Page 85 of 210

Tiga Tahun Blogging

Ada berapa sih weblog personal punya orang Indonesia yang umurnya mendekati tiga tahun? Dan apa sih yang diceritain di weblog yang bisa bertahan lama gitu?

Tiga tahun, cukup untuk mengubah haluan. Mau bikin jurnal serius, malah jadi catatan harian. Mau bikin catatan harian, malah jadi ajang chatting. Mau bikin catatan ilmiah, malah jadi rubrik humor. Mau nulis rubrik humor, malah keasikan ketawa dan jadi lupa nulis.

Weblog ini, lucunya, fungsinya jadi sama dengan tiga tahun lalu, waktu mulai dibikin (tadinya dalam skrip PHP bikinan sendiri, sebelum dipindah ke Blogger): jadi misc notes.
Sempat sih, di tahun 2001, weblog ini jadi kantor berita buat aku yang males nulis email. Hal-hal yang biasanya didiskusikan rada detil di email jadi pindah ke weblog. Juga cerita-cerita dan foto-foto. Tahun 2002, weblog ini jadi mirror buat Dilbert, soalnya kisah keseharianku memang bikin aku jadi kayak prototype Dilbert. Tahun 2003, jadi … jadi gini lagi :).

Yang juga lucu, di setiap tahun, antara Maret s.d. April, aku selalu terpikir untuk mengakhiri catatan ini. Tapi nggak jadi lagi. Terlalu malas buat menutup catatan.

Yang jelas sih, kayak penulis buku «Surely You’re Joking, Mr Feynman», aku nggak menjadikan catatan ini sebagai semacam autobiografi, juga bukan tempat manifesto.

Aku belum cukup terbuka untuk bener-bener cerita tentang apa yang bener-bener aku pikirin setiap malam, apa yang aku kerjakan setiap hari, apa yang bener-bener pernah terjadi waktu aku kecil, dan apa yang mau aku lakukan di masa depan.

Barangkali … aku juga belum cukup terbuka untuk menceritakannya ke aku sendiri :D.

Waktu Kematian

«Orang suka bertanya, bagaimana perasaan kamu bahwa kamu tahu istri kamu akan meninggal tidak lama lagi» — cerita Feynman. Terkejut, resah, pasti. Tapi setelah itu hidup jalan terus. Dengan candaan dan kreativitas hidup yang nggak pernah berkurang, dan dengan pekerjaan yang nggak pernah habis. Hidup jadi berlangsung apa adanya. Seperti orang lain hidup.

Terus Feynman membalik pertanyaan itu. Seandainya ada makhluk hidup di Mars, dan makhluk itu tidak memiliki kemampuan untuk mati (kasihan yach). Kalau makhluk Mars itu datang ke bumi, dia akan sangat takjub mendapati manusia yang akan menghadapi kematian dalam usia rata-rata 60-an tahun. Takjubnya bukan karena kematian. Tapi karena manusia sadar bahwa mereka akan mati. Dan mereka tetap menjalani hidup dengan ceria, dengan dinamika dan kreativitas yang luar biasa.

«Apa yang terjadi pada kami, terjadi juga pada kita semua. Kita punya kepastian yang sama. Hanya saja kami memiliki waktu yang lebih pendek.» gitu lanjut Feynman. Maka waktu Arlene meninggal, dia tidak mau lama-lama melihat badan yang sudah tidak bernyawa lagi. Dia ambil barang-barang Arlene, dan kembali ke proyek, dan menolak orang-orang bersimpati. Hidup jalan terus.

Beberapa bulan setelah Proyek Manhattan selesai, Feynman jalan-jalan ke kota. Di sebuah etalase toko, dia lihat ada baju perempuan yang menarik. Arlene pasti pingin beli baju itu, pikirnya. Pikiran itu menyentaknya, dan membuat dia sadar bahwa dia benar-benar kehilangan Arlene. Lalu untuk pertama kali dia menangis.

Menangis juga manusiawi.

Arlene Feynman

Feynman konon memang beruntung. Selain cerdas, hidupnya juga penuh dengan hal-hal yang lucu dan menarik. Tapi kita suka lupa, bahwa yang menentukan kelucuan dan kemenarikan hidup kita itu kita sendiri.

