 68% dalam hal pengurangan kesenjangan gender — termasuk kesenjangan yang cukup rendah dalam kualitas kesehatan, kesenjangan sedang dalam partisipasi ekonomi, dan kesenjangan tinggi dalam pemberdayaan politik.

Kita yakin bahwa transformasi digital — yang sedang kita kembangkan bersama — dapat digunakan menurunkan kesenjangan tersebut. Saat ini kita mengembangkan transformasi digital di tingkat strategis & bisnis untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dari bagian timur hingga barat Indonesia; dengan mengembangkan platform, mengimplementasikan percontohan dengan pemerintah, industri nasional, dan kemudian mengembangkannya. Kita bekerja untuk meningkatkan bisnis UMKM, pertanian, industri, pendidikan, dll, bahkan ke pulau-pulau terpencil di Indonesia. Terbukti, bahwa platform digital telah memberikan akses yang lebih luas kepada semua jenis kelamin secara cukup setara terhadap informasi dan pengetahuan, layanan, peluang pasar & bisnis. Namun, transformasi harus direncanakan dan dilaksanakan dengan hati-hati, disertai upaya pendidikan yang memadai.

Digitalisasi dalam proses kerja memungkinkan kita memberikan pemberdayaan yang lebih baik bagi perempuan. Ini dapat melewati banyak tantangan sosial, mendorong perempuan untuk mengurangi dampak penilaian negatif yang masih ada dari norma-norma tradisional. Transformasi bisnis memungkinkan inklusi yang lebih baik di tempat kerja dan bisnis pada umumnya. Ini juga merupakan peluang bagi perempuan untuk menggabungkan komitmen, kemampuan, dan peluang mereka. Gunakan layanan digital untuk memaksimalkan kolaborasi, bekerja dalam kemitraan, berani memimpin komunitas, memimpin perubahan, dan saling mendukung baik pada tingkat pribadi, tingkat organisasi, maupun ekosistem lintas industri.

Itulah salah satu kuncinya. Kunci lainnya adalah keragaman & keunikan. Perempuan harus menjaga identitas, kepribadian, dan pola pikir mereka sendiri, untuk mempertahankan perspektif & nilai yang berbeda; sambil membuka pikiran mereka terhadap budaya baru, cara berpikir yang berbeda.

Masih banyak waktu kemudian untuk mendengarkan para pembicara super-keren dalam acara ini. Ini salah satu hari paling berhargaku tahun ini: belajar banyak kebijaksanaan. Mudah-mudahan IEEE Indonesia Section terus melanjutkan kegiatan berharga ini lebih banyak lagi di masa depan.

Diskusi IEEE — Perubahan Iklim

Hingga kini, masih sangat jarang ada kunjungan dari Presiden IEEE yang tengah menjabat ke Indonesia. Dalam catatan, Presiden IEEE pertama yang mengunjungi Indonesia adalah Prof Peter Staecker pada tahun 2013, waktu aku baru beberapa hari menjabat Ketua Umum (Chairman) IEEE Indonesia Section. Tahun ini, Presiden IEEE Prof Saiful Rahman mengunjungi Indonesia beberapa hari; sekaligus dalam bagian dari kampanye IEEE atas perubahan iklim. Beliau didampingi Ketua IEEE Indonesia Section saat ini, Prof Gamantyo, dan Ketua Terpilih IEEE Malaysia, Bernard Lim.

Sebagai bagian dari program ini, IEEE berkolaborasi dengan TVRI mengadakan diskusi on-air yang bertajuk “IEEE ASEAN Roundtable Discussion on Climate Change.” Acara diselenggarakan 27 Oktober 2023 di TVRI, dengan Prof Saifur Rahman sebagai pembicara utama, didampingi pembicara lain dari industri, universitas, lembaga riset, dan pemerintah sebagai peserta; dalam bentuk diskusi meja bundar. Penyelenggara kegiatan adalah TVRI, dipimpin Dr. Agnes Irwanti, salah satu anggota Dewan Pengawas, dan Iman Brotoseno, Dirut TVRI. Aku jadi salah satu pembicara, mewakili IEEE Advisory Board.

Aku memaparkan peluang pemanfaatan teknologi yang tersedia atau tengah dikembangkan, untuk mengurangi dan mengatasi dampak perubahan iklim. Perubahan iklim selalu menjadi salah satu motivasi di balik banyak inovasi kolaboratif dalam pengembangan teknologi dan bisnis berbasis teknologi.

Karena pekerjaanku di industri telekomunikasi, aku mengawali dengan memberikan contoh dalam industri mobile. Penggunaan radio kognitif (CR) dan akses spektrum dinamis (DSA) dapat mengoptimalkan teknologi hijau dengan meningkatkan efisiensi dan penghematan spektrum melalui adaptasi dinamis terhadap perubahan kondisi jaringan dan faktor lingkungan. Di daerah perkotaan dengan beban jaringan tinggi, CR dapat beralih ke pita frekuensi yang kurang padat, mengurangi konsumsi daya dan meningkatkan kinerja jaringan; dan juga dapat dioptimalkan untuk memilih infrastruktur jaringan yang paling ramah lingkungan. Perangkat CR dapat mengurangi daya saat berkomunikasi dalam jarak pendek, sehingga dapat menghemat energi. CR juga memungkinkan berbagi spektrum dinamis antara berbagai teknologi. Hal ini mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengurangi konsumsi energi dalam berbagai jenis jaringan yang dipadukan ini. Dengan blockchain, spektrum dapat dibagikan antara operator dengan pencatatan dan penghitungan biaya yang lebih mudah.

Dalam pendekatan yang lebih aplikatif dalam industri, paradigma pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem telah mendorong perusahaan untuk berbagi kapabilitas, sumber daya, dan peluang; sehingga biaya dan risiko dapat ditekan, sekaligus mengurangi beban pada lingkungan melalui berbagai metode berbagi yang dipermudah oleh digitalisasi yang memungkinkan proses dan kemampuan dapat dimodulkan, digunakan kembali, diintegrasikan, diperbaiki, dan dikendalikan bersama antara bisnis yang bersifat kolaboratif atau bahkan kompetitif.

Penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan robotika memainkan peran penting dalam mengatasi perubahan iklim dalam berbagai cara. Beberapa contoh:

  • Teknologi ini dapat digunakan dalam robotika yang meliputi sensor otonom, drone, dan satelit untuk memantau dan mengumpulkan data atas parameter terkait iklim, seperti suhu, kelembaban, emisi karbon, deforestasi, dan lainnya. Teknologi ini membantu dalam mendapatkan data yang akurat dan real-time untuk analisis iklim.
  • AI memudahkan analisis data iklim yang besar, membantu para peneliti membangun model iklim yang lebih akurat. Model-model ini sangat penting untuk memahami perubahan iklim, penyebabnya, dan memprediksi iklim di masa depan.
  • AI digunakan untuk optimisasi konsumsi energi di berbagai sektor, termasuk transportasi, manufaktur, dan konstruksi. Smart grid dan sistem manajemen energi menggunakan AI untuk mengimbangi pasokan dan permintaan energi, mengurangi pemborosan, dan mengintegrasikan sumber energi terbarukan dengan efektif.
  • Manajemen logistik terintegrasi berbasis AI (4PL / 5PL) dapat mengatur layanan logistik untuk berbagi layanan logistik, dengan model rantai pasok yang lebih baik, didukung oleh prediksi permintaan dan produksi yang lebih baik. Ini akan mengurangi juga penggunaan bahan bakar dan beban lingkungan untuk memperluas fasilitas transportasi.
  • AI memperbaiki praktik pertanian, mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan hasil panen. Selain itu, robotika dapat membantu dalam pertanian presisi, mengurangi penggunaan bahan kimia dan meningkatkan keberlanjutan.

Ada banyak aspek teknologi lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kondisi lingkungan, termasuk manajemen energi, manajemen lalu lintas, pendidikan yang dipersonalisasi, dan lainnya. Pembicara lain juga menjelajahi apa yang dapat kita lakukan dalam bidang pendidikan, kebijakan pemerintah, dan bidang lainnya.

Perikemanusiaan dan Perikeadilan

Waktu aku masih jadi Chairman of the IEEE Indonesia Section, sempat ada usulan dari anggota Advisory Board (yang dalam konteks Indonesia berarti mantan ketua IEEE Indonesia Section) tentang Israel. Saat itu, IEEE Indonesia Section tengah sangat gencar melakukan eksplorasi untuk menjadi host atas IEEE international conferences, baik yang skala region (Region 10 Asia Pacific) maupun kemudian level dunia.

Hal yang sering jadi issue adalah soal imigrasi. Banyak peserta konferensi dari negara Asia mengalami kesulitan mengurus visa masuk Indonesia, seperti dari negara Iran dan Pakistan. Beberapa anggota komite sempat menyebut bahwa filtering untuk beberapa negara memang lebih ketat. Salah satu alasannya adalah kekhawatiran Indonesia dijadikan jembatan untuk mencari jalan untuk migrasi ke Australia. Namun warganegara Pakistan yang sudah di Australia pun masih lebih sulit masuk ke Indonesia. Kadang ketua konferensi, atau bahkan ketua IEEE Indonesia Section, harus menulis surat jaminan pribadi ke Kedutaan dan Kantor Imigrasi.

Soalan lain adalah warga dari entitas ilegal zionis yang menduduki Palestina (yang demi kesederhanaan teks akan kita sebut sebagai Israel tanpa tanda petik). Kebijakan yang bijak dari Pemerintah Indonesia untuk selalu menolak adanya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel dianggap jadi penghambat. Kami Excom IEEE Indonesia Section diminta mencari cara untuk memungkinkan dipermudahnya pemegang paspor Israel untuk memasuki Indonesia.

Secara pragmatis, waktu itu aku sampaikan bahwa banyak pemegang paspor Israel sebenarnya memiliki kewarganegaraan ganda, merangkap jadi warga negara Eropa, AS, Kanada, bahkan Singapura. Andaipun mereka hanya punya paspor Israel saja, mereka sangat dipermudah membuat paspor di negara lain. Jadi tidak ada perlunya kita mendorong pemerintah Indonesia memperlunak sikap pada pemegang paspor Israel. Kita tetap menerima mereka dengan tangan dan hati terbuka.

Salah satu anggota senior di Advisory Board kemudian menyampaikan bahwa persoalannya bukan bisa lewat jalan samping, tetapi secara politis Indonesia dianggap tidak ramah pada Israel, dan posisi ini menyulitkan Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah berbagai konferensi internasional.

Atas statement itu, aku saat itu memberikan jawaban bahwa jika persyaratan tertulis atau tak tertulis untuk jadi host adalah harus memberikan rekomendasi atau saran kepada pemerintah Indonesia untuk memperlunak sikap kepada Israel, aku memilih tidak akan mengajukan IEEE Indonesia Section sebagai host — setidaknya selama aku jadi ketua.

Aku rasa, sikap yang sudah diambil Bapak Bangsa kita, untuk melihat perspektif geopolitis global secara lebih cerdas dan mengedepankan perikemanusiaan dan perikeadilan, masih relevan hingga kini, masih jadi kebijakan Pemerintah Indonesia yang patut didukung, dan sudah menjadi bagian dari perspektif pribadi dalam negosiasi global.

Selamat Ramadan!

BBI Papua

Gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) edisi Agustus 2022 dilaksanakan di Provinsi Papua, dengan campaign manager Kemkominfo. Seperti tahun 2021 lalu, Kemkominfo menggelar aktivitas pembinaan UMKM sebelum menyelenggarakan acara perayaan (a.k.a. harvesting). Peran Telkom — selain tentu saja menyediakan infrastruktur, platform, dan layanan digital berkualitas terbaik di dunia (xixixi) — adalah membina para UMKM.

Ini tentu memang bagian dari strategi perusahaan untuk mengembangkan strategi bisnis berbasis ekosistem yang berfokus pada pengembangan ekonomi masyarakat, sesuai panggilan Clayton Christensen dalam The Prosperity Paradox.

Kickoff dilaksanakan di Jayapura, 14 Juli 2022. Team Telkom tiba di Jayapura 13 Juli 2022 dan mengawali kegiatan dengan koordinasi dengan BRI sebagai pengelola pembinaan UMKM Jayapura (via Rumah BUMN Jayapura). Kegiatan pembinaan telah berlangsung rutin, dan kami memastikan bahwa komersialisasi B2B melalui Padi UMKM telah dijalankan di Jayapura. UMKM binaan RB Jayapura ini diundang juga dalam kickoff BBI Papua.

Kickoff dilaksanakan dalam bentuk digitalk yang menghadirkan PIC dari Kemkominfo, Telkom, dan Bank Indonesia (plus beberapa brand pendukung lain yang cuma hadir secara online). Hadir juga perwakilan UMKM dan komunitas pengembangan UMKM.

Kegiatan pembinaan UMKM berikutnya dilaksanakan bulan Agustus 2022 di kota Merauke. Team Telkom mendarat di Merauke (dengan Garuda Jakarta–Jayapura–Merauke) pada 3 Agustus 2022. Kegiatan di hari itu meliputi kunjungan ke Rumah BUMN Merauke yang dikelola oleh Telkom Indonesia.

Kegiatan pelatihan digelar di Coreine Hotel, dengan konten komersialisasi dengan (sekaligus onboarding di) Padi UMKM, serta pendanaan UMKM yang menghadirkan Pimpinan Cabang Pegadaian Merauke. Kegiatan memakan waktu hampir sehari penuh karena minat yang tinggi dari para UMKM.

