Category: Figure (Page 1 of 2)

Saint-Exupéry 120 Tahun

Andai tidak ada wabah COVID-19, tentu hari ini dirayakan luar biasa oleh para penggemar tulisannya di seluruh dunia. Antoine Marie Jean-Baptiste Roger, Vicomte de Saint-Exupéry, lahir di Lyon 29 Juni 1900. Hari kelahirannya kini disebut sebagai Hari Pangeran Kecil.

Juni tahun lalu aku sempat mengunjungi kembali dinding di Pantheon yang dipahat untuk mengenang Pahlawan Perancis yang menghilang saat misi pengintaian di pantai selatan Perancis 75 tahun sebelumnya (31 Juni 1944). Seorang pioneer di industri penerbangan beberapa dekade sebelumnya, dia memaksakan diri untuk terbang pada usia yang sudah tidak optimal, dan menghilang dalam tugas.

The inscription in Mémory of Antoine de Saint Exupéry, Panthéon

Buku Pangeran Kecil ditulis seolah sebagai memoar dalam keresahan St-Ex, yang bahkan melintasi waktu. Pangeran Kecil resah akibat ancaman kerusakan pada planetnya oleh baobab, akhirnya pergi ke bumi, untuk melihat dunia yang acuh dan bodoh. Dengan bekal seadanya — gambar domba saja — Sang Pangeran Kecil memutuskan kembali. Dia dipatuk ular padang pasir, dan pastinya meninggal, namun sebenarnya ia hanya menghilang. Begitupun St-Ex yang meninggalkan Eropa hanya untuk melihat masyarakat Amerika yang masa bodoh. Ia menyerahkan manuskrip Le Petit Prince ke penerbit, lalu kembali ke Eropa, dan hilang dalam misinya. Pastinya meninggal? Namun ia — seperti yang ditulis di dinding Pantheon — hanya menghilang.

Antoine de Saint Exupéry

Yang dikhawatiri St-Ex untuk dapat merusak Eropa adalah bibit-bibit totalitarianisme, kediktatoran, yang berawal seolah dari gerakan rakyat yang hendak mengangkat harkat hidupnya. Waktu kecil, tak jelas mana bibit tanaman biasa, dan mana tanaman perusak. Namun kita harus waspada. Pangeran Kecil rajin menyapu planetnya, memastikan tuna baobab tak tumbuh. Ia pun mencari domba untuk makan tunas baobab, sambil khawatir domba makan bunga mawarnya. Sebelum St-Ex pergi ke Amerika pun, ia telah didiskreditkan baik oleh Pemerintah Vichy yang mendukung pendudukan Nazi di Perancis, maupun oleh Jendral Charles de Gaulle sang pemimpin gerakan Perancis Merdeka. Pemerintahan Vichy — suka atau terpaksa — memang pendukung kediktatoran Hitler. Namun St-Ex melihat bahwa de Gaulle pun memiliki sikap dan peluang seorang diktator. Musuh kemanusiaan, dan ancaman bagi rakyat, bukan yang di kanan atau di kiri, melainkan potensi totalitarianisme, baik pada individu maupun kelompok.

The Nibs in Mémory of Antoine de Saint Exupéry and the Little Prince

Tahun-tahun peringatan 120 tahun lahirnya St-Ex (serta 75 tahun menghilangnya St-Ex tahun lalu) diperingati secara tenang, nyaris tanpa keramaian. Tahun lalu, Montblanc Jakarta mengundangku menyampaikan cerita Si Pangeran Kecil pada para loyal customer-nya. Montblanc menerbitkan edisi khusus St-Ex tahun 2017, dan edisi khusus Pangeran Kecil tahun 2018, 2019, dan 2020. Tentang perpenaan ini, sila simak di KALAM.ID.

The Little Prince

Site LEPETITPRINCE.EU juga sudah makin dilengkapi dengan data buku Pangeran Kecil yang makin banyak dari 6 benua (minus Antarktika) dan 3 lautan, termasuk wilayah-wilayah di tengah samudera dan di sekitar kutub utara. Situs berbasis wilayah negara itu kini ditemani juga dengan situs baru PANGERANKECIL.COM yang berbasis akar bahasa. Jumlah buku sudah mencapai … ah apa sih relevansinya angka dengan dunia kita?