Aku abis baca kisah Feynman dengan istri pertamanya, Arlene — nggak ada hubungannya dengan pacarnya Garfield. Arlene adalah primadona di sekolah Feynman, dan selalu punya pacar. Feynman baru bisa merebut hati Arlene waktu dia jadi siswa terbaik dalam bidang matematika, fisika, kimia, dan biologi; plus penghargaan khusus dalam bahasa Inggris, gara-gara dia bikin karangan yang berisi kata-kata rumit cuman buat iseng. Tapi terus Feynman harus kuliah di MIT. Mereka janji mau menikah abis Feynman lulus.

Tapi kemudian Arlene terdeteksi menderita Hodgin, semacam TB, tapi yang tak tersembuhkan. Dia divonis akan meninggal hanya dalam beberapa tahun ke depan. Mereka berdua terpaksa menghadapi vonis itu, dan menerima kenyataan terburuk. Feynman lulus, meneruskan ke Princeton, dan bikin tesis di bawah bimbingan Wheeler. Kondisi Arlene makin buruk. Jadi, abis lulus dari Princeton, Feynman menyatakan siap menikah.

Ortu Feynman jelas tidak setuju. Mereka lebih suka Feynman memulai karir yang bagus daripada menikah dan memiliki hidup bermasalah. Feynman menemui dokter lagi, minta diizinkan menikah. Kata dokter: bisa, tapi nggak boleh terlalu sering melakukan kontak fisik. Berciuman pun nggak boleh. Jadilah mereka menikah berdua, tanpa diiringi keluarga, dan pindah ke Princeton. Waktu itu Proyek Manhattan sudah dimulai di Princeton.

Di Princeton, Arlene tinggal di rumah sakit. Situasi berlanjut sampai Feynman harus pindah ke Los Alamos untuk mengerjakan kelanjutan Proyek Manhattan. Arlene ikut pindah ke Los Alamos, tapi selalu hanya di RS. Dari RS dia mengirim surat-surat aneh ke proyek. Di bulan Mei, dia mengirim koran ke banyak orang di proyek, dengan berita utama “RP Feynman Berulang Tahun”. Dia mengirimkan puzzle yang bikin Feynman selalu dimusuhi provost proyek (tentara). Dia juga beli panggangan, dan memaksa Feynman memanggang steak setiap weekend di tepi jalan umum.

Tapi … well … segalanya harus berakhir. Arlene meninggal setelah cukup lama tidak sadar. Waktu Feynman mencium rambutnya, dia merasakan keharuman yang sama seperti biasanya. Itu mengagetkannya. Arlene meninggal — sesuatu yang besar telah terjadi — tapi nyaris tidak ada yang berubah.

Essential C++

Stanley Lippman, penulis buku C++ Primer, selalu membanggakan buku tulisannya sebagai buku yang bersifat esensial bagi siapa pun yang mau mulai belajar C++. Memang kitab utama bagi programmer C++ masih buku Bjarne Stroustrup The C++ Programming Language. Tapi Stroustrup menulis untuk programmer, bahkan bisa kita bilang untuk programmer C++, bukan untuk novice yang masih meraba-raba pingin tahu kenapa ada tanda plus dua kali di belakang nama besar bahasa C.

Lippman tapi memiliki kelemahan yang sama dengan Stroustrup. Bukunya tebal tak alang kepalang. Tak nyaman buat generasi masa kini yang baca buku di KA dan bis kota sambil ngobrol renyah dengan teman-teman. Dia baru menyadari soal itu di Disney.

Lippman memperoleh proyek di Disney. Animasi sesuatu di film Fantasia 2000. Zaman dulu sih, waktu orang gampang dibikin kagum sama Star Wars, animasi dibuat dalam bahasa C. Sekarang C++ yang keren dan kokoh itu. Maunya. Tapi di proyek di Disney itu, mereka telanjur pakai Perl. Emang bisa sih konversi program Perl ke C++, tapi artinya kerja cukup lama untuk melakukan hal yang udah dilakukan. Jadi mendingan si expert aja, Lippman, yang dipaksa belajar Perl.

Waktunya? Nggak lebih dari satu hari.

Beruntung dia. Ada buku Learning Perl dari Randal Schwartz. Kita ingat, kitab utama Perl bukan buku Schwartz yang ini, tapi buku Programming Perl tulisan Larry Wall, yaitu Stroustrupnya Perl. Untuk yang baru belajar, memang lebih dianjurkan baca buku Schwartz. Dan buku ini tipis, simpel. Buat orang yang niat baca, semalam pun jadi. Jadi lah Lippman programmer Perl.