Kemkominfo juga menyelenggarakan Digitalk di Merauke yang menghadirkan Wakil Bupati Merauke, ditambah PIC dari Kemkominfo, Telkom, dan Bank Indonesia (plus beberapa brand pendukung lain yang cuma hadir secara online) — jadi semacam reuni.

Usai Digitalk, kami menyempatkan diri meninjau perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini: titik KM0 dari Merauke ke Sabang, kalau kita ikuti arah bumi berputar. Tempatnya di Distrik Sota, Merauke.

Sempat berbincang juga dengan beberapa warga Papua Nugini di balik pagar perbatasan. Anak-anak kecil PNG ini lucu-lucu tapi bandel. Suka sekali bermain-main dengan rambutku. Mereka cakap berbahasa Indoenesia dan bahasa Inggris.

Tak hendak memubazirkan waktu yang sangat singkat di Merauke, kami juga mengunjungi titik pembinaan UMKM yang dilakukan oleh komunitas setempat.

Acara puncak Gernas BBI Papua dilaksanakan kembali di Jayapura, 24 Agustus 2022. Dari Telkom, hadir GM Witel Papua (Pak Agus Widhiarsana) dan team dari RMU, Corcom, dan Synergy; serta tentu dari Telkomsel (GM: Pak Agus Sugiarto). Selain memastikan kelancaran kegiatan (incl infrastruktur) dan turut merayakan kolaborasi pembinaan UMKM, kami juga mengkampanyekan virtual expo.

Pemerintah diwakili Kemkomarves (Deputi Koordinasi Parekraf, Bapak Odo Manuhutu), Kemkominfo (Dirjen IKP), Kemdagri, etc. Selain BI dan Telkom, brand pendukung lain kini hadir secara onsite juga. Demo virtual expo dilakukan oleh perwakilan dari kementerian-kementerian, dipandu PIC dari Telkom. UMKM yang hadir meliputi UMKM binaan Telkom dan komunitas pembina UMKM lain (incl BI, Pemprov, Pemkab, Dekranas etc).

Intinya, kegiatan-kegiatan di Papua ini berjalan cukup baik; dan tentu saja memerlukan komitmen, kapabilitas, dan kolaborasi lebih kuat untuk keberlanjutan program demi mencapai tujuan memakmurkan rakyat Papua melalui ekonomi digital.

Lalu kita lanjutkan pekerjaan lain seraya menanti rembang petang saat matahari terbenam; di tepi Teluk Cendrawasih, Jayapura.

Ternate & Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore adalah bagian penting dari sejarah Indonesia. Dua kerajaan di dua pulau kecil di barat Pulau Halmahera ini memiliki kekuasaan di nyaris seluruh Indonesia Timur. Ternate menguasai hingga Mindanao, Sulawesi utara dan tenggara, Papua barat, Halmahera utara; sementara Tidore menguasai Halmahera selatan hingga Papua. Bersama Makian dan Moti, wilayah ini dikenal sebagai Moloku Kie Raha (Persatuan Empat Kerajaan) yang kemudian disebut Maluku.

Gunung Tidore tampak dari Pulau Ternate

Maluku, bersama dengan berbagai wilayah nusantara lain, terlibat dalam perdagangan internasional sejak awal milenium pertama. Jalan sutra serta perdagangan lintas Samudera India hingga Yaman, ke negeri Syam, lalu ke Eropa, memiliki ujung timur di kepulauan ini, dengan berbagai rempahnya yang mewarnai budaya dunia. Didudukinya Konstantinopel oleh Kekhalifahan Utsmany mendorong bangsa Eropa mencari jalan ke ujung rantai perdagangan ini, dengan Portugal berlayar jauh ke timur dan Spanyol jauh ke barat, hingga mencapai wilayah Maluku. Sempat Ternate bersekutu dengan Portugal, sementara Tidore bersahabat dengan Spanyol — namun akhirnya semuanya jatuh ke penguasaan keji VOC. Di abad ke-21 ini, kita mendapati bahwa wilayah ini, yang kini dipersatukan dalam Provinsi Maluku Utara, memiliki tingkat ekonomi yang cukup rendah dibandingkan banyak wilayah lain di Indonesia.

The Sultanate of Ternate in the era of Sultan Baabullah.

Aku mendarat dengan GA648 di Sultan Baabullah Airport, Ternate, hari ini pukul 7:45 WIT. Sebetulnya sempat mengharapkan ada waktu untuk diskusi ringkas tentang rencana perluasan program pembinaan UMKM Maluku Utara dengan rekan-rekan Telkom di Ternate dan Halmahera. Telkom telah memiliki UMKM binaan yang produknya dapat diunggulkan, dan aku sudah dapat list-nya dari Bang Lonely Baringin, GM Witel Sulut & Malut — namun seluruh manajemen Telkom di Indonesia bagian Timur sedang menghadiri rakor di Kepulauan Maluku Tengah :).

Sultan Baabulah Airport dengan Latar Gunung Gamalama di Ternate

Sebagai bagian dari misi memperkuat kembali ekonomi wilayah Maluku Utara, khususnya ekonomi UMKM, kami berkunjung ke Ternate dan Sofifi (Ibukota Provinsi Maluku Utara, di Pulau Halmahera). Kementerian Desa PDTT memperoleh tugas sebagai campaign manager Gernas BBI di Maluku Utara, didukung berbagai top brands pendukung BBI, termasuk Telkom. Kegiatan diawali dengan kickoff hari ini, dengan acara puncak bulan September.

Kickoff dilaksanakan di Kantor Gubernur Maluku Utara yang terletak di lereng bukit di Sofifi, Pulau Halmahera. Seluruh rombongan dari Jakarta dan Ternate bertolak dari Pelabuhan Ternate ke Sofifi dengan speed boat dengan waktu ±40 menit.

Kickoff hanya berisi statement tentang visi dan lingkup program, diikuti komitmen para stakeholder program atas aktivitas yang akan dilaksanakan. Sederhana dan efektif. Diskusi selanjutnya dilaksanakan dalam waktu yang tersisa secara informal; baik dengan Kementerian Desa & PDTT sebagai campaign manager, maupun dengan stakeholder lain. Harvesting BBI Maluku Utara akan dilaksanakan September tahun ini — didahului BBI Kalimantan Selatan bulan Juli ini dan BBI Papua bulan Agustus.

Pulau Messa

Latepost: 06-10-2019

Mesa, Messa, atau Messah — pulau renik antara Pulau Flores dan Pulau Komodo yang dihuni suku Bajo. Pulau ini dihuni ±400 keluarga atau ±2000 penduduk. Suku Bajo memang secara tradisional dikenal sebagai manusia laut, jadi skala hidup mereka menyeberangi batas pulau; dan mereka juga kurang menyukai hidup di pulau besar bersama manusia daratan. Kota Labuan Bajo di Pulau Flores — sebelum jadi tujuan wisata utama seperti kini — sebelumnya adalah pelabuhan tempat masyarakat Flores dan masyakarat nusantara lain bertemu dan berdagang dengan suku Bajo (hence the name).

