Category: IEEE (Page 6 of 7)

IEEE Knowledge Sharing

Di Tunjungan Plasa, aku menemui satu kopi yang belum tertemui di kafe2 Starbucks Bandung: Kopi Timor. Judulnya Komodo Dragon, dengan logo merah hitam seram. Tapi kita mulai cerita ini dari latar belakangnya.

IEEEWaktu aku menulis tentang rencana IEEE di Surabaya, yang sedang kami bahas adalah sebuah seminar yang cukup luas. Jadi waktu Mas Muhammad Ary Murti (chairman of Indonesia IEEE Comsoc Chapter) meneleponku, aku pikir kita akan mulai soal ini. Tapi ternyata judulnya lain. Ini acara mini IEEE Knowledge Sharing saja, dengan tiga speaker: Mas Ary tentang IEEE, Arief Hamdani Gunawan tentang teknologi BWA, dan aku tentang business aspect-nya. So, aku iyakan saja. Dan singkat cerita aku kemarin menjejak Surabaya.

Surabaya itu, ok, keren. Tapi aku cerita seminar aja ah. Knowledge Sharing ini dilakukan di Gd Rektorat ITS hari ini (5 November 2007), di Hall Lt 3. Audience dari beberapa perguruan tinggi di Surabaya. Penyelenggara adalah Mas Daniel dari Fakultas Teknologi Informasi ITS.

Pada sesi pertama, Mas Arief (chairman of IEEE Indonesia section) membahas IEEE secara umum, termasuk kegiatan society, standard yang dihasilkan, dan kesempatan2 yang bisa diperoleh. Lalu Mas Ary memfokuskan tentang Communications Society dan hal2 yang bersifat akademis, termasuk kerjasama dll. Trus break.

Setelah break, ternyata Mas Arief harus kembali ke Jakarta untuk memperjuangkan soal kode akses melawan orang2 aneh dari BRTI (selamat berjuang ya, demi bangsa dan tanah air). Jadi di sesi ini aku akhirnya membahas bukan saja business aspect, tetapi juga beberapa technology breakthrough. Bahan2 diskusi adalah tema2 yang akhir2 ini sering didiskusikan, bukan saja oleh Communications Society, tetapi juga oleh Computer Society. Interworking 3G dan WiMAX, NGMN, Daidalos project (biarpun tidak aku sebut namanya), context awareness, augmented reality. Hmm, apalagi ya. Feedback dan sharing dari audience cukup menarik dan beragam; dan Mas Ary harus membantuku menjelaskan kegiatan2 yang bisa kita lakukan ke depan.

its-01.jpg

Acara baru selesai waktu halaman rektorat ITS tak berasa panas lagi. Dan aku pikir, cukup pas kalau secangkir kopi dinikmati sebelum matahari benar2 tenggelam. Jadi …

IEEE

Majalah2 dan jurnal2 bertebaran di sekeliling kaki kasur. Itu hasil kegiatan tengah malam beberapa malam ini. Belum ketemu waktu luang lain selain tengah malam. “Sadar akan” keterbatasan waktu luang, sebenarnya jumlah majalah sudah aku kurangi. ACM, aku pindah ke versi online saja (biar nggak merasa berdosa kalau tak sempat dibaca). Majalah2 sains udah aku putus, selain Science&Vie (aku masih perlu belajar baca biar lancar). Tapi tentu nggak semua. Membaca dari kertas masih mengasyikkan :).

Yang terasa menarik, jurnal IET yang dulu (waktu masih IEE) terasa nggak membumi, sekarang jadi nyaman dibaca. Juga IEEE Computer, jadi lebih down-to-earth (biarpun pasti tokoh semacam BR bakal mengeluhkan bahwa majalah ini semakin awam). Haha, orang computer science juga harus lebih menyadari interaksi masyarakat, bukan melulu memutuskan sendiri apa yang terbaik bagi masyarakat dari menara gading digital mereka :).Tema yang terakhir aku baca ist tentang Tantangan Security di Web 2.0 :). Membumi kan?

Di tahun2 lalu sih, IEEE bersifat menara gading sekali. Yang banyak dikaji adalah hal2 yang masih jauh di depan mata. VoIP dibahas waktu aku baru lulus kuliah. ADSL, lima tahun sebelum deployment komersial di USA (dan 10 tahun sebelum Speedy di Jawa Barat, haha). Yang kita baca bukan yang bisa dijadikan bahan obrolan di negeri Bandung (dengan asumsi bahwa negeri ITB dan negeri Telkom-RDC berada di luar negeri Bandung).