Blogger Profesional Pertama

1 Maret seharusnya jadi hari bersejarah buat blogger Indonesia. Mas Budi Putra, akhirnya betul2 menyatakan diri keluar dari struktur Majalah Tempo, dan berprofesi sebagai blogger. Dengan demikian, afaik, Mas Budi menjadi blogger profesional pertama di Indonesia.

Blogger profesional? Ya, sementara kami2 yang lain menjadikan kegiatan weblog sebagai hobi, pengisi waktu luang, penyalur kegilaan menulis, atau maksimal jadi sumber penghasilan tambahan; Mas Budi benar2 menjadikan blogging sebagai profesi utama. Bisakah? Kebetulan kami bakal cukup beruntung untuk bisa “mewawancarai” jurnalis ini pada hari2 pertama beliau keluar dari Tempo, karena beliau mengisi hari2 pertama sebagai blogger profesional justru di Bandung. Bandung gitu loh. Jadi soal ini pasti akan kami perbincangkan juga.

Tapi, gilakah meninggalkan Tempo? Maksudku, Tempo gitu lho. “Secara gue aja” dulu pernah bercita2 suatu hari bisa bekerja di Tempo (sebelum akhirnya Temponya dipingsankan Adminitrasi Indonesia tahun 1994). Mas Budi sendiri, memberikan pernyataan di sela-sela acara mereservasi hotel (duh, bahasaku Detikcom banget deh): belum sepenuhnya meninggalkan Tempo. Di Tempo, beliau akan tetap meluangkan waktu untuk membina … Blog Tempo Interaktif, yang memang beliau dirikan. Duh, blog lagi blog lagi.

So, kalau ada yang berminat bergabung dalam acara siang ini; kami di Cihampelas Walk, dari jam 11.00 sampai beberapa jam kemudian. Sila bergabung.

SMS kemarin:
Budi: Reservasinya atas nama siapa? Budi Putra?
Koen: Tentu donk.
Budi: Oh, mana tahu atas nama Toekang IT atau The Gadget Net.
Koen: Atas nama Budiputra sih. Tapi waktu ditanya nama lengkapnya, saya bilang Budiputra dot com.

Hermann Weyl

Paul Dirac, adalah ilmuwan top zaman mekanika kuantum yang sungguh ogah bicara. Saat berkunjung ke Wisconsin, ia ditanya seorang wartawan. Pertanyaan wartawannya diterjemahkan dan sangat diringkas, tapi jawabannya ditulis dalam versi asli.

“Tapi kami ingin tahu, adakah orang yang tidak bisa Anda pahami?”
“Yes.”
“Menarik sekali. Siapa dia?”
“Weyl.”

Selain bikin lieur tokoh sekaliber Dirac, Weyl juga bikin pusing Werner Heisenberg. “I don’t know whether I’m just too stupid to understand the mathematics,” begitu tulis Heisenberg ke Pauli. Dan kalau ini masih kurang, tak kurang dari Albert Einstein dan Wolfgang Pauli sendiri pernah terkecoh oleh kepakaran matematika Weyl. Pauli pernah mengkritisi Weyl, tetapi kemudian terpaksa mengkoreksinya. “In contrast to the nasty things I said … here I admit your ability in physics. Your earlier theory with g’mn = L(x)gmn was pure mathematics and unphysical. Einstein was justified in criticising and scolding. Now your hour of revenge has arrived,” begitu tulis Pauli.

