Page 57 of 210

Revenge of the Sith

«Fear is the path to the Dark Side. Fear leads to anger. Anger leads to hate. Hate leads to suffering.» — Master Yoda to Anakin Skywalker

Yang paling ditunggu dari episode ketiga dari epik “Star Wars” tentulah bagaimana Anakin si pahlawan kemanusiaan itu bisa ditarik ke sisi gelap dan berubah menjadi penjahat yang tak punya nurani. Rentetan plot dari bagian pertama dan kedua sudah membuat kita bisa menggambarkan. Jadi yang menarik dari bagian ketiga ini tentu bukan ceritanya, tapi nuansa-nuansa pertentangan di dalamnya, yang diharapkan menyampaikan hal yang luar biasa.

George Lucas tidak mengecewakan kita.

Dengan latar plot yang beritme lambat (sebenarnya tidak perlu selambat itu, tapi mungkin Lucas menyediakan ruang untuk mereka yang belum lihat bagian 1, 2, dan 4); plot diruncingkan. Tidak diklimakskan, karena pertentangan yang utama justru terjadi di dalam batin Anakin sendiri. Penggambarannya sungguh luar biasa. Angkasa Coruscan memerah, indah, kental, gamang, dengan lalu lintas galaktika terus mengalir di depannya. Anakin terus menatap ke angkasa. Nyaris tanpa ketegangan yang tampak. Tapi gemuruhnya hari terasa. Langit merah bersemu oranye hingga violet. Anakin menunduk, meneteskan air mata. Dan demikianlah segalanya telah ditentukan.

Tentu ada bagian lain yang juga ditunggu. Anakin beralih jadi Darth Vader, dan semua Jedi dimusnahkan (hampir). Trus apakah episode 3 ini jadi cerita kemenangan kejahatan? Kalau tidak, ada prinsip paritas yang dilanggar ;). Pada bagian 1 dan 2, Anakin jadi pahlawan, dan kebaikan boleh menang. Pada bagian 4, 5, 6, Darth Vader jadi manusia kelam, tapi kebaikan tetap menang. Titik balik di bagian 3 ini harusnya kebaikan tetap menang. Tapi kalau Anakin jahat, dan dia tokoh aktif, dan dia survive hingga bagian 6, maka di bagian 3 ini dia harus menang. Maka bagian 3 ini adalah bagian di mana kejahatan boleh menang? Masa? Nggak.

Obi-wan, guru dan sahabat Anakin dalam cerita ini akhirnya mampu mengalahkan Anakin, dalam duel Jedi terseru dan terlama. Dan khusus adegan ini, latihan dilakukan hingga 2 bulan terus menerus. Anakin bukan cuma boleh kalah, dia harus mati, hancur, baru film ini berharga. Dan itulah yang terjadi, dia hancur. Tapi Sith Master mengambil jasadnya yang dalam keadaan hancur dan sekarat. Memasang sistem kehidupan padanya, yang menyelamatkannya, tapi membuatnya jauh dari bentuk manusia. Dan itulah yang kita kenal sebagai Darth Vader di bagian 4 hingga 6.

Adegan ala Faust terjadi beberapa saat sebelum Padme meninggal. Dalam kekancuran hati akibat kehilangan Anakin (kehilangan karena menjadi jahat, bukan karena mati), dia masih bilang bahwa di dalam hati Anakin masih tersimpan kebaikan hati yang tidak bisa dihilangkan. Faust sekali kan? Musik latarnya a-la Requiem, bikin aku agak susah menahan air mata.

Yup, Anda nggak salah baca. Kalau kena keindahan yang samar, aku bisa cengeng mendadak :). Mungkin gara2 musiknya, atau mungkin gara2 pola Faust, di mana manusia yang sesat akibat keputusannya sendiri pun dipercaya akan kembali kepada sinar kemanusiaannya yang mulia.

Seperti Faust, seperti Anakin, seperti juga aku.