Obrolan 10 tahun yang lalu:

“Kun, DPG bisa dipakai untuk ATM?”
“Bener Pak ada yang mau pasang ATM? Siapa? Tapi jangan pakai DPG yang udah ada. Itu kan groupingnya di 2 mega.”
“Masa kurang?”
“Nggak pas. Siapa sih yang mau pasang ATM beneran?”
“Bank ….” (deleted –red)
“Oh, ATM yang itu. Maaf Pak. Saya kira …”
“Mbok kiro opo?”

Masih menatai jurnal2, sebuah amplop tiba. Kartu Anggota IEEE untuk tahun 2008. Berbeda dengan IET, IEEE memang memberikan kartu ini setiap tahun. Tapi, physically, kartunya jelek dan tipis. Baru sampai pun sudah tertekuk. IET memberikan kartu yang keren, tapi cuma sekali, kecuali status keanggotaan kita berubah. Ini yang dari IEEE (lihat ada masa berlakunya):

Then, entah malaikat apa yang mengatur, Mas Ary menelepon. IEEE Roadshow to Surabaya akan jadi dieksekusi. Wow, Surabaya, aku datang :).

The IET

Pulang dari Jakarta, sebuah amplop tebal menyambut. Dari IET. Berisi Kartu Anggota dan beberapa jurnal. Berbeda dengan IEEE yang mencetak kartu anggotanya sekenanya, IET lumayan menghargai anggotanya dengan memberikan kartu yang lumayan keren (huh, penggemar kartu).

myietcard.jpg

Tahun 2001 aku pernah menyebut keanggotaan ganda IEE dan IEEE, lengkap dengan lagunya (iee, ieee, oh she doesn’t know what she’s missing). Nah si IEE sudah bermerger dengan IIE, asosiasi engineer sebangsanya, membentuk IET. Proses ini berlangsung sejak 2003 dan mencapai final pada Maret 2006; dan dalam masa itu aku memutuskan tak terlibat dulu dengan organisasi2 ajaib itu. Tahun 2007 ini aku memutuskan bergabung lagi. Ternyata tak mudah. Sejarah keanggotaan lama di IEE tidak lagi diakui, dan harus dimulai dari awal. Korespondensi panjang terjadi, memecah potensi dispute. Tapi akhirnya segalanya terselesaikan.

Walau IET merupakan gabungan dari IEE (berfokus pada rekayasa elektroteknika) dan IIE (menyebar pada rekayasa lainnya), namun warna IET masih cukup kental pada berbagai cabang elektroteknika yang khas IEE, termasuk telekomunikasi. Warna IIE tampak pada transportasi dan manufacturing. Organisasi dioperasikan di Gedung Faraday, Stevenage, yang dulu dipakai mengoperasikan IIE. Kegiatan populer yang diwarisi dari IEE adalah Kuliah Faraday, yang memberikan pengajaran engineering secara populer ke khalayak di seluruh negeri, setiap tahunnya.

Jumlah anggota IET lebih dari 150 ribu (termasuk …, heh heh heh) dari 147 negara (angka yang digemari Telkom). IET juga menyumbangkan £433 ribu setiap tahun untuk beasiswa. Informasi lain ada di web IET di www.theiet.org.

Indonesia IEEE Comsoc Chapter

Walaupun tampak masih jauh dari selesai, website Indonesia IEEE Comsoc Chapter sudah mulai menampakkan bentuknya. Beralamat di ewh.ieee.org/r10/indonesia/com (alamat official pemberian IEEE pusat), site ini memanfaatkan mesin Joomla: CMS open-source yang dikenal handal, meski kadang suka joompaleetan.

id-comsoc.png

Sekedar review, IEEE merupakan institusi internasional yang menghimpun para insinyur elektroteknika dari berbagai bidang studi, termasuk kecatudayaan, telekomunikasi, informatika, komputer, persinyalan, hingga elektronika konsumsi. Terdapat 40 society yang bernaung di dalam IEEE, ditambah lembaga standar dan beberapa lembaga lainnya. Posix, WiFi, WiMAX, Ethernet, dll merupakan ulah lembaga standar IEEE. Communications Society (Comsoc) adalah salah satu society IEEE, yang berfokus pada telekomunikasi dan network, dengan misi menciptakan communications bebas cemrosoc. Indonesia IEEE Comsoc Chapter bernaung baik di bawah IEEE Communications Society maupun di bawah IEEE Indonesia Section yang berada di bawah Region 10 dari IEEE. En passant, angka 10 dalam Region 10 itu desimal, bukan biner.

Biarpun IEEE dan seluruh lembaga di bawahnya terbuka terhadap keanggotaan baru (dengan persyaratan akademis dan teknis yang memadai), tetapi website baru ini tidak siap untuk didaftari anggota baru :). Untuk menjadi anggota IEEE, kita dapat melakukan permintaan secara online melalui website IEEE di www.ieee.org.