Hermann Weyl

Weyl yang ini adalah Hermann Weyl, seorang matematikawan dari Göttingen yang kemudian berkarir di Zurich. Dia menulis idenya dalam buku Gruppentheorie und Quantenmechanik, yang Chen Ning Yang (salah satu pelopor Standard Model) bilang: buku yang paling terkenal, tersimpan di rak buku semua fisikawan teoretis, tetapi hanya sedikit yang mampu membaca dan memahaminya — terlalu abstrak untuk sebagian besar fisikawan. Wikipedia sendiri menyimpan senarai khusus atas topik yang berkaitan dengan Weyl.

invariance.jpgSinggungan Weyl atas fisika dimulai di tahun 1910an. Waktu itu ada dua gaya yang dikenal: elektromagnetik, yang sudah diformulasikan Maxwell, dan gravitasi, yang baru saja direformulasi Einstein. Weyl melihat bahwa persamaan Maxwell dapat diperluas ke prinsip simetri kovariansi umum, dengan prinsip simetri baru yang dinamainya invariansi gauge, yang memungkinkan pengunaan skala jarak (atau gauge) pada titik2 yang berbeda, selama sebuah entitas matematika yang dinamai ‘koneksi’ dapat menghubungkan titik2 itu. Gagasan Weyl adalah bahwa koneksi ini dapat juga diidentifikasikan dengan medan elektromagnetika. Namun notasi matematika atas koneksi juga muncul dalam relativitas, yaitu saat si koneksi menunjukkan cara melakukan “transportasi paralel” atas grid referensi dari satu titik ke titik lain. Dan seterusnya, dan seterusnya. Namun kemudian Einstein menolak prinsip gauge Weyl ini, karena implikasinya adalah bahwa sebuah jam akan berubah skala waktunya saat melintasi medan elektromagnetik — hal yang tak pernah ditemukan dalam eksperimen. Paper Weyl diterbitkan di tahun 1918, lengkap dengan catatan Einstein yang halus dan santun, bahwa hipotesis yang harus dikagumi kedalaman dan ketajamannya itu tidak mungkin benar. Weyl pun berhenti dengan ide itu.

Erwin Schrödinger kemudian datang ke Zurich. Kalau Weyl adalah profesor matematika di sana, maka Schrödinger adalah profesor fisika teoretisnya. Mereka kemudian banyak bekerja sama. Dan bermain bersama juga — tapi ini cerita lain. Schrödinger mempelajari buku Weyl: Raum-Zeit-Materie. Tak lama, Schrödinger mendalami teori gauge Weyl, dan dikaitkan dengan teori kuantum yang waktu itu masih ad hoc dengan formula2 Bohr dkk. Schrödinger menemukan bahwa kondisi kuantisasi akan dapat dipahami jika kita mereinterpretasi prinsip gauge Weyl bukan hanya pada ukuran, tetapi pada fase. Dari situ, Schrödinger menurunkan mekanika gelombang, sebagai faktor yang sangat penting untuk membentuk teori kuantum yang lengkap.

Weyl sendiri kemudian jadi berani meneruskan ide simetri gauge. Tahun 1929 ia menulis Electron & Gravitation, dimana ia menyatakan bahwa teori elektromagnetika dapat diturunkan dariprinsip simetri gauge. Dalam paper ini juga, Weyl memaparkan cara memasangkan persamaan Dirac dengan medan gravitasi, dengan menunjukkan cara mendefinisikan yang disebut medan spinor berlatarbelakang lengkungan ruang-waktu yang merupakan solusi atas persamaan Dirac. Dan ia juga mengenalkan formalisme matematis untuk mendeskripsikan medan spinor ini.

Tanpa pernah diproklamasikan, kelihatannya Weyl-lah yang menyusun dasar atas berbagai teori penyatuan medan. Soal penyatuan, Weyl cuma berujar, “Pekerjaan saya mencoba menyatukan kebenaran dengan keindahan. Tetapi kalau hanya boleh memilih satu, saya memilih keindahan.”

God exists since mathematics is consistent, and the Devil exists since its consistency cannot be proved.