Reuni Chevening

Setelah beberapa bulan, kali ini kita mengunjungi rumah Mr Charles Humfrey lagi.
His Excellency British Ambassador ini mengundang para alumni Chevening menemani para padawan Chevening (duh, istilahnya Jedi sekali) yang akan berangkat dan yang baru pulang. Acara yang dikoordiasikan oleh British Council ini masih tetap sederhana dan elegant, tidak berlebihan. Malah menunya rada kurang (eit, aku nggak mengeluh, cuman kelaparan). Over all, yang menarik tentu kesempatan ketemu rekan-rekan lama yang menghilang, dan juga rekan-rekan baru, dan berbincang tentang tema-tema yang luar biasa banyak dimensinya (mind you, aku kurang banyak berdiskusi mengenai masalah2 non telekomunikasi akhir-akhir ini) dengan orang-orang yang menarik itu. Tapi memang, acara semacam ini tidak cukup diset beberapa jam saja. Sudah diperpanjang pun, rasanya belum cukup. Mungkin perlu semacam workshop sampai 1 minggu kali ya ;). Hush. Tapi Humfrey bilang, yang penting adalah terus menjaga relationship antar (ex-)scholars setelah acara-acara ini selesai. D’accord, Monsieur.

If Light Were Dark

Soal puisi Perl, Mr BR jagonya. Jago koleksi maksudnya. I wonder if he ever composed his own poetry (in Perl or any other languages). This one is from him, dikirim ke mail list teknologia:

if ((light eq dark) && (dark eq light)
&& ($blaze_of_night{moon} == black_hole)
&& ($ravens_wing{bright} == $tin{bright})){
my $love = $you = $sin{darkness} + 1;
};

… which was derived from these lyrics, by Jim Steinman’s song The Invocation:

If light were dark and dark were light
The moon a black hole in the blaze of night
A raven’s wing as bright as tin
Then you, my love, would be darker than sin.

Inakurasi Sejarah Internet

Ada di site Nethistory, dan cukup menarik dikaji ulang: The historical inaccuracy of Arpanet claims to Internet origins.

Umumnya orang percaya bahwa Internet ditemukan oleh Pentagon tahun 1969, bahkan dengan bumbu bahwa Internet dimaksudkan untuk membuat jaringan yang mampu bertahan terhadap serangan nuklir. Maka tahun 2004 lalu, dirayakanlah 35 tahun Internet. Namun ternyata, tidak semua orang merayakan, atau menyepakati versi kelahiran Internet ini.

Site ini membahas beberapa kemungkinan sejarah Internet, yang memang tidak tunggal, dari banyak rujukan alternatif. Beberapa kriteria yang diujikan untuk setiap fakta sejarah tentang network yang dianggap sebagai cikal bakal Internet adalah:

  • Apakah jaringan itu merupakan penghubung antar network?
  • Apakah jaringan itu melibatkan komputer?
  • Apakah jaringan itu melibatkan komunikasi antar manusia?
  • Apakah jaringan itu nyata, bukan sekedar teori?

Kalau sebuah network lolos kriteria itu, ujian akhirnya adalah menentukan: apakah network itu memang “Internet” yang pertama?

Sila baca-baca sendiri di sana. Saya sudah bilang: cukup asyik. Beberapa hal yang dihasilkan dalam site itu:

  1. There are a number of valid claims to origins of the Internet.
  2. Although an original date and place might be obtainable for the first networked transmission that could be called an Internet, the result would need by definition to include more than one party or network, and is unlikely to be a satisfactory or useful conclusion.
  3. Not only US projects were involved in the beginnings of the Internet.
  4. Not only government funded US research programs were involved in the beginnings of the Internet.
  5. Not only telcos and the commercial sector were involved in the beginnings of the Internet.
  6. Neither Arpanet nor TCP/IP is present in all valid theories.

Sabar dan Nerimo

Aku baru kemarin cerita ke seorang sahabat tentang QS Al Ashr, tentang pentingnya saling mengingatkan dalam kebaikan dan dalam kesabaran, dan bahwa kesabaran dalam hal ini lebih tepat dipetakan sebagai persistence, bukan patience. Persistence itu kesabaran juga. Sabar, kokoh, istiqomah, dalam menjaga atau mewujudkan nilai-nilai, dan kuat hati melawan segala macam bentuk tekanan. Pantang menyerah dalam berjuang.

Sore ini Frans Magnis Suseno memberikan lecture tentang etika. Salah satu yang beliau sebut adalah tentang konsep “nerimo” dalam budaya Jawa. Konsep nerimo, kata Romo Magnis, bukanlah konsep menyerah menerima keadaan. Konsep ini justru merupakan penguat untuk tidak mau patah menerima tekanan dan tindasan.

