Author: koen (Page 11 of 123)

Simpang Jalan

Di simpang jalan … pada hari yang tepat untuk berada di simpang jalan. Bukan untuk memilih jalan yang terbaik buatku … tapi untuk memilih jalan di mana aku akan bisa memberikan yang terbaik. Semua jalan masih berbentuk labirin (atau jalan setapak bercecabang, dua-duanya mengutip Borges).

Sementara segala kata-kata beracun masih terus menggaung di udara, dengan aroma inDUHviduokrasi yang kental.

Garis Kabut

Jarang-jarang aku mengarah ke timur di Bandung sepagi ini. Kilau matahari tajam menusuk mata. Aku geser penutup kepala ke depan. Debu, asap, campur kabut tipis berpendar sepanjang Cicadas. Pepohonan berdaun jarang-jarang menapis sinar matahari, memola gemaris bersudut pada kabut jalan. Kendaraan segala dimensi berdesing tanpa ampun sepanjang jalan yang belum sempat macet.

Seorang lelaki setengah baya, berhenti dan memunguti sisa-sisa sampah di pinggir jalan. Segenggam kulit jeruk dan sisa isinya. Didekatkannya ke mulutnya, lalu sambil meneruskan berjalan, ia mulai mengeratnya. Bajunya tidak terlalu kotor — mungkin belum terlalu lama menggelandang.

Hmmm … aku bener-bener masih di Bandung.

100% Anglicised

On the other hand, hasil kuis minggu kemaren (di site yang aku lupa lagi alamatnya), menunjukkan bahwa aku sebenernya 100% anglicised. Hah-hah-hah :). Coba kalau kuisnya bersifat lisan, dengan penguji Rob White, lengkap dengan dialek Manchesternya. Hah-hah-hah :).

Visual Matematis

Hasil tes IQ di eMode.com: Anda bertipe visual matematis, lengkap dengan icon kayak di kanan ini.

Kejutan? Kayaknya semua engineer bakal dapet hasil kayak gini. Terutama engineer yang belum sepenuhnya anglicised. Sebagus-bagusnya hasil test yang bersifat verbal dalam bahasa asing, pasti selalu lebih bagus hasil test yang berupa bilangan yang bersifat agak universal, atau gambar-gambar yang universal beneran.

Angka IQ-nya? Bukan rahasia sih. Tapi mulai di SMA aku udah nggak mengimani bilangan IQ, dan nggak pernah peduli sama angka itu.

A Short History of Nearly Everything

Buat orang-orang yang bukan ilmuwan, tapi suka penasaran: bagaimana alam semesta ini bekerja, bagaimana mekanisme semesta yang kompleks ini tercipta, dan bagaimana manusia melakukan penelitian untuk mengetahuinya, juga bagaimana proses evolusi membentuk berbagai makhluk hidup, dan bagaimana manusia tumbuh dan berkembang. Bill Bryson, penulis yang suka jalan-jalan, menanyai banyak kelompok-kelompok ilmuwan, dan menyajikannya kepada masyarakat non ilmuwan dalam bahasa yang bukan bahasa ilmiah formal: A Short History of Nearly Everything.

Buku ini dinyatakan sebagai Book of The Month bulan ini di Waterstone’s. Di Amazon Inggris, buku ini menempati ranking penjualan ketiga, padahal baru diterbitkan 2 Juni lalu. Di Amazon Amerika, dia menempati ranking keenam, setelah diterbitkan bulan lalu. Masih edisi hardcover, tapi harganya tidak terlalu mahal, soalnya Amazon memberikan discount 50% di UK dan 40% di US.

Banyak yang memperkirakan buku ini akan menandingi kesuksesan buku Stephen Hawking A Brief History of Time. Masa sih?

H-10

Sepuluh hari lagi, Garfield akan berulang tahun yang ke dua puluh lima. Nah lo, yang lahir tanggal segitu berarti saudara kembarnya Garfield, yang mewarisi seluruh sifat-sifat Garfield: self-centric, suka bobo, doyan maem, suka jail, suka sinis, dan suka mukulin laba-laba. Yang terakhir barangkali susah dicari tandingannya. Tapi boleh lah diganti dengan suka mukulin Spiderman. Atau … kalau kita ingat bahwa laba-laba itu profesinya adalah menciptakan jaring laba-laba (web), boleh lah kita ganti dengan: suka mukulin para webmaster. Hah-hah-hah. Are we having fun yet?

Trus apa yang dilakukan Garfield di ultahnya yang ke 25? Emang kita pikirin :).

Khas kartun Amerika, Garfield diciptakan bukan sebagai tokoh simpatik atau tokoh yang membuat kita bersimpati. Humor pada kartun Garfield lebih difokuskan untuk menertawai keanehan kita sendiri sebagai spesies manusia, yang merasa unggul, etis, dan moralis, tapi sering nggak lebih baik daripada seekor kucing gendut yang egois. Hey, I’m not overweight. I’m undertall.

Kayak Camping

Sekelompok pekerja lepas sedang membuat saluran gorong-gorong, di bawah sinar matahari yang menghujam tanpa ampun dari pagi sampai siang itu. Tapi syukurlah waktu jeda tiba, dan nasi bungkus dibagikan. Mereka mulai mencari tempat.

Satu orang menarik temannya ke arah rumahku. “Ke situ aja,” katanya. Nggak merasa kalau suaranya kedengeran dari balik jendela. Ketawa2, mereka masuk ke halaman. Pasang kran taman untuk cuci tangan sebentar. Terus memutuskan duduk di rumput, antara pohon mangga dan pohon palm.

“Kayak camping”, kata salah satu pekerja itu. Terus makan sambil ngobrol dengan asiknya.

Pingin nawarin minum. Tapi khawatir mereka malah makannya nggak santai, tahu bahwa rumah ini masih berpenghuni.

The Greeny House

Dulu aku menamai rumah kami the greeny house. Temboknya krem, tapi penuh asesori hijau. Tapi terus cat memudar, dan aku memutuskan memilih warna hijau yang lain untuk asesorinya. Juga untuk genteng dan pintu. Kaget juga lihat hasilnya: hampir semua warna hijau ada di sini: daun pohon mangga, daun pohon palm, pintu, tembok bawah, genteng, rumput, dan tanaman-tanaman kecil — semua menampilkan kehijauan yang berbeda.

Rumah kami punya ciri khas di deretan ini: tempatnya tepat di tengah, tapi jadi satu-satunya rumah yang nggak berpagar. Ada alasan semi-ideologis di situ. Para pencoleng Bandung berhasil memaksa aku pasang teralis di jendela rumah. Mudah2an mereka nggak berhasil memaksa aku pasang pagar.

Anti sosial, memang — kalau ini artinya kita tidak mau hidup menyesuaikan diri dengan pikiran tetangga. Lebih antisosial lagi, aku suka menganggap pikiran sebagian tetanggaku rada-rada primitif.

Rumah tanpa pagar itu menarik. Orang lebih suka datang ke rumah tak berpagar, daripada yang berpagar logam. Abis pintu dibuka, baru tahu kalo penghuninya ternyata anti sosial. Eh.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorĂ©nUp ↑