Alfred Wight

James Alfred Wight sering disebut orang sebagai dokter hewan asal Skotlandia yang berpraktek di Inggris. Sebenarnya, Alf adalah orang Inggris, lahir di Inggris, dan memiliki orang tua Inggris. Ia lahir di Sunderland, Inggris Utara, lalu tumbuh di Glasgow, Skotlandia, hingga lulus kuliah. Tidak terlalu brilian, kata dosennya, tetapi memiliki daya juang luar biasa.

alfwight.jpgAlf lulus menjelang PD II, saat ekonomi tak terlalu baik, dan dunia peternakan sedang kolaps. Banyak dokter hewan menganggur dan terpaksa menawarkan diri bekerja sekedar bertahan hidup. Tapi ia beruntung. Donald Sinclair, seorang dokter hewan yang eksentrik dari Thirsk, York, secara tergesa menerimanya sebagai asisten, karena beberapa hari kemudian ia ke RAF untuk menjadi penerbang sukarelawan. Donald tak lama di RAF, dipulangkan karena terlalu tua :). Berpraktek berdua, ia merasa memerlukan mobil tambahan, dan membeli mobil bekas di Glasgow. Alf diminta mengambil mobil itu, sekaligus menjemput adik Donald: Brian Sinclair. Brian juga eksentrik, tapi di sisi yang berlawanan dengan Donald. Ia nyaris tak pernah menseriusi apa pun dalam hidupnya. Bertiga, mereka mengarungi ketradisionalan dunia peternakan di Yorkshire, dalam hidup yang sangat berat namun sekaligus sangat indah.

Alf, barangkali adalah contoh Wagnerian yang membumi. Masa mudanya dihabiskan untuk hidup di lapangan, di lumpur, di salju, di ujung tanduk sapi, kaki kuda, lubang kotoran babi. Sekaligus ia mencoba menikmati hidup dengan musik yang indah, dengan perjalanan ke kota kecil bertoko buku serta ke lereng2 bukit, dan dengan bacaan yang menantang intelektualism. Sekian puluh tahun bekerja, ia baru sadar bahwa yang ia kumpulkan tak lebih dari £20. Pun di masa itu, nilai ini sungguh mengenaskan untuk orang yang bekerja keras hingga malam dan kadang menembus batas akhir pekan, selama puluhan tahun.

Maka ia memutuskan untuk menulis sebuah buku. Itu Inggris akhir tahun 1960an, bukan masa kini dimana setiap detik terbit sebuah teenlit. Perlu beberapa tahun dan beberapa revisi mayor untuk membuat buku semi biografi itu dapat diterbitkan. Juga, mengikuti kode etik RCVS dan BVA yang melarang setiap dokter hewan melakukan reklame, maka ia mengubah nama2 tokoh dan tempat di bukunya. Kota Thirsk menjadi Darrowby. 23 Kirkgate menjadi Skeldale House. Ia sendiri mengambil nama James Herriot. Dan dua orang unik yang menjadi sentral cerita, Donald dan Brian, diberinya nama dari dua tokoh opera Wagner yang tentu saja powerful tetapi memiliki karakteristik yang berbeda: Siegfried dan Tristan.

If Only They Could Talk. Buku itu segera menjadi bestseller, dan tak lama menembus pasar Amerika. Bestseller selama berbulan-bulan, buku ini menjadi fenomena tersendiri. Daerah Yorkshire — yang tadinya terasing dari orang asing — menjadi salah satu tujuan favorit wisata orang Amerika. Bidang kedokteran hewan kebanjiran peminat dari kalangan mahasiswa baru. Sekuel kisah James Herriot ditulis hingga tahun 1980an, hingga Alf mendapatkan penghargaan OBE dari Ratu Inggris (penghargaan yang juga diperoleh Stephen Hawking, Wagnerian yang lain). Alf juga menjadi anggota kehormatan RCVS dan BVA, atas jasanya meningkatkan apresiasi masyarakat atas dunia kedokteran hewan.

Gramedia sempat menerbitkan terjemahan buku ALf pada tahun 1976. Seandainya Mereka Bisa Bicara. Sayangnya, penerbit ini tidak berminat menerbitkan sekuelnya. Entah kenapa. Kalau kekurangan tenaga penerjemah, aku lebih dari bersedia kok.

OK, udahan deh sekuel tentang para Wagnerian. Masih banyak sih Wagnerian lain. Nietzsche misalnya. Tapi udah dulu deh. Kalau doyan Wagner, bergabung aja ke friendster.com/wagnerian.