Pulau Messa, tampak di Apple Maps. PLTS tampak di bagian utara pulau.

Pemerintah Indonesia sedang memberi perhatian lebih ke daerah terpencil semacam ini. Maka PLN diminta membangun pembangkit listrik tenaga surya di Messa. Adanya listrik membuka peluang lain. Telkomsel juga membangun eNodeB untuk 4G mobile, dan Telkom siapkan dukungan digital untuk pendidikan. Terdapat satu SMP di pulau itu, dan kami akan menempatkan 20 komputer dengan akses Internet di sana.

Aku belum menyelesaikan sarapan waktu Pak Hery dari CDC Telkom meminta kami berangkat. Sebuah perahu kayu berwarna pirus (hijau turki) tengah dimuati 20 box komputer. Bergegas kami melintasi jarak 10km dari Dermaga Ujung ke Pulau Messa.

Di kapal tidak ada makanan, haha. Tapi kopi manis dan cuaca cerah bikin pikiran cerah dan badan segar. Kemarau panjang membuat pulau di sekitarnya tampak gersang, namun justru menampilkan warna tanah dan batuan nan eksotik. Dan ada awan putih memanjang yang unik.

Hampir pukul 09:00, kami tiba di dermaga Pulau Messa. Tampak belasan anak kecil tertawa riang dan saling mengganggu. Satu per satu kotak komputer kami pindahkan ke dermaga. Dan anak-anak itu langsung lari membawa kotak itu. Kami ikut tertawa. Aku tertinggal di dermaga hanya dengan papan keterangan program yang kami siapkan, dan dua putri cilik. Papan itu pun mereka minta. Aku serahkan sambil bilang: “Tapi saya jangan ditinggal. Saya belum tahu sekolahnya.”

Jadilah aku dikawal dua putri cilik ini menyusuri rumah-rumah kayu bertumpuk-tumpuk yang rapi di jalan kecil yang sangat bersih dan rapi di Pulau Messa ini. Penduduk memberi salam sewajarnya. Sampai di SMP, aku lihat kotak-kotak komputer sudah mulai dibongkar, dan dipasang di meja-meja yang sudah tersedia. Aku istirahat sejenak dengan … kopi lagi. Segar.

Usai komputer, akses Internet, dan aplikasinya terpasang, murid-murid SMP Pulau Messa hadir ke sekolah. Ini hari Minggu, namun mereka hadir dengan seragam lengkap dan antusiasme yang tampak jelas dari mata cerah mereka. Kami mulai bergantian mengajari mereka cara mengoperasikan komputer, menggunakan keyboard dan mouse, memahami menu Windows, serta masuk ke aplikasi Pustaka Digital. Aplikasi Pustaka Digital (PADI) ini bersifat semi-online — hanya perlu online untuk mengunduh dan memperbaharui konten, namun kemudian tidak harus selalu online untuk digunakan oleh user — sehingga hemat pemanfaatan kuota digital.

Di sini keajaiban mulai terjadi. Anak-anak ini, beberapa menit sebelumnya sangat canggung memegang mouse. Lompat ke mana-mana, sampai diangkat ke mana-mana. Tapi setelah masuk aplikasi, mereka mulai asyik melihat materi pelajaran. Satu anak kecil berkerudung mencobai tes bahasa Inggris, yang merupakan gabungan dari kosakata dan tata bahasa. Di pertanyaan pertama, ia ragu akan jawaban yang ia pilih, dan minta aku memeriksa. Aku meminta dia memeriksa sendiri: kenapa dia pilih satu kata dan bukan kata lain. Dia ragu memilih satu jawaban. Dan riang sekali waktu jawabannya benar. Terulang di pertanyaan kedua. Riang lagi waktu dia benar. Dia jadi percaya diri, dan melanjutkan tanya bertanya. Dan, percayalah, semua jawaban dia benar. Score 100% pada percobaan pertama. Pulau unik dengan anak-anak jenius.

Di belakang, kepala sekolah (yang sebelumnya turut menginstalasi dan turut mengajar) berdiri diam melihat anak-anaknya asyik mencobai aplikasi ini. Ia ceritakan bahwa bertahun-tahun dia mengajukan proposal permintaan komputer ke Dinas Pendidikan. Setelah beberapa tahun, ia hanya mendapatkan satu komputer untuk administasi saja. Wajahnya menjadi keras, senada batik biru lengan panjangnya. Lirih ia lanjutkan: “Bapak lihat, dengan komputer-komputer ini, anak-anak ini tidak akan kalah maju dengan anak-anak Jakarta.”

Aku tidak bisa berkata-kata.

Cukup banyak yang bisa dilakukan dengan komputer dan akses mobile. Jadi aku berikan kesempatan pada para siswa untuk menanyakan apa saja. Mereka sungguh cerdas, dan menanyakan tentang berbagai hal, termasuk soal-soal sains. Haha. Di tengah kegiatan ini, kami sempatkan berfoto-foto lagi.

Menjelang sore, Menteri BUMN (waktu itu masih Bu Rini) datang ke Pulau Messa untuk meresmikan PLTS di ujung utara Pulau Messa. Beliau juga menyempatkan diri hadir ke SMP untuk melihat aplikasi pendidikan yang telah dapat digunakan oleh para siswa. Hadir juga para VIP BUMN, termasuk Dirut Telkom.

Kepala Sekolah, Menteri BUMN, Dirut Telkom, dan Siswa SMP Pulau Messa

Setelah para VIP kembali ke Labuan Bajo, Kepala Sekolah mengundang kami makan siang yang terlambat di rumahnya. Kami tak bisa menolak, walaupun matahari mulai tenggelam. Lauk yang disajikan a.l. berbagai jenis ikan, udang, dan satu lobster besar (“Di sini sangat murah. Di Labuan Bajo bisa 500ribu itu,” — yang artinya di Jakarta dll bisa jutaan rupiah).

First sunset

Perahu kami lepas tambang dari dermaga tepat saat matahari terbenam. Pemandangan yang luar biasa. Lapis mendung di ujung langit memberikan pengalaman matahari terbenam dua kali. Langit bernuansa merah ungu yang elegan.

Second sunset

Namun kemudian langit menjadi gelap, angin menjadi kencang, dan ombak makin liar meninggi. Kapal dan perahu besar yang melintas di kejauhan menambah hempasan ombak liar. Kelelahan, kami tidak sempat becanda lagi. Kopi juga sudah habis. Kami hanya diam, diiringi bunyi mesin perahu, dan kelap-kelip lampu hijau yang jadi penanda hadirnya perahu kami di tepi samudra luas.

