Category: IEEE (Page 4 of 7)

Ultah IEEE 802

Pada bulan Maret 1980, beberapa perusahaan, termasuk DEC, HP, IBM, Intel, dan Xerox mulai mengkristalkan gagasan untuk membentuk sebuah komite komunikasi data di bawah IEEE. IEEE dipilih karena sifatnya yang netral dan lebih berfokus pada soal teknis. Komite ini akhirnya dibentuk, dengan Maris Graube dari Tektronix sebagai ketua.

Aku pernah Kerja Praktek di LEN. Di sana, aku sempat mendapatkan tugas mendayagunakan interface IEEE 488 GPIB yang tak banyak disentuh. Graube juga beranjak dari standar itu, tetapi ia berminat melakukan standardisasi untuk interface pada jarak yang lebih jauh. Salah satu standar pertama dari IEEE 802 — begitu Komite Standard ini dinamakan — adalah Ethernet. Menariknya, Bob Metcalfe sebagai penemu Ethernet justru menolak standardisasi Ethernet waktu itu, dengan alasan bisa mengganggu proses inovasi.

Standar lain mulai ditetaskan oleh IEEE 802. Token ring misalnya. Tapi juga ke dunia wireless. Yang amat dikenal generasi saat ini tentulah WiFi (IEEE 802.11). Padahal standar WLAN IEEE 802.11 ini sempat tak lancar dikaji: ia memerlukan nyaris 8 tahun hanya untuk standard dasarnya saja. Yang lebih parah adalah UWB (ultra wideband) dari kelompok WPAN IEEE 802.15, yang melibatkan dua kubu yang bersaing — mereka gagal mencapai konsensus dan akhirnya menarik proyek mereka. Contoh lain yang tak pernah mencapai standardisasi adalah Manajemen Network (dan ini menjelaskan kenapa kita tidak memiliki standar Manajemen Network yang menarik).

IEEE 802 juga turut mengarahkan tren industri. Contohnya adalah standar WiFi Gigabit 802.11AD yang mendorong kalangan industri untuk menyiapkannya mulai mulai tahun 2013, dengan versi 6 GHz dan 60 GHz. Versi 6 GHz akan digunakan untuk aplikasi bisnis dan industri, karena sinyalnya kuat kuat, namun berbiaya lebih tinggi untuk pengkodean, penanganan gangguan, antena MIMO, dan modulasi multilevel. Sebaliknya, versi 60 GHz akan ideal digunakan konsumen dan kantor kecil karena mudah dibangun, namun sinyalnya terganggu oleh penyerapan oksigen — secara harfiah.

Aplikasi skala industri yang didorong oleh standar 802 juga meliputi WPAN IEEE 802.15 yang mendukung RFID dan smart grid, serta 802.16 yang menjadi standar WiMAX, WiMAX mobile, hingga WiMAX 4G. Yang juga menarik adalah IEEE 802.15.6 (Body Area Networks) dan VLC IEEE 802.15.7. Yang pertama dapat digunakan untuk transceiver skala nano yang bisa ditelan pasien dalam bentuk pil; dan yang kedua untuk jaringan data tingkat tinggi dengan modulasi gelombang cahaya sebagai lapisan fisik yang akan beroperasi dalam rentang terahertz tanpa izin dan kebal terhadap gangguan listrik.

Untuk mengulangtahuni Komite Standar IEEE 802, IEEE juga memberikan kesempatan terbatas bagi siapa pun untuk mengambil standar-standar dari keluarga IEEE 802 secara gratis. Silakan klik pada standar-standar di bawah untuk melakukan download gratis.

Standar-standar ini hanya dapat diunduh gratis selama masa Peringatan Ulang Tahun Komite Standar IEEE 802; dan keputusan ini dapat diubah setiap saat tanpa pemberitahuan. Silakan disebarkan demi makin majunya pengembangan sistem komunikasi dan informasi demi kemanusiaan. Selamat Ulang Tahun, Komite Standar IEEE 802!

Computer Society

Btw, ada orang2 yang memang profesi utamanya adalah tukang menghilangkan kacamata. Aku salah satunya. Hik :(. Kayaknya kacamataku hilang di taksi di Lapu-Lapu City.