Scitopia

Scitopia, mesin pencari yang dikhususkan untuk dokumen riset sains dan teknologi, yang diterbitkan lembaga2 tertentu. Beralamat pada domain scitopia.org, benda ini diharapkan dapat mempermudah pencarian hasil riset (artikel di jurnal yang bersifat peer-reviewed, paper di konferensi teknis, paten, dll) tanpa terganggu derau Internet. Haha, derau :). Google punya prakarsa sejenis, sebenarnya. Tetapi Scitopia yang baru dimulai ini diharapkan memiliki keketatan pemilihan materi yang lebih tinggi. Ada plus dan minusnya dibanding prakarsa2 lain yang sejenis.

Aku sendiri lebih suka memanfaatkan mesin ini sebagai gerbang IEEE. Desain Scitopia nan simpel dan elegan memudahkan mencari artikel2 IEEE secara lebih mudah daripada kalau kita mencari di IEEE Explore atau mesin IEEE lainnya. Juga ada nilai tambah yang luar biasa bahwa dia menampilkan juga artikel non IEEE yang berkaitan.

Scitopia dirancang oleh Deep Web Technologies. Mereka memberi judul mesin ini mesin cari federasi. Jadi mesin ini membaca data dari database setiap organisasi yang berfederasi, bukan meroboti setiap artikel satu demi satu. Kadang dengan cara ini Scitopia justru bisa menampilkan artikel yang formatnya tidak dikenal oleh robot, atau yang terletak di gudang yang tak dapat dimasuki robot. Scitopia tetap menjanjikan bahwa artikel segera dapat dicari dalam waktu yang tak lama setelah diterbitkan.

Selain IEEE, terdapat 14 organisasi lain yang berfederasi mendukung Scitopia. Jumlah dokumen baru mencapai 3 juta, termasuk yang sudah berusia 150 tahun.

4G

4G? Satu lagi istilah dengan angka, menemani Web 2.0 dan Nagabonar Jadi 2, melanjutkan 3G dan 3.5G, serta jadi bahan permainan politisi, pakar-pakaran, media, dan kalangan industri. Negeri Malays, menurut salah satu media, mulai memberikan lisensi 4G. Tapi ternyata cuman WiMAX. Entah siapa yang kacau. Kalau pemerintah Malays yang kacau sih, wajar aja – siapa dulu Menteri Informasinya.

WiMAX sendiri merupakan implementasi suite standard 802.16 dari IEEE. Di lain pihak, IEEE tidak pernah menyebut 802.16 sebagai 4G. Tahun 2000 atau 2001, waktu 802.16 masih pre-standard, dan WiMAX masih WiMAN, IEEE memaparkan beberapa alternatif penerus 3G yang akan layak dinamai 4G. MBS salah satunya. Dan beberapa alternatif lain.

fourgee.jpgTahun2 ini, IEEE kadang juga masih menggunakan jargon 4G. Tapi sering juga secara rendah hati disebut B3G (beyond 3G). Kalau kita menyebut sebuah perubahan generasi, kita harus secara jelas menyebutkan peralihan generasi teknologi; sedahsyat waktu analog (1G) pindah ke digital (2G), dan waktu connection-oriented (2G) pindah ke end-to-end packet-based connection (3G). Peralihan generasi bukan cuma soal kecepatan atau ukuran terminal.

Tapi memang harus diakui, bahwa desakan komersial memaksa 3G segera distandardkan dan diimplementasikan sebelum bisa disenadakan dengan prinsip2 3G asali, yang sempat disebut sebagai NGMN (NGN untuk mobile) dan bentuk ubiquitous communications system. Prinsip2 ini kemudian akan dituju dalam evolusi antara 3G dan 4G. Kita ketahui, 3G sendiri distandarkan dalam rilis2 yang sifatnya evolusioner. Release tahun 2000 memperkenalkan akses radio berkecepatan 2 Mb/s. Release 5 di tahun 2003 menambahkan IMS (Internet Multimedia Subsystem). Release 6 di tahun 2005 menspesifikasikan internetwork 3GPP dengan WLAN. Release 7 yang tengah disiapkan membahas lebih lanjut mobile internetworking antara 3GPP dan jaringan lain termasuk WiMAX, PAN, jaringan sensor, dan jaringan2 ad-hoc.