Bukittinggi

Satu kota di Indonesia yang wajib dikunjungi adalah Bukittinggi. Jadi, begitu disebutkan bahwa Gernas BBI bulan ini akan diselenggarakan di Bukittinggi, aku langsung siap2 berangkat. Ini kota mungil, terletak di tengah Pegunungan Bukit Barisan, diapit gunung berapi Marapi dan Singgalang. Mungil tapi bersejarah besar buat negeri ini. Selain sebagai tempat kelahiran Bung Hatta, kota ini juga pernah menjadi ibukota darurat Republik Indonesia, saat Yogyakarta (ibukota darurat sebelumnya) diduduki secara ilegal oleh Kerajaan Belanda.

Perjalanan dari Minangkabau Airport ke Bukittinggi memakan waktu ±2 jam. Tak membosankan, dengan view pegunungan dan lembah yang luar biasa di daerah Padang Pariaman dan Padang Panjang. Di Bukittinggi, kunjungan pertama langsung ke Jam Gadang. Di pelataran menara jam kota inilah akan dilaksanakan kegiatan Gernas BBI.

Telkom menyiapkan virtual expo (VE) dalam bentuk visualisasi booth secara interaktif, berisi UMKM unggulan dari 12 provinsi lokasi BBI tahun ini. Aplikasi VE ini baru saja siap, dan sekaligus akan diresmikan Wakil Presiden RI di Bukittinggi ini. Kami melakukan persiapan secukupnya, tidak berlebihan, untuk kegiatan yang sederhana namun menyimpan berjuta arti ini :).

Usai berbuka puasa di rumah makan khas Minang di Ngarai Sianok, aku menyempatkan Shalat Tarawih berjalan kaki. Kota ini sejuk, mirip kota Malang atau Bandung dua puluh tahun lalu. Tarawih di Bukittinggi jadi bawa banyak kenangan dari masa-masa tinggal di kota-kota sejuk. Usai tarawih, aku jalan kaki kembali ke pelataran Jam Gadang untuk melihat persiapan akhir event.

Event berlangsung 12 April 2022. Wakil Presiden membuka Gernas BBI Sumatra Barat, kemudian menyempatkan diri menyaksikan demo VE Gernas BBI di Booth Telkom. Demo dipandu Direktur Strategic Portfolio Telkom, Mr Budi Setiawan.

Para peserta kemudian mengunjungi dan berbincang dengan para UMKM. Kami berbincang dengan Mr Odo Manuhutu, Deputi Koordinasi Parekraf di Kemkomarves; serta secara terpisah dengan para Asdep beliau, Mr Sartin dan Mme Hermin.

Sayangnya kurang panjang kunjungan ke Bukittinggi ini. Masih banyak tempat yang harus dijelajahi di sekitar kota ini, untuk menggali inspirasi segar dan baru buat memperkuat negeri ini.

Chechnya (Нохчийчоь)

Masa SMA, aku pernah dipanggil Wakil Kepala Sekolah, gara-gara menggambar logo ideologi tabu di kertas buram. Itu masa perang dingin, dan anak-anak seusia aku suka cari informasi dari berbagai sumber terbatas. Belum ada Internet, tapi majalah asing cukup banyak. Aku buat peta perimbangan politik Eropa, sebagai titik perimbangan konflik masa itu, dengan logo bintang segiempat NATO di kiri dan serpimolot USSR di kanan. Pakai huruf cyrillic segala. Petugas sekolah mana tahu logo NATO. Yang tahu logo partai terlarang doank, haha. Tapi syukur pimpinan sekolah paham. Tapi situasi saat itu, di tengah revolusi dunia yang berakhir dengan pecahnya USSR dan bubarnya komunisme, membuat generasi kami mempelajari banyak hal tentang sejarah dan progres politik dunia, khususnya kawasan Eropa. Perpecahan USSR membawa banyak dampak lain, dan menguak banyak entitas politik baru. Salah satunya: Chechnya (Нохчийчоь).

Saat revolusi Bolshevik, negara-negara di bawah kekuasaan Kekaisaran Russia direformasi. Beberapa kawasan mendapatkan status SSR (Republik) yang merupakan entitas pembentuk USSR. Republik semacam ini banyak yang memproklamasikan kedaulatan saat USSR bubar, termasuk Ukraina, Kazakhstan, Uzbekistan, Armenia. Namun banyak republik hanya mendapatkan status ASSR (Republik Autonomi) di bawah republik lain, termasuk Karakalpakstan di bawah Uzbekistan; dan puluhan republik di bawah Russia, termasuk Chechnya, Tatarstan, Baskhortostan, dll. Banyak yang berusaha melepaskan diri dari Russia; namun Russia berkeras mempertahankan kedulatannya sebagai Federasi Russia yang kian lama kian berpusat pada kerussiaan (alih-alih kefederasian). Perang Chechnya 1 dan 2 menjadi perang yang cukup besar; terjadi di waktu yang sama dengan perubahan besar di Indonesia (tumbangnya kediktatoran Soeharto, lepasnya Timor Timur, meningkatnya otonomi daerah) — yang artinya menjadi perhatian besar juga saat bangsa Indonesia sedang sangat sadar politik.

Sejarah Russia panjang, melibatkan bangsa-bangsa Slavik, Turkik, Mongolik, bahkan Uralik. Nanti kita cicil di sini, haha. Bisa tampak artifaknya misalnya di web PANGERANKECIL.COM yang koleksinya meliputi banyak bahasa etnik di kawasan Russia dan sekitarnya. Tapi kawasan Kaukasus lebih unik dari itu. Banyak spekulasi bahwa budaya dan bahasa umat manusia berasal dari kawasan itu. Bahasa-bahasa Kartvelia, Pontik / Sirkasia, dan Nakh yang ada di kawasan itu, sulit dicari induk bahasanya. Bahasa Indo-Eropa yang kawasannya sangat luas pun, dispekulasikan berasal dari sekitar kawasan ini (Kaspia), yang meluas baik ke barat (hampir seluruh Eropa) maupun ke selatan (Iran dan India). Chechen adalah salah satu cabang dari Nakh — jadi bukan Slavik, Turkik, Mongolik, atau Uralik.

Bangsa Chechen tinggal di ketinggian lereng utara pegunungan Kaukasus (atau orang Russia bilang Ciscaucasia = Kaukasus sebelah sini). Berabad mencoba memperluas kawasan ke daerah yang lebih memudahkan pertanian dan peternakan di kawasan yang lebih rendah. Pertikaian panjang bangsa Slav (termasuk Kossak) dan Mongol kadang memberikan mereka ruang untuk ekspansi. Islam masuk kawasan Chechnya dari Dagestan (yang sudah jadi kawasan Islam sejak millennium pertama). Tapi kekaisaran Russia pun berekspansi, dan akhirnya menduduki Chechnya. Daerah ini dianggap daerah sulit oleh pemerintahan Russia, karena sifat masyarakatnya yang tidak hierarchical — tidak mengakui peran para bangsawan, sehingga tidak mudah diatur seperti kawasan lain. Pengusiran massal pada orang Chechen telah terjadi pada masa ini, sehingga hingga kini dapat ditemui kelompok diaspora Chechen yang cukup besar di Yordania.