Thanks, Romo. Ini makin menguatkan hati.

Dan minggu depan, lecture akan dibawakan oleh Putu Wijaya.

Wolfgang Pauli

“This paper isn’t right. It isn’t even wrong.” Ini kalimat yang cukup terkenal dari fisikawan kuantum, Wolfgang Pauli. Mungkin pernah juga aku buat tulisan tentang Pauli. Tapi biar deh, dobel juga. Pauli bilang, yang nggak boleh dobel itu lepton dalam empat bilangan kuantum yang sama. Dia tak ada sebut apa-apa tentang dua tema kembar dalam sebuah weblog.

OK. Konon, orang boleh bertanya apa pun pada Pauli tanpa khawatir dianggap bodoh; karena bagi Pauli semua pertanyaan itu memang bodoh. Ini terjadi bahkan sejak Pauli jadi mahasiswa. Setelah sebuah kuliah oleh Einstein, Pauli memulai diskusi dengan ucapan, “You know, what Einstein said is not too stupid.” Yup, cuman yang sekelas Einstein yang tidak terlalu bodoh.

Einstein dan Pauli

Aku pernah menulis kesan Feynman tentang Pauli. Dia memberikan ulasan mengapa teori Wheeler-Feynman yang dipaparkan Feynman itu salah, tapi sama sekali tanpa dipahami Feynman sendiri. Pauli sendiri pernah menanggapi seorang fisikawan muda lainnya: “So young and already so unknown.”

Waktu Eugene Gugh — seorang fisikawan lainnya — mencoba mendebat salah satu paparan Pauli, Pauli mendengarkan sebentar, lalu memotong: “Gugh, whatever you know, I know.”

Juga Lev Landau, ilmuwan Soviet yang terkenal keras dan arogan. Landau memaparkan papernya kepada Pauli. Melihat wajah Pauli yang ragu, Landau marah. “Kau pikir ini nonsense kan?” katanya menyerang Pauli. Dan Pauli cuma bisa menjawab, “Nggak. Nggak sama sekali. Idenya terlalu kabur, jadi saya belum tahu ini nonsense atau tidak.”

Setelah PD-2, Pauli sempat bertemu lagi dengan Heisenberg, salah satu tokoh besar teori kuantum lainnya. Sama-sama menyatakan sudah menurunkan semua masalah yang belum terpecahkan dalam teori partikel elementer, mereka berkerja bersama, dan akhirnya menyederhanakan hasilnya dalam satu formula. Hasilnya dipaparkan Pauli di Columbia University, di hadapan tokoh-tokoh fisika, termasuk Niels Bohr (f.y.i., anaknya Bohr ini juga namanya Bohr, juga jadi fisikawan, dan juga memenangkan hadiah nobel, dan berultah pada 19 Juni — tapi ini cerita lain). Setelah Pauli berpaparan, Bohr diminta berkomentar. Jeremy Bernstein menyatakan bahwa diskusi ini adalah diskusi paling tidak umum selama dia jadi fisikawan. Mula-mula Bohr menyatakan bahwa teori Heisenberg-Pauli ini gila, tapi tidak cukup gila. Relativitas dan teori kuantum itu gila, melawan akal sehat yang berlaku. Di lain pihak, teori yang dipaparkan Pauli ini memang ajaib, menarik, tapi tidak cukup gila. Pauli membalas menyatakan bahwa teorinya itu cukup gila. Mereka bicara bergantian. Bohr berkeras bahwa teori Pauli tidak cukup gila, sementara Pauli berkeras bahwa teorinya sangat gila. Ada non fisikawan di sana, seperti Dyson. Tapi dia tidak mau berkomentar menanggapi cara fisikawan papan atas ini berdebat.

Tak lama setelah itu, Pauli sakit dan meninggal. Sebelum meninggal, salah satu yang diucapkannya adalah “Ich weiss viel. Ich weiss zu viel. Ich bin ein Quantengreis.” Dia meninggal di RS, kamar 137 — angka keramat bagi para fisikawan mekanika gelombang.

Site telkom.info

Site telkom.info memperoleh host baru. Host mengambil tempat di Aushost, sebuah layanan premium free webhost.