Dinner time kemarin, aku duduk di antara Dr. Iwao Hyakutake dan Dr. Hotaoka Nobuo. Iwao adalah Asia Pacific Region Manager untuk IEEE Computer Society, berkedudukan di Tokyo. Aku, biarpun lebih aktif di Communications Society (Comsoc), adalah anggota Computer Society (CS) juga. Waktu masuk ke IEEE setelah lulus kuliah di akhir abad lalu, aku memutuskan bahwa bidang ilmuku adalah konvergensi infokom; jadi aku masuk ke dua society. Eh tiga, termasuk IT Society. Tapi yang terakhir ini aku hentikan untuk menghemat dana.

Iwao menanyakan kenapa tidak ada Computer Society Chapter di Indonesia. Pertanyaan sulit. Faktanya, society di IEEE yang memiliki paling banyak anggota di Indonesia justru Computer Society. Tetapi chapternya tidak ada. Dulu para aktivis IEEE Indonesia memutuskan membentuk Join Chapter of Computer and Communications Society. Namun Join Chapter ini dipecah pada 2003 menjadi Computer Society (CS) Chapter dan Communication Society (Comsoc) Chapter. Comsoc Chapter mulai maju, biarpun dengan langkah cukup berat. Tetapi CS Chapter menghilang.

Barangkali memang di Indonesia sudah terlalu banyak asosiasi, himpunan, paguyuban, dll yang berelasi dengan bidang ilmu komputer, Internet, IT, baik dari sisi perangkat keras, perangkat lunak, aplikasi, jaringan, hingga pemanfaatannya di masyarakat. Yang terlalu serius macam CS barangkali tak lagi diminati untuk membuat kegiatan bersama. Kopdar dan networking lebih menarik daripada conference :).

Padahal sebenarnya hanya perlu petisi 12 anggota CS untuk membuat chapter baru. Dan kegiatan sharing ilmu bisa dilakukan dengan gaya populer, tak harus dalam bentuk simposium yang memerlukan komitmen besar. Materi untuk sharing ide, ilmu, dan skill bisa diacu langsung dari web CS di COMPUTER.ORG — ini adalah web terlengkap dan terkeren dibandingkan web society lain di IEEE. Di dalamnya bukan saja ada materi2 menarik bagi anggota CS, tetapi juga berbagai skill profesi, manajemen, dan komputasi, serta banyak feature lain yang dapat digunakan oleh siapa pun. CS memang tengah berusaha mengimplementasikan lifetime learning kepada seluruh IEEE dan masyarakat luas. Maka CS Chapter, andai bisa dibentuk, memiliki cukup banyak peluang menarik untuk beraktivitas.

Tapi itu sih dilihat dari kacamataku. Mungkin para profesional ilmu komputer di Indonesia punya padangan lain. Lagipula, seperti aku bilang tadi, kacamataku hilang.

Lapu Lapu

Apa yang terbayang dari nama Cebu? Bayangan seorang Ibu Guru di SMP yang mengajar sejarah dengan begitu passionate-nya, menceritakan penjelajahan Fernão de Magalhães, pelaut Portugis yang pernah ke Melaka bersama pasukan D’Albuquerque, lalu mengabdi Ratu Ysabel dari Spanyol, dan menjelajah ke barat untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat. Misinya berhasil. Namun dari ratusan pelaut, hanya belasan yang kembali ke Spanyol, dipimpin oleh Juan Sebastian Elcano. Magellan (begitu namanya dieja dalam bahasa Inggris) terlalu asyik menaklukkan Kepulauan Cebu. Lalu ia berminat menaklukkan pula Pulau Mactan. Namun di Pantai Mactan, Magellan tewas dalam pertempuran di air dangkal melawan pimpinan suku Mactan, Lapu-Lapu. Tentu akhirnya Spanyol menguasai juga kepulauan besar ini, yang kemudian bernama Filipina. Penjajahan Spanyol digantikan oleh Amerika Serikat, dan kini digantikan oleh orang kaya lokal. Mactan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Cebu, yang dihubungkan dengan dua jembatan besar. Cebu Airport pun terletak di Mactan. Di kota bernama Lapu-Lapu :).