Bernard Shaw

The Perfect Wagnerite: A Commentary on the Niblung’s Ring — adalah interpretasi oleh Bernard Shaw atas karya terbesar Wagner, Der Ring des Nibelungen. Shaw menyusun tulisan ini bagi para penggemar Wagner yang tidak dapat mengikuti ide2nya, dan bahkan tak dapat memahami dilema Wotan.

“The reason is that its dramatic moments lie quite outside the consciousness of people whose joys and sorrows are all domestic and personal, and whose religions and political ideas are purely conventional and superstitious. Only those of wider consciousness can follow it breathlessly, seeing in it the whole tragedy of human history and the whole horror of the dilemmas from which the world is shrinking today.”

Tulisan ini disusun waktu Shaw berada di Fabian Society, sebuah organisasi yang didirikannya bersama beberapa rekannya, dengan tujuan mengubah Inggris menjadi negara sosialis melalui legislasi sistematis dan pendidikan masyarakat. Fabian Society ini konon memiliki pengaruh dalam pembentukan baik London School of Economics (LSE) dan Partai Buruh.

Shaw sendiri, biarpun dikagumi karena kecerdasan sekaligus kesinisannya, sering dimaki sebagai tidak jelas. Beberapa opininya membuat orang berprasangka bahwa ia memiliki simpati pada Stalin dan sekaligus Hitler dan sekaligus IRA. Kalau ini kurang ribet, ia juga pengagum Muhammad (saw). Katanya tentang Muhammad (saw): “He must be called the Savior of Humanity. I believe that if a man like him were to assume the dictatorship of the modern world, he would succeed in solving its problems in a way that would bring it much needed peace and happiness.”

Bernard Shaw sendiri lahir di Dublin (Irlandia, wilayah katolik) dari keluarga Protestan Skotlandia. Kemudian ia pindah ke London, meniti karir jurnalistik sambil menulis novel dan kemudian drama. PD I disebut Shaw sebagai bangkrutnya kapitalisme, yang dianggap merupakan erang nafas terakhir dari imperialisme abad ke-19. Saat ini lah ia mulai disebut2 sebagai “pengkhianat” :).

Namun justru kemudian ia memperoleh Nobel Sastra 1925, untuk dramanya “Saint Joan.” Mungkin kita ingat bahwa tokoh cerita ini, yaitu Joan of Arc, adalah pahlawan Perancis yang akhirnya dihukum bakar oleh orang2 Inggris. Aku beberapa kali pingi nulis soal Joan, tapi belum mulai2 juga :). Shaw juga memperoleh Academy Award di tahun 1938 untuk Best Screenplay untuk “Pygmalion.” Hingga kini, ia satu2nya orang yang memperoleh kedua penghargaan itu sekaligus.

Shaw meninggal tahun 1950, karena jatuh dari tangga. Bukan, ini bukan kiasan.

Stephen Hawking

Stephen Hawking punya web: hawking.org.uk. Di situ Rosie Waterhouse menanyai sang profesor: “What sort of music do you like and why?” Hawking menjawab, “I mainly listen to classical music: Wagner, Brahms, Mahler etc., but I like pop as well. What I want is music with character.” Di salah satu bukunya, Hawking juga bercerita tentang Wagner. Khususnya Die Walkure. Ini, dia bilang, adalah musik yang paling gelap sekaligus paling megah.

Saat wawancara oleh Larry King, Hawking mengatakan: “It was in 1963 that I first developed an interest in Wagner. I had just been diagnosed as having ALS, and given a distinct impression I didn’t have long to live. I regarded Wagner as music that was dark enough for my mood. My mother bought me tickets to go to the Wagner festival at Bayreuth. It was magic. His personal use and conduct were pretty objectionable. But his music, though sometimes pompous and long-winded, reaches a level no one else does.”