Saat Revolusi Bolshevik, orang-orang Kossak banyak yang mendukung Tsar dan kemudian Rus Putih. Mereka membantu Rus Putih mengepung Rus Merah. Orang-orang Chechen banyak yang membantu Rus Merah (lihat film The Reds untuk memahami bahwa Revolusi Bolshevik dianggap sebagai revolusi Jihad di Kaukasus, untuk melawan Tsar dan orang Kossak). Rus Putih dan Kossak harus mengurangi kekuatan penyerangan ke Utara untuk melawan ekspansi Chechen, sehingga akhirnya justru dikalahkan Rus Merah.

Saat Perang Dunia II, paranoia Stalin membuatnya melakukan kekejaman dalam bentuk pemindahan massal berbagai etnik minor. Seluruh bangsa Chechen dipaksa pindah ke Kazakhstan hingga Kyrgyzstan dalam operasi Chechevitsa, dengan korban meninggal hingga 30% dari seluruh populasi pada saat pemindahan dan pada tahun-tahun pertama di wilayah baru. Tanah mereka dirampas orang-orang Russia. Baru di masa Khrushchev, orang-orang Chechen boleh kembali ke negeri mereka. Namun struktur sosial telanjur rusak. Tidak ada budaya tradisional yang melekat lagi di bangsa Chechen. Tanah mereka pun sudah banyak dikuasai pendatang Russia. Ini justru mempercepat modernisasi Chechnya. Warganya bekerja di sektor modern: pertanian, engineering, pemerintahan, dan terutama militer. Banyak warga Chechnya menjadi perwira dan prajurit Uni Soviet. Dua diantaranya tentu Jendral Dzhokhar Dudayev di Estonia, dan Kolonel Aslan Maskhadov di Lithuania — yang kemudian mendirikan Republik Chechnya saat Uni Soviet bubar.

Dzhokhar Dudayev

Merdekanya Republik Chechen memicu perang dengan Russia. Tentara Russia dapat membunuh Dudayev, namun tak dapat memperoleh kemenangan mutlak. Akhirnya Russia di bawah Boris Yeltsin memutuskan gencatan senjata dan kemerdekaan de fakto Republik Chechnya.

Sayangnya kemudian Chechnya tidak stabil. Islamis ekstrim makin kuat dan berekspansi ke kawasan lain, seperti Dagestan. Mufti Chechnya, Akhmad Kadyrov-pun merasa terancam oleh aliran Islam yang semacam ini. Russia yang kini di bawah Vladimir Putin memutuskan menumpas habis militer Chechnya. Chechnya kembali menjadi Republik Autonomi di bawah Federasi Russia. Untuk memastikan stabilitas, Akhmad Kadyrov dijadikan presiden Chechnya. Bagi Kadyrov, ini pilihan terbaik untuk menjaga Chechnya tidak lebih hancur, sekaligus menahan penguatan para Islamis ekstrim. Sebagai pembalasan, para gerilyawan membom Akhmad Kadyrov. Ia wafat dan digantikan putranya, Ramzan Kadyrov.

Masjid Kadyrov yang dibangun pasca perang

Ramzan berada di situasi yang genting. Untuk mengamankan keseimbangan, ia memilih kesetiaan dan perlindungan penuh bersama Vladimir Putin. Ia dapat membentuk pasukan Chechnya yang relatif berdaulat, terpisah dari pasukan lain di Federasi Russia. Dan tentu ini jadi pasukan yang setia pada Putin melalui Kadyrov. Dalam model Russia versi Putin, tentu banyak soal-soal HAM yang juga dituduhkan pada Kadyrov.

Jadi, ini menjelaskan, mengapa Putin mengerahkan pasukan Kadyrov dari Chechnya ini dalam upaya menduduki dan mengalahkan Ukraina saat ini.

Karakalpakstan (Қарақалпақстан)

Menariknya mengkoleksi hampir 400 buku Pangeran Kecil dalam berbagai bahasa adalah bahwa kita jadi punya sekian ratus bahasa dalam satu rak buku yang kian mirip menara babel. Mengkatalogkannya pun memerlukan dua web: LEPETITPRINCE.ID dalam bentuk peta negara, dan PANGERANKECIL.COM dalam taksonomi rumpun bahasa.

Site lepetitprince.id

Di web kedua ini, bahasa disenaraikan secara luwes: mengikuti hasil riset berbagai linguist yang tentu masih sering beda pendapat, hingga mengikuti kemudahan penyusunan nan pragmatis nian. Hikmah dari penyusunan model rumpun bahasa ini: kita lebih memahami posisi dan keunikan setiap bahasa (i.e. juga setiap buku), plus memahami bahasa apa yang belum masuk koleksi. Misalnya, rumpun Uralo-Siberia yang sebelumnya berisi bahasa Finlandia dan Hungaria; lalu bertambah dengan bahasa-bahasa sekitar Karelia, Estonia, dan Sami; kini menyebar ke bahasa-bahasa Mari, Mordvinik, Komi, Udmurt; yang akhirnya jadi secara hipotetik dapat disambungkan ke Chukchi-Koryak dan bahkan Aleut hingga Greenland — membentuk bahasa lingkar Kutub Utara. Sedikit ke selatan, rumpun bahasa Turki berisi bahasa yang kita kenal dan tidak kita kenal. Rumpun Kipchak misalnya, terdiri atas Kumik, Tatar, Bashkir, etc di Russia; lalu ke selatan ke negeri Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Karakalpakstan. Kazakh, ada di rak. Kyrgyz, ada. Karakalpak?


Memang terdapat beberapa negeri yang banyak warga dunia bahkan baru sadar keberadaannya. Karakalpakstan ini satu contoh. Lokasinya di wilayah yang dulu bagian dari Khawarizmi (bukan Khorasan), yang tentu mengingatkan pada nama Muhammad Al-Khawarizmi (pencipta aljabar yang namanya diabadikan sebagai algoritma, logaritma, dll). Ilmuwan Al-Biruni juga berasal dari kawasan ini. Wilayah ini sempat diduduki Kekaisaran Mongol yang wilayahnya multibenua itu. Saat Kekaisaran Mongol terpecah, kawasan ini menjadi batas dari pecahan Golden Horde dan Kekaisaran Timur (di timur). Berabad berlalu, wilayah ini menjadi batas budaya Kipchak dan Karluk. Revolusi Bolshevik nun jauh di utara menyebar cepat ke wilayah ini. Kawasan ini menjadi bagian dari Uni Soviet. Terbentuk Turkmen SSR, Kazakh SSR, Uzbek SSR, dan Karakalpak ASSR. Karakalpak ASSR mula-mula ditempatkan di dalam Kazakh SSR, kemudian masuk ke Russia SFSR, dan terakhir ke Uzbek SSR. Saat Uni Soviet bubar, Uzbekistan menjadi republik yang berdaulat. Karakalpakstan (Қарақалпақстан) pun menjadi sebuah republik yang memiliki kedaulatan di dalam negeri, beribu kota di Nukus (Нүкіс / Нөкис). Wilayah Karakalpakstan berada di bagian barat Uzbekistan, termasuk di kawasan Danau Aral.