Di sebuah resort di salah satu ujung kota Lapu-Lapu ini, hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari tempat Pertempuran Mactan itu, IEEE menyelenggarakan Pertemuan Tahunan Region 10 (Asia Pacific). Indonesia Section mengirimkan 2 wakil, ditambah 1 dari Indonesia Comsoc Chapter, dan 1 dari organiser TENCON 2011 (yang akan diselenggarakan di Bali tahun 2011). Pertemuan ini cukup lengkap. Selain para awak Region 10 dan seluruh Section di bawahnya, hadir pula Presiden Elect IEEE Moshe Kam, dan perwakilan dari Region 8 (Eropa Afrika) Joseph Modelsky.

Menarik menyimak paparan Kam. IEEE adalah hasil merger AIEE dan IRE. AIEE adalah organisasi yang secara klasik dihuni para engineer elektrik, sedangkan IRE organisasi yang dirasuki para engineer muda yang menggemari teknologi elektronika. Mirip NEFO dan OLDEFO, haha. Keduanya memiliki jumlah anggota yang terus bertambah; namun IRE melaju cepat dan melampaui AIEE. Merger keduanya ke dalam IEEE di tahun 1963 menyelesaikan masalah dualisme. Lalu dibentuklah society, region, section, dan lain2, yang berkembang hingga kini. Kini IEEE diakui sebagai pemegang autoritas dalam berbagai bidang ilmu dan profesi keinsinyuran. Dari 20 jurnal bidang elektroteknika yang paling banyak diacu, 16 di antaranya dari IEEE. Dari 20 jurnal bidang telekomunikasi yang paling banyak diacu, 15 di antaranya dari IEEE. Dan seterusnya. Namun. Dari 20 jurnal bidang medical informatics yang paling banyak diacu, hanya 2 dari IEEE. Dan dari 20 jurnal bidang nanoscience yang paling banyak diacu, tak satu pun dari IEEE. Kam menohok: mungkinkah IEEE sudah menjadi kekuatan established seperti AIEE zaman dahulu, sementara ilmu berkembang ke arah life science yang digandrungi para ilmuwan dan engineer muda, seperti IRE zaman dahulu? Maka ia menyampaikan arahan BOD: IEEE diarahkan ke teknologi yang relevan! IEEE bukan asosiasi kaum terdidik saja, melainkan harus jadi himpunan para engineer dan profesional. Bersambut dengan itu, Region 10 menyampaikan program2 yang mengarah ke peningkatan benefit ke anggota dan masyarakat melalui pengembangan organisasi, profesi, dan teknologi yang relevan dengan kekinian.

Apa sih untungnya jadi anggota IEEE? Ini pertanyaan yang sejak aku jadi Associate Member sudah sering dikaji. Aku bertahan cukup lama di sini, dengan alasan tersendiri. Tapi tak yakin bahwa alasan pribadi ini bisa ditularkan untuk membuat rekan2 bertahan juga, atau para engineer lain jadi ikut berminat masuk serta aktif di IEEE. Beberapa hal menarik yang sering disebutkan atas IEEE meliputi: akses ke engineering knowledge, peningkatan profesionalitas, kesempatan networking, bakti buat masyarakat, kesempatan karir, dan lain-lain. Namun buat para engineer di Indonesia, mungkin itu belum cukup; terutama karena organisasi ini mengenakan iuran tahunan yang menarik (istilah yang aneh, haha). Jadi kami di Indonesia Section (dan Communication Society Chapter yang sedang aku kelola) berusaha menciptakan benefit2 lebih: membuka kesempatan2 baru untuk networking, menampilkan citra profesionalitas anggota IEEE (expertise yang digabungkan dengan kepiawaian berkomunikasi manusiawi), dan menyusun serial kegiatan berbagi ilmu. Dari pusat, mulai ada policy untuk menurunkan iuran keanggotaan, agar lebih menarik. Angkanya disimpan dulu, sampai informasinya ditampilkan resmi :).