Hawking adalah Lucasian Professor of Mathematicks di Cambridge. Ini barangkali jabatan paling bergengsi di dunia akademis :), yang pernah diduduki a.l. Paul Dirac, Charles Babbage, dan Isaac Newton. Pada salah satu episode Star Trek, Lt Commander Data menjadi android pertama yang menduduki posisi ini. Hawking mendalami fisika teoretis, khususnya kosmologi dan gravitasi kuantum. Dan tentang ini kita tidak bisa menulis di satu artikel singkat, tapi harus satu website tersendiri :). Ia jadi selebriti setelah bukunya, A Brief History of Time, yang ditujukan bagi pembaca awam itu, terus menerus menjadi best seller di seluruh dunia. Kemudian ia menulis lagi The Universe in a Nutshell.

“If we do discover a complete theory of the universe, it should in time be understandable in broad principle by everyone, not just a few scientists. Then we shall all — philosophers, scientists and just ordinary people — be able to take part in the discussion of why it is that we and the universe exist. If we find the answer to that, it would be the ultimate triumph of human reason. For then, we would know the mind of God.”

Hawking masih tinggal di Cambridge. Dan entah sengaja atau tidak, suka menunjukkan bahwa dirinya tidak powerless. Bercerai dengan istrinya, dan langsung menikah lagi (pada saat ia tak dapat lagi bergerak — bicara pun harus dengan pensintesa suara). Bertaruh dengan Kipp Thorne tentang singularitas, dengan taruhan majalah sekelas Penthouse. Menyatakan diri tidak memerlukan Tuhan — mungkin sekaligus menyindir bahwa orang suka dekat2 Tuhan kalau sedang dalam kekurangan dan kelemahan.

King: What is that inner thing that keeps you going?
Hawking: Curiosity

Edward Said

Putus asa aku mengamati jadwalku, malam itu, sekitar 5 tahun lalu. Nggak ada harapan untuk melihat presentasi Edward Said di Warwick University — hanya 15 menit jalan kaki dari kamarku. Sedih, hmm. Tapi aku kasih tahu ke beberapa teman, barangkali mereka berminat datang. Reaksi Adnan khas sekali: siapa itu Edward Said? Dan Khaldoun harus menjelaskan ke dia, sambil aku fade off.

Edward Said, selalu membuat aku berpikir tentang keterasingan. Seperti aku yang nggak pernah diterima dalam komunitas sukuistis di mana pun, terutama Jawa dan Sunda. Said tidak pernah merasa at home di negeri mana pun. Keluarga Palestina, tumbuh di Mesir, dan akhirnya tinggal dan menjadi profesor di Columbia, AS. Punya nama depan yang diambil dari nama pangeran Inggris, serta nama keluarga yang Arab nian, makin mengokohkan keterasingannya.

Di AS, Said tak pernah melupakan Palestina. Sebagai cendekiawan kelas dunia, ia terus menyuarakan keprihatinan atas Palestina. Bahkan ia sempat duduk di Dewan Nasional Palestina. Cita2nya bukanlah menghabisi orang Yahudi, tetapi melumpuhkan kekuatan militer Israel dan mendirikan negara demokratis non apartheid non rasialis di bumi Palestina, berisikan orang2 Yahudi, Kristen, Islam, dan agama mana pun. Sikap itu makin mengokohkan keasingan Said. Orang2 zionist menudingnya sebagai musuh berbahaya yang berhasil menyusup di tengah kaum cendekia Amerika, dan cenderung menggagalkan upaya misinformasi internasional mereka. Sementara orang2 Arab memakinya karena ia tak hendak mengusir orang Yahudi.

Said dipecat Arafat dari Dewan Nasional Palestina, karena sikapnya menolak perjanjian damai Oslo. Kenapa orang seperti Said menolak inisiatif damai? Said yakin, ini penipuan. Arafat tidak membaca seluruh naskah, selain beberapa pasal yang mengamankan posisi dirinya sendiri; dan ia dikelilingi veteran perang yang tak paham hukum serta tak mahir berbahasa Inggris. Setelah perjanjian, Arafat baru sadar bahwa tak satu pasal pun yang menyatakan adanya negara Palestina yang diakui.

