Page 41 of 210

Sabuga

Semalam bikin presentasi bertema Internet Goes To School, buat dipresentasikan hari ini. Tugas kantoranku nggak meliputi yang kayak2 gini sih, sebenernya. Cuman, melarikan diri ke yang kayak2 gini menarik juga.

Yang berpresentasi bukan aku, tapi Mas Sony (a.k.a. SBW). Aku happily jadi asrot di tepi panggung, sambil mejet2 touch pad dan tentu memainkan Pentax. Contoh aplikasi2 Internet yang kita paparkan a.l. weblogging (dan beberapa aspeknya, termasuk agregasi) dan beberapa service seperti Google Earth.

Sebelum kami, yang berpresentasi adalah Mas Khairul Ummah. Ini yang penulis buku Sepia itu, dan suka berkelompok Sharing Vision bersama Dimitri Mahayana. Trus … udah ah … bersambung. Susah bener cari waktu buat nulis weblog sampaoi selesai yach.

Hidupku Gagal Total

Dan itu bukan bencana :).

Aku masih kuat untuk tidak terjajah oleh apa pun, pun oleh diri sendiri.
Aku masih melangkah dengan sinar dari dadaku, bukan mengikuti api pembakar jiwa.
Aku masih tak terjebak mengikuti pacuan manusia yang membuat manusia tak lebih sekedar entitas dengan angka dan nilai dan target dan pencapaian.
Aku masih setia pada cercah sinar yang kujadikan panduan hidupku, dan pada imajinasiku, pada ide-ideku.

Aku tidak lebih pintar. Tidak bisa kaya. Karirku hancur. Citra diriku berantakan. Tak ada satu pun yang bisa dibanggakan.
Hidupku gagal total.
Dan itu bukan bencana.
Itu keberhasilan terbesarku.

Web 2.0

Google menyebut belasan juta hit untuk istilah ini. Factive menunjukkan 1500 kutipan. Technorati bilang ada seratusan ribu weblog yang mengulasnya. Dan satu lagi sekarang. Web 2.0. Banyak yang membahasnya dengan becanda. Kenapa? Definisinya memang tak pernah jelas. Entah karena cakupannya yang terlalu luas untuk disempitkan, atau memang dia tidak  sungguh2 punya arti. Spectrum coba2 mendefinisikannya secara kasar: fase kedua dari evolusi web dimana para pengembang mencipta site yang berlaku mirip program desktop serta mendorong komunikasi dan kolaborasi antar user. Tuh kan, kali ini nggak becanda :). Beberapa keywordnya: tagging, folksonomy, long tail, dan collective intelligence.

Yang mungkin terbayang dengan kata kolaborasi tentulah Wiki, dan berbagai proyeknya. Tapi yang membuat istilah Web 2.0 banyak dipakai justru Gmail dari Google. Juga Flickr yang dibeli Yahoo dan Writely juga dibeli Google. Google juga main spreadsheet sekarang. Belum nyoba. Dilarang dokter untuk sering ketemu spreadsheet, for God’s sake.

Web 2.0 dibasiskan pada web yang secara dinamik memanfaatkan database. Interface ditata dengan AJAX (kaitan asinkron antara Javasript dan XML). Web services banyak dimainkan. Yang menarik tentu adalah menciptakan info atau layanan baru dengan memanfaatkan web services dari beberapa sumber sekaligus.
Orang IT memang suka mengalihkan satu istilah ke istilah lain. Misalnya, dari dulu ada web service dan infoware. Dari dulu ada XML dan Javascript. Trus kenapa ada AJAX sekarang? AJAX memang sekedar Javascript bermain XML :). Tapi ada skemanya. User interface yang standard dengan DHTML dan CSS, dinamisasi interaktivitas dengan document object model, transformasi dan transfer dara dengan XML dan XSLT, komunikasi asinkron dengan XMLHttpRequest, dan JavaScript yang menggabungkan komponen2 itu.

Tapi, repot2, konon sebenernya Web 2.0 itu cuman semangat baru, menyambut kembalinya uang ke Internet. Tuh kan, becanda lagi. UUD pula :).

Telkomnet

Di mail list mus-lim@isnet.org, Mas Fahmi bercerita tentang Koran Tempo yang memelintir berita, seolah2 Gusdur diusir dst, dst. Bantahan itu sendiri dirilis oleh Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia. Lepas beberapa hari, Mas Harry Sufehmi memasang salinan rilis itu di weblognya: harry.sufehmi.com. Aku tentu udah lama kehilangan minat sama dunia Pergusduran. Atau JIL :). Nggak tau juga, kenapa kawan Harry yang cerdas ini masih doyan membahas JIL. Tingkah mereka yang cuman cecentilan itu nggak sepantasnya mendapat perhatianmu, kawan Harry :).
Yang aku lihat tadinya bahwa Mas Fahmi masih pakai alamat email di telkom.net. Hari gini? — gitu kali pikiran kita. Tapi aku mikirnya lain. Tokoh yang setia menggemakan suara Hizbut Tahrir ini tentulah lebih suka memakai produk lokal Indonesia, daripada pakai produk Amerika macam Yahoo, Gmail, Hotmail. Aku jadi lebih yakin lagi waktu baca di bagian bawah rilis, sang jubir juga menyediakan alamat kontak di telkom.net, selain di domain hizbut-tahrir.or.id sendiri. Yang ada, aku jadi malu: kok aku malah doyan pakai Gmail yach?