Tapi Lippman jadi mikir: sial bener ya orang kayak aku yang suatu hari terpaksa harus belajar bahasa C++ dalam waktu singkat. Buku buat pemulanya sama seremnya sama buku babonnya.

Dengan ide itu, dia mulai menulis versi Learning Perl untuk C++. Dan namanya adalah Essential C++, diterbitkan Addison Wesley. Bukan, bukan Additional Weasel. Itu mah Dilbert.

Lima Tahun Soeharti Longsor

Lima tahun yang lalu, Soeharto longsor: jatuh terhina. Apa sih yang kita rasakan waktu sang jendral pringisan itu membacakan pidato pengunduran diri? Rasa haru? Rasa lega? Aku yakin, waktu itu yang ada adalah rasa tidak percaya. Tidak percaya bahwa si boss banyak akal itu sebegitu mudahnya menyerah kepada tuntutan rakyat.

Tapi entah akibat tuntutan rakyat, atau IMF, atau pemerintah US, atau penasehat spiritual plus tuyulnya, ternyata si boss memang longsor. Gubrak, begitulah. Dan rasa tidak percaya mulai berubah jadi rasa lega.

Dan perasaan yang sukar dilukiskan. Perasaan punya negara. Lucu ya? Bertahun-tahun, rasanya kita hidup di negara punya orang lain — dibodohi terang-terangan setiap hati, dipaksa jadi tamu di tanah air sendiri. Lucu dan menarik punya perasaan bahwa hari ini tanah air kita adalah benar tanah air kita. Dan rasa eksotik melihat bendera-bendera aneh berkibar: Masyumi, Murba — eks partai-partai terlarang.

Aceh Kenapa?

Aceh. Kenapa sih harus kayak gitu?

Kenapa sih, abis kita ikut mengutuki US yang memilih jalan kekerasan kepada pemerintah Iraq (yang memang zalim) dan membunuhi warga sipil, terus kita justru melakukan hal yang sama di Aceh?

Dan warga Indonesia jadi mirip warga US yang mendukung pemerintahnya apa adanya.

Dan media-media Indonesia jadi mirip CNN dan Fox yang menyiarkan berita dan data hanya yang bersumber dari Kodam.

Lalu di mana hati kita untuk rakyat sipil, i.e. saudara sebangsa kita, yang terbunuh? Atau yang ditugasi untuk membunuh?

Innuendo

«Release your mask!» teriak Freddy Mercury (Innuendo). Sedemikian menjejasnya gerigi kehidupan, sampai orang menghalusinasikan topeng besar nun di atas sana. Sesuatu yang besar namun tersembunyi, jauh tapi mengatur segalanya dengan ketat, tanpa ragu, tanpa ampun.

Bahkan bagi kita yang tidak menghalusinasikannya sebagai topeng, kadang takdir, dan seluruh formulasi alam semesta ini, terasa terlalu lucu.

Tersesatkah kalau kita akhirnya justru melihat ketidakseriusan penataan semesta? Semuanya ringan, lucu, dan serba penuh permainan.

Apa yang dinyanyikan Mercury kalau kita melihat semesta kayak aku lagi melihat semesta saat ini?

«It’s a kind of magic» ?

Webhosting Lokal

Rekan-rekan muda kita para pengusaha webhosting kayaknya memang perlu belajar lebih banyak tentang customer care. Bukan berarti mereka masih bloon, bukan. Sebaliknya, mereka
justru termasuk otak-otak jenius, para hacker kelas 37337, dan ditakuti di seluruh penjuru jagad maya — setidaknya demikian yang dikoar-koarkan di mana-mana.

Contoh yang menarik adalah webhosting NC, tempat aku menempatkan komunikasi.org. Ngasih paket murah sih, dengan fasilitas bagus-bagus: server dengan link kecepatan tinggi, mail yang besar, SMTP, 5 mail list. Abis satu tahun, harga direschedule, jadi aku harus bayar dua
kali lipat, dengan fasilitas yang dikurangi: mail list tinggal 2, dan interfacenya jadi aneh. Nggak lama, SMTP dimatiin, tanpa pemberitahuan. Dan abis itu, mail list yang sedang aktif dimatiin
juga, tanpa pemberitahuan.