Strategi2 ini digali dan didiskusikan hari2 ini, untuk membentuk breakthrough dalam pengembangan organisasi, profesi, dan teknologi. Beberapa hal lain meliputi keprihatinan atas kurangnya peran insinyur perempuan, padahal telah terwadahi dalam Women in Engineering (WIE). Juga perlunya peningkatan peran para insinyur baru (GOLD — graduation of the last decade). Sayap filantrofi IEEE dikembangkan melalui HTC (humanitarian technology challenge). Dan masih banyak gagasan2 lain. Ada satu hari lagi, besok.

Berbeda dengan kota2 lain di Asia Timur Raya, Mactan dan Cebu ditaburi sinar matahari yang hangat sepanjang hari, nyaris tanpa awan dan mendung. Kesejukan datang dari angin laut. Suasana kota mirip kota2 agak kecil di Indonesia, dengan berbagai jenis angkot, tukang jual makanan di pinggir dan di tengah jalan, sopir taksi yang semena2 mengenakan tarif, dan sopir angkot yang biarpun gila tapi kalah gila dibanding sopir taksi. Harga2 terasa lebih murah dari Bandung, nah lo.

Penduduknya ramah, pandai berbahasa Inggris, namun sehari2 menggunakan bahasa Cebuano, yang beberapa kosa katanya mirip Bahasa Indonesia. Haha. Segala informasi ditulis dan dicetak dalam Bahasa Inggris. Tapi, hati2, di sini kita harus bawa peso kalau mau belanja atau jalan2. Serem nggak sih?

Gerbang 4G di Surabaya

Kampanye memperkenalkan IEEE melalui penyebaran wawasan atas teknologi-teknologi terbaru terus kami giatkan di berbagai kota. Februari ini, giliran kota Surabaya.

IEEE Indonesia Comsoc Chapter: Opening the Gates to 4G Mobile.

Kegiatan kali ini lebih besar dari kegiatan serupa. Audiensi bukan saja dari UPH, namun juga dari berbagai kampus dan dari para profesional teknologi di Surabaya. Tuan rumah kegiatan ini adalah Universitas Pelita Harapan (UPH), dipimpin Rektor UPH Prof John Parapak. Juga hadir pemrakarsa kegiatan ini di UPH, Prof John Batubara.

Seperti seminar sebelumnya, kami mengkaji aspek pengembangan teknologi telekomunikasi, termasuk beberapa alternatif dalam pengembangan teknologi mobile generasi keempat, termasuk LTE dan Wimax.

Multilayer

Februari ini seharusnya jadi musim pancaroba di Gugus Tugas kami. Restrukturisasi Telkom sebagai konsekuensi dari perubahan arah bisnis sudah waktunya menjangkau gugus yang mungil ini. Kami akan digabungkan dengan Divisi Multimedia yang memiliki expertise dalam bisnis multimedia, dan dengan demikian diharapkan lebih efektif menelurkan bisnis-bisnis yang kokoh di bidang informasi, media, dan education.

Di tengah suasana menarik ini, aku justru dijauhkan dari kantor , dan disuruh menyepi ke Gegerkalong. 2 minggu, wow. I mean, biasanya agak sulit untuk mendapatkan izin ke luar kota lebih dari 2 hari. Dan justru sering dalam 1 hari harus ikut kegiatan di 2 kota :). Tapi tentu kembali ke Bandung itu anugerah :).

Di Bandung, kami mendiskusikan semua aspek teknologi dan bisnis di bidang content & application. Mentornya berasal dari kota Kendal, sebuah kota imut di Cumbria, North-West England. Aku ‘gak tulis namanya di sini, kerna beliau akan mudah menggooglenya, termasuk mentranslatenya :). Peserta dari Telkom Group, termasuk Telkomsel, Sigma, Infomedia, dll. Dan karena kami dianggap expert di bidang masing2, sang mentor membawakan dalam gabungan semi diskusi. Tentu masih banyak hal baru yang kami pelajari, di luar expertise kami masing2. Tak ada pakar multilayer di bisnis ini. Aku sendiri dulu lebih banyak mendalami layer bawah (infrastuktur), dan belum terlalu banyak bermain di layer atas (aplikasi). Jadi cukup menarik mendiskusikan, mensimulasikan, memprediksikan berbagai hal dalam konektivitas dunia ini dengan mempertimbangkan layer-layer yang berbeda. Benar2 seluruh layer: DWDM, GPON, MPLS, IP, SCTP, SIGTRAN, IMS, SDP, hingga Web 2.0, Ajax, Facebook, Twitter, Adsense, Buzz, dll. Diskusi yang menarik dan bikin lupa urusan kantor :). Ini baru seminggu berlangsung, dan akan berlangsung seminggu ini.