Setelah kemenangan Hizbullah memaksa mundur pasukan Israel di Libanon Selatan, Israel membuat buffer berupa lahan kosong belasan kilo sebagai zona pengaman antara Israel dengan Libanon. Orang Arab suka melempar batu ke arah Israel. Tentu itu simbolis. Tak ada orang atau bangunan apa pun yang bisa kena. Tapi waktu Said berkunjung ke sana, ia becanda dengan beberapa pemuda, dan berlomba melempar batu sejauh mungkin. Foto Said sedang melempar itu dipasang sebagai headline di media-media AS, dengan seruan untuk memecat Said dari Columbia serta mengusirnya. Pimpinan Columbia University acuh.

Selama insiden itu, Said sedang mempersiapkan paparan di Lembaga Freud di Wina. Akibat ancaman orang2 zionist, pimpinan lembaga membatalkan paparan itu. Namun akhirnya Said diundang untuk memaparkan tulisannya itu di London, 2003. Temanya, sekali lagi, tentang keterasingan: Freud dan orang-orang bukan Eropa. Hal2 yang Said paparkan mungkin memang bikin marah orang Israel, yang akhir2 ini tengah mencari bukti2 arkeologis untuk memvalidasi keberadaan entitas itu di bumi Palestina. Said justu memaparkan bahwa konsep monotheisme orang Yahudi diambil Musa dari orang2 Mesir, bukan dari tradisi Ibrahim hingga Yusuf yang sementara itu sudah hilang. Nama tuhan sendiri, Yahweh, diambil para pengikut Musa itu dari suku Arab Midian di sekitar Sinai.

Said sendiri mempunyai beberapa sahabat Yahudi. Daniel Barenboim, salah satunya. Barenboim tak kalah asingnya :). Dia adalah minoritas conductor Yahudi yang gemar memainkan simfoni dan bahkan opera-opera Wagner, saat di Israel segala musik Wagner diharamkan oleh parlemen. Barenboim dan Said sempat membuat perbincangan panjang tentang Wagner, dan sempat membukukannya: Parallels and Paradoxes.

Said meninggal tahun 2003. Leukemia. Bukunya yang terakhir adalah On Late Style. Biografinya berjudul Out of Place. Asing.

Nonsecret Encryption

Siapa para tokoh di belakang public-key encryption? Orang akan menyebut nama RSA: Rivest, Shamir, Adleman. Atau lebih jauh: Diffie, Hellman, dan Merkle. Tapi beberapa tahun sebelum Diffie, bagian dari dinas rahasia Inggris sudah mengkaji konsep yang serupa. Cheltenham. Nama kota ini mengingatkan ke Ahmad Sofyan yang terus-menerus meyakinkanku bahwa inilah kota tercantik di England. Di sini ada Markas Komunikasi Pemerintah (GCHQ). Di sana John Ellis dulu bekerja, sebagai pegawai yang selalu penuh ide. Separuhnya konyol, dan separuhnya brilian. Sebelum ada kopi instan, ia sudah punya ide mencampur Nescafe dengan gula, dengan alasan efisiensi kerja.

Oh ya, cerita berhenti dulu untuk pesan sponsor. Pagi ini aku minumnya kopi Flores. Jadi agak-agak fly. Kurang banyak kali :).

Sampai mana tadi? Oh ya, di Bell Labs, akhir PD II, ada insinyur iseng membuat catatan bagaimana melakukan scrambling suara analog. Masukkan noise yang banyak dengan noise generator, gitu idenya. Campurkan noise ini ke suara dan kirimkan. Musuh akan menangkap sinyal kita, tetapi tak dapat memisahkan sinyal dari noise. Sementara, lanjut insinyur anonim itu, sekutu di ujung sana, yang punya noise generator yang sama, bisa melakukan pengurangan noise dari sinyal, dan menyisakan sinyal suara yang asli. Sederhana sekali. Tapi tak berguna waktu komunikasi lebih banyak dilakukan secara digital.