Penasaran dengan negara ini, aku eksplorasi ke beberapa komunitas online. Salah satunya adalah di sebuah Telegram Group, tempat sekumpulan anak muda Karakalpak berdiskusi seru dengan bahasa mereka. Menariknya, mereka menggunakan aksara campuran antara latin dan cyrillic. Sama sekali tak paham bahasa mereka, aku coba search beberapa kata kunci. Tampak anak muda bernama Moldir Purkhanova menulis panjang tentang Кишкене Шаҳзада (Kishkene Shahzada, bahasa Karakalpak untuk Pangeran Kecil). Khawatir kurang pas berbincang di group dengan bahasa Inggris, aku kontak Moldir via jalur pribadi.

Moldir ini typical anak muda yang cerdas, baik hati, dan curious. Dia memverifikasi dulu, gerangan apakah ada orang asing dari negara entah di mana mendadak menghubungi dan menanyakan perihal buku yang random nian. Tapi dia segera sadar bahwa ini misi menarik. Jadi dia ajak rekannya, Jetes Dawletbaev, untuk membantuku mencari Kishkene Shahzada. Moldir & Jetes mencari ke toko-toko buku di Nukus, tapi buku itu tak mudah ditemukan. Mereka pantang menyerah. Dari salah satu toko buku, mereka mendapati kontak penerjemahnya: Gulnara Ibragimova. Maka datanglah mereka ke rumah Gulnara. Gulnara pun sangat baik hati. Dia bersedia memberikan dua buku: satu dalam aksara latin, dan satu dalam aksara cyrillic. Moldir & Jetes mengirim dua buku ini ke Indonesia, yang telah ditandatangani Gulnara; ditambahi dengan kamus Karakalpak, satu kopiah Karakalpak, dan foto mereka berdua.

Jetes dan Moldir

Aku terima buku ajaib ini sekitar bulan September lalu. Dan aku kirim fotoku bawa buku ini sebagai tanda terima dan tanda terima kasih ke mereka. BTW, bahasa Karakalpak untuk terima kasih adalah Rahmat (yang kalau diterjemahkan sebagai bahasa Arab ke Indonesia, tentu artinya adalah: Kasih). Mirip orang Indonesia, kan? Kasih yaaaa. Komunikasi dengan Moldir sangat mudah, karena ia sangat cerdas dan pandai berbahasa asing — sebagai mahasiswi jurusan bahasa di NMPI. Dan bicara tentang bahasa, Karakalpak berarti topi hitam. Ingat topi karakul yang aku beli beberapa tahun lalu.

Foto Jetes & Moldir dipegang Koen

Jetes adalah mahasiswa jurusan hukum, dan ia sangat mencintai negeri dan budaya Karakalpak. Jadi ia bangga karena ada orang asing mau bersusah payah mencari buku dalam bahasa Karakalpak. Fotoku dipasangnya di Telegram Group.

This image has an empty alt attribute; its file name is image.png
Foto Koen di acara Zakovat

Sebagai efeknya, aku dapat kawan baru lagi. Svetlana Jalmenova mengirimkan fotoku ke acara TV Zakovat yang dia sebut sebagai intellectual game, dan dipilih sebagai best question. Sekumpulan peserta melihat fotoku berpeci hitam dan harus menebak apa yang terjadi. Jawaban mereka cukup mendekati benar. Versi terjemahan Svetlana, mereka sempat menyebut: Kun-zorro mencari penerjemah buku itu, dan mengunjungi museum, karena ada fotonya, dll dll. Namun kesimpulan akhir mereka: Kun-zorro suka mengumpulkan berbagai terjemahan asing, dan mengumpulan buku ini, dan mendapatkan buku dengan tanda tangan penerjemah. Luar biasa, dan mereka dapat hadiah.

Gulnara Ibragimova

Efek lain, Gulnara pun diinterview TV setempat. Dan dalam interview ini, dia ajak juga Jetes dan Moldir untuk turut diinterview menceritakan pengalamannya berinteraksi dengan orang yang berusaha menyelami bahasa dan budaya mereka.

Moldir Purkhanova

Itu hal yang sangat esensial sebagai bagian dari mengkoleksi buku Pangeran Kecil. Saat ke Lausanne, aku diantar jalan Jean-Marc Probst keliling Danau Geneva. Kita berbincang jauh tentang berbagai budaya serta bagaimana perbedaan budaya diinteraksikan. Mendalami hal-hal semacam ini menjadi keniscayaan saat kita mengenali keunikan berbagai budaya; dan membuat kita makin mencintai kemanusiaan secara universal.

Flobamora

Eposide di Q2 2021 ini berjudul Gernas BBI Flobamora: tiga buah singkatan yang kepanjangannya bisa digoogle. Pada Q1 2021 vaksinasi Covid-19 telah dimulai; dan aktivitas pengembangan ke wilayah sudah dapat dilanjutkan kembali. Kami beroleh tugas di provinsi NTT. Di awal, fokus hanya pada sebagian Flores dan Sumba, namun kemudian diperluas ke seluruh NTT. Aktivitas sangat diwarnai keterbatasan akibat berbagai pembatasan masa krisis; plus sempat juga ada topan Seroja di NTT bulan April.

Kegiatan diawali di pertengahan Maret dengan pre-event yang dilaksanakan oleh Kemkominfo, Telkom, Dekranas, dan Bank Indonesia di Labuan Bajo. Telkom mengajukan tema Kilau Digital Permata NTT, yang oleh Staf Khusus Menkominfo, Pak Phillip Gobang, diubah menjadi Kilau Digital Permata Flobamora. Kegiatan direncanakan berupa piloting integrasi berbagai ekosistem digital yang mendukung ekonomi rakyat, termasuk UMKM, pertanian, perikanan, pariwisata, hingga layanan kesehatan dan pendidikan. Pelatihan awal dilakukan dalam bentuk training-for-trainers di RB Labuan Bajo — sebuah fasilitas milik para BUMN yang memang ditujukan untuk memberikan pembinaan dan layanan lain untuk UMKM.

Talkshow di Pre-Event Gernas BBI Flobamora di Labuan Bajo

Sempat terhenti akibat terpaan Seroja, kegiatan ini dilanjutkan di Kabupaten Sikka, Pulau Flores. Di Maumere, kegiatan dilakukan dengan penyelenggaraan pelatihan untuk UMKM, serta beberapa kunjungan pada UMKM yang memiliki keunggulan atau keunikan. Termasuk yang kami kunjungi adalah Workshop Tenun Lepo Lorun di Kecamatan Nita.