Weekend lalu (13 Februari 2010), IEEE Comsoc Indonesia Section meneruskan seri seminar 4G Mobile Technologiesnya. Kebetulan kali ini di Bandung juga, jadi aku tak perlu lompat ke luar kota. Host kali ini adalah ITT (Institut Teknologi Telekomunikasi). Tim masih M Ary Murti (mengenalkan IEEE dan Comsoc), aku (memaparkan evolusi dan requirement 4G), Arief Hamdani (memperdalam LTE), dan kembali ke M Ary Murti (memaparkan WiMAX II). Sebelum acara dimulai, sempat dilakukan Comsoc Officer Meeting di situ juga. FX Ari Wibowo hadir, tetapi kali ini tidak sebagai speaker.

Seperti sebelumnya, paparan aku menjelaskan mengapa harus ada 4G (didorong a.l. oleh Web 2.0 dan Mobile 2.0). Lalu disusul pendekatan pada 4G: transmisi OFDMA, MIMO dan spatial multiplex, cognitive radio (CR, DSA, IEEE P.1900). Lalu aku tutup dengan pengenalan para kandidat: LTE dan WiMAX II. Karena waktu yang singkat, paparan tentang context-aware application tidak diberikan ;). Peserta konon mencapai 300 orang — sebagian besar mahasiswa ITT, dan sisanya para profesional dari beberapa perusahaan di Bandung.

Sayangnya aku tak sempat beramah tamah :). Selesai Sesi-1, aku langsung meluncur kembali ke Jakarta. Kali ini memenuhi janji untuk bercerita tentang Web 2.0 di MetroTV. Dengan kecepatan tinggi, dan berputar menghindari banjir yang mendadak mematikan trafik di tengah Jakarta, aku sampai tepat waktu di Studio MetroTV.

Sambil menunggu, para “narasumber” (dalam tanda petik, yang artinya adalah mereka yang nantinya duduk di belakang tanda “narasumber”) berdiskusi asik, terutama dengan terus mengerjai Mr Controversial Ruhut “Poltak” Sitompul. Dia lucu, enak diajak berdiskusi dan berteman, tapi tentu mengkhawatirkan kalau dia harus ikut menentukan kebijakan negeri ini (wakakakakaka). Sulit memaki tokoh ini, kerna dia terus menerus memaki dirinya sendiri (anjing SBY, kafir, dll). Dan — haha — juga menertawai rekan separtainya yang suka mengaku jadi pakar IT. Lupa namanya tapi.

Masuk ke studio, aku baru sadar bahwa acara Democrazy ini berisi dialog yang agak serius tapi banyakan becandanya :). Serasa kembali ke ruang diskusi di Gegerkalong, yang diskusi seriusnya juga harus diselingi candaan. Dan lucunya, waktu bercerita tentang Facebook, aku malah bercerita tentang angka2 prediksi, haha, bukan angka real sekarang. Duh, siap2 dimaki2 orang banyak ah :).

Baru hari ini aku bisa tidur :). Dan besok pagi balik ke Bandung. Seminggu lagi. Weekend depan, jadi speaker lagi untuk IEEE Comsoc. Host untuk minggu depan adalah UPH (Universitas Pelita Harapan) di Surabaya. Sekaligus bertemu para Ketua Departemen Elektro se-Surabaya. Mudah2an tidak ada interupsi yang mengharuskan aku jadi stuntman lagi minggu2 ini.

IEEE Comsoc: Digital TV

Tahun ini IEEE Indonesia Section dan chapter2 di bawahnya mengintensifkan serial2 seminar/lecturing di beberapa kota di Indonesia, secara paralel. Hey, melakukan serial secara paralel itu menarik :). Jadi, sementara serial 4G Mobile Technologies masih akan diselenggarakan di kota2 dan kampus2 lain, hari ini kami membuka serial baru: Digital TV. Seperti biasa, serial ini dibuka juga di Bandung; kali ini di Hotel Nalendra, Cihampelas.