Hampir bersamaan, site rokok.nukov.net dan site-site kecil yang berbagi domain yang sama, juga sudah memperoleh host baru. Yang ini host-nya mengambil tempat di Futuristic Research And Technologies (FRandT), yang juga sedang menyediakan free webhost.

Wow, abis sekian tahun, masih pakai free webhost?

Good question. Terutama kalau kita terjebak bayangan bahwa webhost berbayar selalu lebih baik daripada webhost gratis. Theoretically, iya. Tapi kalau kita bener2 pernah jadi customer kelas personal dari beberapa webhost berbayar di Indonesia, kita barangkali pernah dipaksa mengubah pendapat itu.

Webhost umumnya memperlakukan customer kelas personal sebagai customer kelas dua. At least, ini terasakan di Neocyber, Masterwebnet, dan Gegar. Kalau kualitas layanan webhost berbayar boleh ala kadarnya, kenapa kita tidak memberi kesempatan pada webhost gratis?

Oh ya, site kun.co.ro berhost di A3+Media. Sampai sekarang belum mengecewakan. Semoga selamanya kayak gini.

OK, sekarang aku punya tugas untuk nggak malas2 lagi ngisi jurnal di telkom.info. Wish me luck!

URL ABCs

Kalau nggak ada ide nulis, conteklah Priyadi. So, here are my URL ABCs:
A is for amazon.com – Bookworm rules
B is for blogshares.com – Belajar maen saham
C is for clients.nic.lv – Lovely domain regs
D is for deplu.go.id – Cari nama dubes
E is for exclusive.blogsome.com – My pictures
F is for forumponsel.com – Window shopping
G is for gkg.net – Modifikasi domain
H is for harry.sufehmi.com – A nice pal
I is for imp.online.fr – Periksa mail
J is for jkt1.detikinet.com – Ugh, kok jkt1 sih?
K is for kun.co.ro – Duh, narsis
L is for login.yahoo.com – Padahal aku nggak punya mail di yahoo
M is for modaco.com – Yang aku ketik adalah smartphone.modaco.com
N is for news.google.com – Berita harian
O is for ourmedia.org – Tempat menyimpan dokumen online
P is for priyadi.net – Semua pengisi kuis ini lari ke sini
Q is for quotationspage.com – Cari kata-kata tokoh tertentu
R is for ruby-lang.org – Apa yang baru di Ruby?
S is for sciam.com – Ada beda otak cewek dengan cowok
T is for tempointeraktif.com – Lumayan, daripada Kompas dan Detik
U is for uk.yahoo.com – Duh, yahoo lagi
V is for vikingkarwur.com – VK
W is for wsmdomains.com – Domain apa yang baru expired hari ini?
X is for xfiles.com – The truth is not here
Y is for yulian.firdaus.or.id – Pemilik mayoritas saham kun.co.ro
Z is for zoneedit.com – DNS

Asia Afrika

Kalau peringatan KAA tidak lagi bergema, persoalannya bukan karena berbagai negara Asia-Afrika disibukkan perkara dalam negeri. Bukan karena masalah politik dan ideologi sudah kedaluwarsa. Ketika KAA disiapkan dan diselenggarakan, kondisi masing-masing negara peserta penuh masalah. Tengok Indonesia. Pertentangan di antara elite politik berlangsung gencar. Pemerintahan bertumbangan secara bergilir.

Lima puluh tahun lalu wawasan universal dimiliki elite politik secara kuat. Persoalan dalam negeri tidak dipisahkan dari persoalan internasional. Kepentingan negara tidak bertentangan frontal dengan kepentingan bangsa.

Lima puluh tahun kemudian, bangsa-bangsa di Asia-Afrika merasa dikhianati oleh negara masing-masing. Solidaritas global masa ini masih ada, tetapi terbentuk bukan di tingkat atau lewat jalur negara. Yang berkembang adalah kerja sama perusahaan swasta tanpa kesetiaan terhadap bangsa-negara. Juga gerakan politik-ideologi masyarakat madani lintas bangsa-negara: feminisme, Islam, lingkungan hidup, demokrasi, dan hak asasi. Dan ini tidak sebatas Asia-Afrika.

Kompas, Ariel Heryanto
« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