Talkshow Gernas BBI Flobamora di Maumere

Diasuh oleh Ibu Alfonsa Horeng, Lepo Lorun (yang dalam bahasa Indonesia berarti Rumah Tenun) ini memungkinkan penduduk di Nita bekerja menghasilkan kain tenun tradisional Maumere yang berkualitas. Bahan-bahan serba alami. Bahkan kapas pun ditanam di sana. Ibu-ibu berusia lanjut memintal kapas menjadi benang dengan pintal kayu kecil serta uliran dari tangan. Benang kemudian ditarik pada sebuah papan, dan didesain pola warna tenunnya, dengan cara diikat dengan batang alang-alang kecil. Benang kemudian diwarnai dengan pewarna alam dari bahan yang ditanam di tempat pula: kunyit untuk kuning, nila untuk biru, mengkudu untuk merah, kayu-kayu untuk coklat, dll. Proses ini diulangi hingga tersusun benang berwarna-warni. Dengan alat tenun tradisional, benang-benang ini ditenun menjadi kain tenun ikat dengan berbagai corak yang indah. Kapasitas produksi yang kurang memadai membuat Lepo Lorun dan banyak lokakarya setempat harus membeli benang jadi juga dari pasaran.

Pemintalan Benang di Lepo Lorun
Proses Mengikat Benang Tenun di Lepo Lorun
Proses Tenun di Lepo Lorun

Di hari berikutnya, kami kunjungi Desa Wisata Watublapi di kecamatan Hewokloang. Desa ini juga merupakan sentra industri berbasis komunitas yang terdiri atas puluhan keluarga, yang berkolaborasi untuk menghasilkan kain tenun berkualitas dengan cara tradisional. Di sini, proses produksi dipaparkan lebih lengkap, karena kami hadir bersama beberapa pejabat dari Kemkominfo, Kem-KUKM, dan Pemkab Sikka.

Bahan-Bahan Pewarna Kain Tenun di Desa Wisata Watublapi
Proses Tenun di Desa Wisata Watublapi
Upacara Pengenaan Kain di Desa Watublapi
Memberikan sambitan / sambutan di Watublapi

Di Maumere, ibukota kabupaten Sikka, team ekosistem pertanian juga menyiapkan kerjasama digitalisasi offtaking produk perikanan dan pertanian, yang didukung Pemkab Sikka.

Setelah Maumere, kunjungan berikutnya adalah Kupang, Ibukota Provinsi NTT, di Pulau Timor. Pelatihan UMKM di sini dilaksanakan oleh team dari Witel NTT; sedang talkshow dilakukan di Hotel Aston Kupang.

Talkshow Gernas BBI Flomabora di Kupang

Selain pelatihan untuk UMKM, kami juga mengunjungi pusat produksi tenun Inda Ndao. Walaupun terletak di Kupang, Ina Ndao banyak menampilkan motif dari Ndao, salah satu pulau kecil paling selatan di Indonesia, bersebelahan dengan Rote. Pemiliknya, Bu Dorce, pernah mendapatkan pembinaan dari Telkom dan BI, namun kini telah dapat membina UMKM lain, termasuk memiliki komunitas UKM Naik Kelas di Kupang.

Bersama Bu Dorce dan Pak Yus di Sentra Produksi Rumah Tenun Ina Ndao, Kupang
Jadi model di Ina Ndao

Di Kupang, kami juga ke La Moringa. Ini bukan kunjungan pembinaan dll, haha. Tapi memang cari tempat lunch yang bersuasana riang di Kupang. AM Telkom yang merangkap fasilitator UMKM di Kupang, Leevenia, menganjurkan ke La Moringa. Selain berupa resto & café, La Moringa juga memproduksi kuliner oleh-oleh yang bahannya diambil dari daerah setempat, terutama daun kelor. Pelopor dan pemilik La Moringa ini seorang dokter; namun berbagai koordinasi dipercayakan pada PIC-nya, Edyth Coumans.

Bersama Ey Coumans di Booth La Moringa, Komodo

Sayangnya, akibat sempat terjadi topan Seroja, kegiatan-kegiatan ini sempat tertunda, jadi kami belum punya waktu untuk menjalankan program di Pulau Sumba. Bulan Juni sudah hadir, dan kami siapkan kegiatan puncak di Labuan Bajo. Pada kegiatan ini, dipercepat kembali kegiatan2 digitalisasi ekosistem di NTT, termasuk pembayaran digital di pasar di Kupang dan Labuan Bajo, offtaking di Sikka yang diperluas ke seluruh NTT, serta promosi produk UMKM NTT melalui Virtual Expo Flobamora. Juga dilakukan evaluasi kembali atas kegiatan yang tengah dilakukan di NTT. Salah satunya adalah dengan pemeriksaan kondisi di Desa Wisata Liang Ndara, binaan dari Telkom Indonesia.

Ditemani Bapak Kristo dalam kunjungan ke Desa Wisata Batu Cecer, Liang Ndara

Sebagai acara puncak, dilaksanakan ceremony yang dilaksanakan di Puncak Waringin, Labuan Bajo, pada 18 Juni 2021 ini. Ceremony dihadiri Menkomarves Luhut Panjaitan, Menkominfo Johny Plate, Gubernur NTT Viktor Laiskodat, Direktur Strategic Portfolio Telkom Indonesia Budi Setyawan, serta representative dari beberapa kementerian dan Bank Indonesia. Beberapa UMKM yang telah kami temui di Maumere, Kupang, dan Manggarai kami jumpai kembali di Puncak Waringin ini.

Beberapa UMKM Mitra Kerja Gernas BBI Flobamora

Kembali ke Jakarta, kegiatan Virtual Expo diperkaya dengan beberapa webinar yang menampilkan para pimpinan dari gerakan nasional ini, termasuk dari Dekranas, Bank Indonesia, Kemkominfo, BPOLBF, dan tentu dari Telkom Group sendiri. Para UMKM peserta Virtual Expo juga mulai diberikan akses ke pasar B2B ke para BUMN melalui PADI UMKM untuk memastikan kontinuitas transaksi.

Diskusi keberlangsungan program dengan Staf Khusus Menkominfo, Bapak Phillip Gobang, di Puncak Waringin
Bahas Rencana Lanjutan dengan Dir Pemasaran BPOLBF, Bu Raisa Lestari

Secara umum, kegiatan ini berhasil membentuk rantai ekosistem, membentuk jejaring antar komunitas yang memiliki berbagai bentuk komitmen dan kapabilitas untuk bersama-sama mengembangkan ekonomi rakyat, khususnya UMKM dan pertanian di provinsi NTT; untuk kemudian pola serupa digunakan dalam ekspansi ke provinsi lain yang tentunya memiliki keunggulan dan keunikan masing-masing — dan menyimpan berbagai potensi menakjubkan yang hanya dapat dipahami saat kita turun dan melihat langsung ke berbagai pelosok Indonesia ini.

Tim kecilku, bagian dari Satgas BBI Flobamora: Haekal, Andien, Ervina, & special agent Leevenia

Oh, kami masih punya hutang untuk pergi ke Pulau Sumba.

« Older posts

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