Agak takjub dengan para peserta yang hadir dalam seminar hari ini. Kelas berat. Dari Bu Kusmarihati of Mastel (sebelumnya, beliau adalah Dirpem Telkom, Dirut Telkomsel, dan Ketua BRTI), beberapa Kepaja Jurusan dan pejabat dari Universitas2 (Universitas Hasanudin, Universitas Ahmad Yani, Universitas Maranatha, ITENAS, IT Telkom), wakil dari operator & provider (Telkom, XL Axiata, DAAITV, Nasio), dan beberapa profesional lain. Cukup kelas berat :).

Materi dalam seminar hari ini:

  • Muhammad Ary Murti, IEEE sebagai Organisasi Profesi
  • Arief Hamdani Gunawan, Digital TV & IPTV Network
  • Kuncoro Wastuwibowo, Video Coding, Compression, & Format
  • Irwan Prasetya Gunawan, Quality of Service & Quality of Experience
  • Satrio Dharmanto, Implementasi IPTV di Beberapa Negara

Dan barangkali karena cuaca Bandung yang merupakan paduan antara sinar matahari yang cerah dan udara yang sejuk, diskusi kali ini berlangsung amat seru dan hangat. Bukan saja di level implementasi bisnis dan engineering decision misalnya, tetapi sampai pemilihan formula matematis pun dibahas dengan asyiknya (Kenapa sih pakai DCT, bukan DFFT — haha. Dan asyiknya, aku punya jawabannya, haha). Andai seminar2 sebelumnya juga seseru ini :).

Seminar IEEE ini juga didukung Multikom sebagai sponsor. Ini untuk pertama kalinya IEEE Indonesia mulai menerima sponsorship dalam seminar2 mandiri yang dilakukannya. Berikutnya Digital TV akan disampaikan dalam bentuk lecturing di Universitas Bina Nusantara weekend depan. Aku harus memilih antara memberikan lecturing atau hadir di Wordcamp Indonesia. Keputusan yang sulit.

Di Bandung sendiri sedang ada kegiatan menarik. Telkom menyelenggarakan Speedy Games Championship II di Paris van Java hari ini dan besok. Dari Nalendra ini, kayaknya aku bakal meluncur ke PvJ. Dari mode serius, beralih ke mode game. Eh, game itu serius loh :D

Teknologi 4G di Yogyakarta

Tak seperti biasanya, kali ini Gunung Merapi tampak detil2 liku2nya lengkap dengan puncak menjulang dan asap tipisnya, bahkan sejak Garuda belum mendarat di Yogyakarta. Udara jernih nyaris tanpa kabut dan awan tipis. Ya, setelah Bandung, kali giliran Yogyakarta menjadi tuan rumah bagi lecturing “Opening The Gates to 4G Mobile Technology” yang diselenggarakan oleh IEEE Communications Society Indonesia Chapter.

Bertempat di Hotel Santika (19 Desember 2009), seminar ini masih menyampaikan materi yang sama dengan Bandung, namun telah diperkaya oleh hasil diskusi di Bandung. Speaker dan materinya meliputi:

  1. Muhammad Ary Murti: Pengenalan IEEE, societies, Indonesia section, chapters, membership.
  2. Kuncoro Wastuwibowo: 4G Mobile Technologies, network, service, cognitive radio, context awareness, candidates
  3. Arif Hamdani Gunawan: Candidate I –> LTE, evolution, features, architecture, OFDMA & SCFDMA, implementation plan
  4. FX Ari Wibowo: Candidate II –> WiMAX II, comparison of 802.16e vs 802.16m, specifications, features, architecture

Peserta datang dari Bandung, Yogyakarta, dan berbagai kota lainnya. Diskusi cukup tajam, membahas spesifikasi detail, spekulasi mengenai lenyapnya UMB :), hingga pengembangan aplikasi di atas teknologi 4G.