Mau pindah? Emang ada yang lebih baik? Maksudku dalam hal customer care. Kalau soal teknis sih … memang kesalahan teknis harus dianggap biasa terjadi, dan nggak perlu dianggap gangguan serius. Dan aku termasuk kagum dengan NC yang bisa menangani kekacauan teknis dengan cepat dan elegant. Nggak terlalu rapi sih memang. Tapi lumayan lah.

Site kuncoro.com tadinya dipasang di MWN, yang konon dikelola hacker juga. Tapi akses ke sana melambat secara konsisten, trus suatu hari dimatiin. Kenapa? Account dimatiin otomatis pada hari H berakhirnya kontrak. Heh, emangnya kita hafal tanggal kontrak kita mati? Nggak
pakai pemberitahuan. Udah gitu, dia malah menganggap aku nunggak 3 bulan pula. Aku minta database dia diberesin, dan sementara itu akses web dan mail dibuka dulu. Tapi mereka keberatan membuka akses mail. Well, aku nggak pingin yang kayak gini sering terulang. Jadi aku lariin domain kuncoro.com ke tempat lain, dipakai buat forwarder aja ke kun.co.ro.

Anak-anak muda itu suka memaki-maki perusahaan besar yang established, karena nggak pernah bisa memuaskan para customernya. Well, setidaknya mereka kacau karena punya pelanggan banyak. Masa sih, punya pelanggan beberapa ribu aja udah nggak mampu mengelola proses billing atau kapasitas server?

Banyak belajar, termasuk belajar rendah hati …

StrUpr

Enak kok kalau bisa bahasa C. Banyak bahasa lain yang diturunkan dari C, termasuk C++, Java, Perl, PHP, dan masih banyak lagi. Kita tinggal perlu belajar dikit tentang perbedaan sintaks yang minor itu, trus jadilah kita programmer di bahasa-bahasa itu. Gitu katanya. Naif yach?

Sintaks C memang sering diculik untuk menyusun bahasa baru, soalnya sifatnya yang manusiawi dan komputerwi sekaligus, dan soalnya bahasa ini merupakan bahasa yang paling banyak dipakai oleh developer profesional untuk menyusun program-program dan proses-proses di seluruh dunia (compared to keluarga Basic dan Pascal yang banyak dipakai end user untuk aplikasi personal). Jadi diharapkan learning curve untuk ke bahasa-bahasa baru itu nggak terlalu lebar, maunya. Tapi, tentu, bahasa-bahasa itu bukan sekedar C yang dipoles ulang. Ada perbedaan paradigma, yang menuansa atau menjurang, yang mengharuskan membentuk sebuah bahasa baru, dan gap ini kemudian berkembang ke arah-arah yang kadang tak teramalkan, dan membentuk jurang besar dengan para pendahulunya.

Seandainya pun bahasa-bahasa itu nggak terpisah, kita punya masalah lucu lain: para pencipta bahasa-bahasa baru punya selera yang berbeda dalam menamai fungsi-fungsi (atau pada oop: metode-metode). Nama fungsi memang bukan termasuk standar bahasa C, dan orang-orang tidak pernah merasa berdosa menamai fungsi-fungsi as delicious as their belly buttons (seenak udelnya sendiri).

Misalnya, dalam bahasa C, kita biasa mengubah semua huruf dalam sebuah teks menjadi huruf besar dengan fungsi strupr. Ini misalnya lho — aku sendiri punya fungsi lain yang aku definisikan sendiri. Trus kita bikin script PHP. Pakai tuh strupr, dan oops … kok jadi lain? Yup. Di PHP, fungsinya berubah nama jadi strtoupper. Dan ini nama fungsi-fungsi yang sama di bahasa yang konon keturunan C, atau sering dipakai bersama program keturunan C:

  • C: strupr(text)
  • awk: toupper(text)
  • PHP: strtoupper(text)
  • JavaScript: text.toUpperCase
  • Perl: uc(text)
  • STL: toupper(text)
  • VCL (Borland, untuk char*): StrUpper(text)
  • VCL (Borland, untuk ansi-string): UpperCase(text)

Yang bukan keturunan C, tapi sering dipakai bersama keturunan C:

  • Ruby (bukan keturunan C): text.upcase
  • PL/SQL: upper(text)
  • MySQL: ucase(text)

Nggak heran, aku beneran harus koleksi pocket reference books #^@(!#^(*!@^#*(!@^#*(!@.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