Jadi, bagaimana bentuk pastinya 4G? Sebenarnya bukan pertanyaan yang penting. Yang lebih penting adalah: ke mana pengembangan 3G berikutnya? Apakah 3GPP dan 3GPP2 kemudian dapat diblend lebih smooth. Bagaimana interwork yang elegan antara 3G dan bentuk komunikasi lainnya. Bagaimana akhirnya pendekatan yang terbaik untuk menuju ubiquitous communication system.

Weblog ini akan lebih diarahkan ke diskusi tentang hal ini. Tentu sambil tidak meninggalkan urusan buku2 yang menarik, musik yang mengesankan, temuan sains yang mendebarkan, dan … kopi :).

10 Tahun di IEEE Comsoc

Ten Years Comsoc Member

Rintik sporadik di atas Bandung tak menghalangi paket ini mendarat di mejaku. A surprise? Nggak: cuman dari IEEE. Communications Society. Sebuah pin, sebuah certificate of appreciation, sebuah surat, sebuah pena. Dan setumpuk beban pikiran. Hey, melajunya waktu masih perlu diasesorisi artefax. Entah untuk apa. Hidup masih terus jadi kumpulan tantangan. Artefax bisa melenakan seolah ada milestone yang terlewati. Padahal tantangan selalu makin rumit sebanding dengan semakin terasahnya diri.

Surat itu juga mengingatkan (to remind) untuk kali2 mencoba mengajukan diri jadi Senior Member. Ntah apa aku masih care sama soal2 kayak gitu. Tempelan lagi. Artefax lagi.

Pinnya aku pakai. Beberapa detik. Trus dilepas lagi. Life goes on.

IEEE

Acara ritual tahunan yang lain lagi: memperpanjang membership di IEEE. Hampir tanpa kesan lagi :), soalnya nggak ada setting yang harus diubah. Jarang loh :). Waktu di IS, membership dititikberatkan ke Computer Society. Sebagai analis teknologi, membership dipindahkan keseimbangannya ke Communications Society. Dan waktu pindah ke Product Management, statusnya dalam keberimbangan antara keduanya. Belum berubah tahun ini.

Sebelas tahun, dan masih doyan jadi Member. Dulu sih pernah punya minat mempersiapkan upgrade jadi Senior Member. Cuman abis itu aku udah terlalu banyak mengacuhkan soal level dll, jadi nggak care lagi. Titel akademik aja aja nggak pernah dipakai (ah, yang ini mah udah dari lahir) — kecuali kalau lagi iseng jadi pembimbing tesis atau skripsi.

Dan buat para engineer yang belum doyan IEEE, denger dulu lagu ini: “IEEE …. IEEE … no, she doesn’t know what she’s missing.”

IEEE Stardards

Beberapa standar IEEE yang menghidupi komputer kita:

  1. IEEE 802.3 — Ethernet, yang bisa langsung menyambungkan komputer ke jaringan secara plug-n-play.
  2. IEEE 802.11 — WiFi, yang bisa menyambungkan komputer ke jaringan tanpa plug-n-play, haha.
  3. IEEE 1363 — kriptografi dengan kunci public, enkripsi data dengan kunci berpasangan.
  4. IEEE 1284 — koneksi port paralel, baik untuk printer dan data lain. Bayangkan waktu belum standar.
  5. IEEE 1394 — Firewire, untuk transfer data serial jarak pendek berkecepatan tinggi, termasuk video.
  6. IEEE 1076 — VHDL, digunakan dalam pemrograman dalam chip, dalam bentuk bahasa tingkat tinggi, yang akan diterjemahkan menjadi desain sirkit dan interkoneksi dalam chip.
  7. IEEE 1003.1 — OS. Aplikasi yang dibuat dengan standar ini akan jalan di platform mana saja yang mengikuti standar.
  8. IEEE 754 — aritmatika biner untuk bilangan pecahan. Bayangkan juga waktu belum standar.
  9. IEEE 1484 — online learning, mencakup cara presentasi hingga pelacakan tingkat pembelajaran peserta.

Sumber: The Institute, Maret 2005.

Wajah Seorang Engineer

IEEE memang selalu berusaha menunjukkan bahwa wajah engineer itu tidak tunggal, tidak typical, dan tidak harus dilbertian :). Bukan cuma wajah dalam arti manusianya, tapi juga gaya kerjanya. Siapa bilang engineer harus pakai baju kotak2, harus bermuka serius, harus melototi layar komputer, atau memegang penggaris?

Kayaknya memang IEEE — selain punya misi untuk membentuk jaringan antar engineer (EE dan turunannya) — juga punya misi sampingan untuk menampilkan wajah engineering yang sebenarnya kepada publik.

(Kalau nggak kebaca: gambar di samping ini adalah iklan pengingat / reminder untuk memperpanjang keanggotaan di IEEE)

« Older posts Newer posts »

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