IEEE-4G-Yogyakarta

Setelah Yogyakarta, Teknologi 4G akan juga dibawakan ke kota-kota lain, sementara di awal 2010 nanti juga IEEE akan mulai meluncurkan tema-tema yang berbeda untuk lecturingnya. Lecturing ini akan disampaikan melalui beberapa metode sesuai tujuan. Bentuknya bisa kuliah umum di kampus, lecturing intensif seperti saat ini, atau conference yang lebih besar. Namun tentu akan diperlukan dukungan lebih banyak volunteer :). Punya passion di bidang ini?

Bandung Gerbang 4G

Lama tak menjejak Bandung. Dan kota ini menyambutku beku tanpa ampun. Gigil dikepung kabut tipis. Ah, di mana ceriamu yang dulu itu, kota inspirasiku? Beku kau tak peduli semangatku. Tapi negeri menanti.

Seperti yang telah lama direncanakan, Bandung merupakan kota pertama untuk serial seminar “Opening the Gates to 4G” :). Ini seminar yang diluncurkan IEEE Comsoc Indonesia Chapter, dan didukung IEEE Indonesia Section dan Mastel. Seminar ini bertujuan untuk membuka perbincangan yang lebih luas mengenai pengembangan network, service, dan aplikasi di Indonesia memanfaatkan platform 4G.

IEEE-Horison

Seperti kata judulnya, ada lebih dari satu gerbang ke 4G. Di sisi network, setelah tumbangnya UMB, kita memiliki LTE dan WiMAX II. Tapi banyak parameter lain yang menandai 4G. Cognitive radio memungkinkan perangkat2 kita secara cerdas memilih spektrum dan platform telekomunikasinya mengikuti kebutuhan, lokasi, dan parameter lain — a.k.a. konteks. Pun aplikasi tengah mengarah ke aplikasi peduli konteks (context-aware applications). Tentu ini sering diulas di blog ini, maupun beberapa blog tetangga. Tetapi baru sekali ini semuanya berhasil dikemas dalam satu buah seminar.

Aku membuka seminar yang diselenggarakan di Hotel Horison ini dengan menceritakan kebutuhan dan requirement atas 4G. Selain cognitive radio, dibahas skema all-IP network (yang artinya juga dukungan atas IPv6), antena cerdas (MIMO, spatial multiplex), dan OFDMA. Lalu Arief Hamdani melakukan diskusi panjang dan mendalam tentang LTE, lengkap dengan SAE. Untuk pembanding, aku mengulas mengenai WiMAX II yang masih berstatus pre-standard (IEEE 806.16m).

WiMAX-II-Reference-Model

Sebagai penutup, diskusi diakhiri tentang context-aware application dan pervasive computing. Dan langit Bandung sudah mulai gelap lagi. Seminar berikutnya di Yogyakarta, kemudian Denpasar. Medan? :)

Meraup Pendapatan dalam Dollar

Ya, ya. Ini kuno. Scammer zaman sekarang sudah menggunakan kata-kata yang lebih menunjukkan bahwa mereka punya otak juga (biarpun kapasitasnya cuman seperenamnya kita-kita). Eh, tapi masih ada dink yang masih pakai kata-kata mirip di atas.

Di sore berhias mendung itu, aku mendapati 3 amplop dari IEEE Computer Society. Satu menawarkan digital library. Satu memberi tahu bahwa akan datang surat berisi survei pembaca majalah IT Pro. Dan satu lagi survei itu. Surveinya cuma 4 halaman A4. Pakai kertas, huh. Zaman gini masih survei pakai kertas. Disertakan juga amplop yang tidak lagi perlu diperangkoi. Pokoknya tinggal isi, dan kirim, tanpa biaya. Eh, tapi terus ada selembar uang sedolaran di atasnya. Hah?

Tulisannya: uang itu bukan pengganti jerih payah; tetapi sedikit penghargaan karena telah mengirimkan survei dengan cepat. Hihi, ini mah maksa. Kan nggak mungkin kita balikin satu dollar itu tanpa mengirimkan via surat. Dan kalau punya waktu untuk mengirimkan ke kotak pos, kenapa nggak sekalian dikirimkan itu hasil survei?

Kreatif atau jail?