Tentu, Gmail menyediakan 2GB, sama dengan Yahoo dan Hotmail, sementara Telkomnet hanya bisa memberi recehan. Tapi, to be honest, mail2 penting sebenernya aku download ke harddisk, dan yang tertinggal di server2 itu, hilang pun tak masalah. Tinggal mengembalikan kebiasaan kuno untuk rajin menghapus mail, kita bisa mulai menunjukkan kemandirian kita kembali. Dan memulai penghematan bandwidth, biarpun nggak seberapa dibanding keterlanjuran kita menghosting web di luar negeri (gratis atau berbayar) dan menggunakan mail list di Yahoo atau Google juga.

Mail kuncoro@telkom.net masih aktif, btw.

Dunia Tanpa Rokok

Sambil ikut memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2006 pada hari ini, maka kami, penulis blog yang peduli dengan masalah ini, bermaksud untuk memperingatkan kita semua akan bahaya merokok:

  1. Mengingatkan kembali bahwa segala macam konsumsi tembakau adalah berbahaya, baik bagi diri sendiri, maupun terutama bagi lingkungan (perokok pasif: para orang keren, para balita, para manula, dll); dalam bentuk apa pun: rokok, rokok pipa, bidi, kretek, rokok beraroma cengkeh, snus, snuff, rokok tanpa asap, cerutu. Semuanya berbahaya.
  2. Juga mengingatkan kembali bahwa semua bahwa tembakau dalam jenis, nama dan rasa apapun sama bahayanya. Tembakau berbahaya dalam samaran apa pun. Mild, light, low tar, full flavor, fruit flavored, chocolate flavored, capuccino flavored, natural, additive-free, organic cigarette, PREPS (Potentially Reduced-Exposure Products), harm-reduced … semuanya berbahaya. Label-label tersebut tidak menunjukkan bahwa produk-produk yang dimaksud lebih aman dibandingkan produk lain tanpa label-label tersebut.
  3. Terutama: menuntut Pemerintah Republik Indonesia untuk sesegera mungkin meratifikasi WHO Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) demi kesehatan penerus bangsa. Memalukan: Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia yang belum menandatangani perjanjian internasional ini.

Internet, 31 Mei 2006
Koen

Yogya Hari Ini

“Mas Koen ke Yogya saja. Kan libur empat hari.”
“Ya nih, Pak Agus. Tapi keponakan saya mau datang ke Bandung. Lain hari saja deh.”

Setelah letusan Merapi yang ditangani dengan cukup baik, pagi ini Yogya dan sekitarnya diguncang gempa cukup kencang. 5,9 dalam skala Richter, gempa ini menghancurkan bangunan di tiga provinsi, dan merengut di atas 2000 nyawa manusia dari kabupaten2 di sekitar Yogya hingga Klaten dan pantai selatan Jawa Timur. Pusat pemerintahan Bantul, makam Imogiri Yogya, dan candi Prambanan, termasuk yang mengalami kerusakan. Pemerintah sedang mempertimbangan untuk menyatakan bencana nasional.

Update dari Isnet: Bambang Prastowo et.al. sudah mensetup helpjogja.net. Selanjutnya semua update info dapat diperoleh di sana.

Const ?

Kalau menyebut humor matematika, aku selalu nggak sengaja ingat yang itu: ei? = -1, turunan dari de Moivre. Humor dari abad kedelapan belas. Sekaligus konspirasi: bagaimana bilangan-bilangan lucu yang diperkenalkan ke dalam hidup kita secara terpisah itu tahu-tahu bergabung dalam satu persamaan sederhana. Huh, sederhana? Hmmm, setidaknya singkat :).

Barangkali memang karena hidup kita dialirkan secara praktis, bukan formulatif (hush). Nggak boleh disangkal :), soalnya yang dinamai praktis itu hal yang mengalir mudah bersama hidup, kan? Haha :). Kita mengenali banyak hal dari sekumpulan pengalaman yang seolah terpisah. Padahal sebenernya itu satu narasi yang saling terkait secara singkat. Begitu suatu hari kita melihat kaitan antar peristiwa, yang ternyata sederhana, kita barangkali akan menganggapnya juga sebagai humor. Aku serius. Humor. Lompatan logika yang melenceng dari harapan (harapan atas kerumitan — duh, kasihan deh kita).

Atau konspirasi. Const ?.

Hafal ? sampai berapa angka? Aku sampai … sebentar. 3,14159265358979323. 17. Nggak sampai 20. Ada yang mau2nya menghafal sampai ratusan. Dan ada prodigy yang bukan menghafal tetapi menghitung terus-terusan dengan kecepatan sekitar 0,8 detik per angka. Aku lupa namanya. Ntar aku cari. Ludolph Ceulen, dari abad ke-17, menghitung (dan menghafalkan) ? sampai 35 digit, dan meminta 35 angka itu ditulis di atas nisannya. Waktu baru belajar C sih, aku bikin program untuk menulis ? terus menerus. Makin lama makin lambat. Dan untuk e juga.

Oh ya, sekarang e. Hmmm, cuman sampai … 2,718281828. Eh, masa sih mirip bilangan rasional gini? Kok jadi nggak yakin. Hmm, gaswat. Soalnya bilangan panjang2 gini aku pakai untuk pin dan password numerik.

Dan i? Ah ini mah mainan sehari2 buat anak Elektro :). Sorry, tulisan ini nggak selesai. Mau pulang dulu ah.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