DLP Network Management

Baru seminggu masuk tahun 2009, IEEE Comsoc Indonesia Chapter telah melakukan salah satu kegiatan rutin: menyelenggarakan distinguished lecture. Lecture kali ini mengambil tema Network & Service Management, dengan lecture Prof Mehmet Ulema dari Manhattan College. Ini salah satu seleb IEEE yang tulisannya sering terbaca jauh sebelum zaman bikin tesis. Lecture dilakukan kemarin di ITT Bandung, dan hari ini di Binus Jakarta. Aku ikut yang di Binus hari ini.

Aku sendiri belum berhasil menulis paper tentang network management (di zaman aku masih doyan bikin whitepaper — paper yang materinya dan standar2nya tak tergantung dari vendor itu), karena jangkauannya terlalu luas, dan standarnya terlalu banyak :). Tapi Profesor Ulema mengoverviewkan masalah network management (NM) dengan hutan standardnya itu ringan. Pun sambil mengingatkan bahwa NM lebih merupakan suatu art daripada science. Art yang paling menarik adalah saat kita melakukan integrasi berbagai sistem. NM juga bersifat multidisiplin: dari elektro, komputer, matematika, operational research, ekonomi, dan tentu management. {Dan game theory juga :)}.

Mula2, dipaparkan berbagai dimensi NM, baik dari jenis network, fungsi, stage, dan … uh banyak. Barulah dikaji berbagai standar NM, dari ITU (TMN), IETF (berbagai versi SNMP), ISO OSI (CMIP), dan lain-lain (TMF, OMG, OSF, DMTF, dan yang included dalam standard2 IEEE, 3GPP, hingga (G)MPLS/ASON). Kemudian, tanpa ampun, diperdalamlah berbagai model standard itu; dari TMN dan arsitektur lengkapnya (logika, informasi — SMI dan MIB, fungsi, fisik), pendalaman MIB sendiri, dan MIB II, ke SNMP hingga SNMP v3 dan rencana versi SNMP berikutnya, RMON … hihi, panjang …trus ke arsitektur yang praktis, ke produk yang ada saat ini (komersial dan open source), MPLS (ini singkatan dari mephistopheles), IPv6, 3-play, NGN, dan ditutup dengan trend2 ke depan (autonomic computing etc).

Kuliah ditutup, dan kita masuk ke coffee break. Mahasiswa Bina Nusantara yang tadinya hanya diam malu2 dan ogah tanya2, mendadak melakukan serbuan, dan bertanya langsung. Hihi, kelihatannya mereka lebih suka bertanya informal, bukan tanya di forum sambil dipelototi dosen2 mereka. OK, ini foto Professor Ulema yang sedang asyik menjawab pertanyaan mahasiswa demonstran.

Next, sambil menikmati kopi hitam, gantian Prof Ulema yang mewawancarai aku tentang network development. Aku cerita sambil sesekali (sering kali) minta pendapat beliau tentang cara2 operator2 di Indonesia memanage network. Dualism IMS vs SDP misalnya (banyak SDP yang tidak dirancang untuk jadi IMS-aware). Tapi yang mengejutkan, Prof Ulema mengingatkan bahwa banyak operator internasional yang justru kecewa pada implementasi IMS. Woah, hal baru. Akhirnya kita memperdalam soal itu. Sayangnya, sebelum benar2 selesai, pihak Binus menculik Prof Ulema untuk dipulangkan dengan aman ke negaranya. Via Macau.

Kembali ke Comsoc. Rencana tahun ini adalah meneruskan kuliah2 umum tentang trend teknologi infokom ke kampus2. Tapi kita punya rencana tambahan. Di IET ada kuliah Faraday, dimana para engineer mengajar tentang engineering dengan kemasan menarik ke sekolah2. Ya, Faraday, fisikawan dan engineer yang nggak doyan kalkulus dan tak paham teori Maxwell itu (padahal teori Maxwell adalah formulasi atas garis2 gaya Faraday). Jadi semangatnya mencerahkan tanpa mengkalkulusi. Nah, Comsoc chapter Indonesia berencana melakukan upaya serupa. Nanti kita bahas lagi soal ini deh. Bantu ya.

« Older posts Newer posts »

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