Tokoh Ellis kita membaca catatan itu, dan tidak menganggapnya konyol. Dia mulai memikirkan cara agar musuh, biarpun memperoleh sinyal yang sama, dan bahkan mengetahui teknologi enkripsi yang digunakan, tetap kesulitan melakukan dekripsi. Mungkinkah, tanyanya suatu malam. Dan malam itu, di tahun 1969, ia memperoleh jawabannya: bisa! Konsepnya seperti ini, dengan skema Bob mengirim ke Alice tapi diintip Eve. Alice membangkitkan angka yang besar dengan melakukan transformasi matematika dari sebuah bilangan yang dibuatnya. Bilangan yang dibangkitkan dikirimkan ke Bob. Bob mengenkripsi dengan angka yang dikirim Alice. Tapi enkripsi oleh Bob hanya bisa didekripsi oleh bilangan semula yang dibuat Alice. Eve, yang memperoleh baik angka panjang dari Alice mupun data terenkripsi kiriman Bob, tetap tidak bisa melakukan dekripsi. Dia memerlukan angka asli Alice, yang tentu tidak dikirimkan ke mana pun. Bilangan panjang dari Alice boleh dikirimkan melalui jaringan yang tidak aman. Bahkan boleh dipublikasikan :). Dan tetap saja siapa pun akan kesulitan melakukan dekripsi. Ellis menamai skema ini non-secret encryption.

Proyek berlanjut dengan mencari transformasi matematika yang dibutuhkan. Matematikawan Clifford Cocks, yang baru bergabung setelah lulus pascasarjana dari Oxford, memecahkan dalam semalam (juga). Ia melakukannya dengan mengalikan dua bilangan prima yang besar. Mengalikan dua bilangan prima yang besar itu relatif mudah. Yang jauh lebih sulit adalah menguraikan hasil kalinya menjadi dua faktor prima yang benar. Ia menyampaikan laporannya ke mentornya, Nick Patterson, sesama matematikawan. Patterson langsung berteriak di depan pintu: “Ini penemuan kriptografis terbesar sepanjang sejarah!”

Tapi tentu, ini adalah lembaga birokratik, seperti juga agen rahasia di mana pun. Hasil penemuan tersimpan di bawah selimut. Memberikan ruang kepada Diffie cs untuk menemukan kembali penemuan Ellis, dan RSA untuk menemukan kembali pememuan Cocks. Dan seterusnya sampai Zimmerman, PGP, GPG, GPP, EGP, dan semacamnya. Buat yang tidak pernah membaca soal ini, yang GPP dan EGP itu bohong. Tapi kita harus tahu: skema semacam inilah yang kini memungkinkan e-commerce berkembang di Internet.

Ada waktunya rahasia tentang Ellis ini dibocorkan ke Diffie. Whitfield Diffie yang terperanjat ingin menemui tokoh ini. Pertemuan itu terlaksana tahun 1982 di Cheltenham.

“Gimana rasanya menemukan non-secret encryption?” tanya Diffie.
“Siapa bilang?” sahut Ellis.
Diffie menyebutkan nama seorang tokoh NSA.
“Kamu kerja untuk dia?” tanya Ellis.

Percakapan mereka bersahabat, tapi Ellis enggan membahas soal enkripsi :). Ia kemudian hanya menyentil sekali, dengan mengatakan “You did more with it than we did,” lalu meneruskan kerahasiaannya. Cerita lebih lanjut, baca aja buku Crypto.

Sophie

Masih April, jadi rada tematis untuk cerita tentang seorang cewek keren. Namanya Sofya Vasilyevna Kovalevskaya (Софья Васильевна Ковалевская). Di textbook, nama ini mencuat dalam teorema persamaan diferensial Cauchy-Kovalevsky. Lahir pada 1850 di Moskva, dan diracuni salah seorang pamannya dengan matematika sejak usia dini, termasuk konsep ‘mengkotaki lingkaran’ dan asimptot.

Saat keluarganya pindah ke Kaluga, seluruh rumah dilapisi wallpaper yang dipesan dari Petersburg. Tapi kurang satu gulung. Dan malas pesan lagi cuma segulung. Maka kamar Sofya kecil dilapisi dengan gulungan kertas tua dari gudang, yang ternyata adalah catatan kuliah kalkulus diferensial dan integral dari Akademi Ostrogradsky, punya sang ayah. Sofya jadi membiasakan diri memelototi formula2 ajaib di tembok kamarnya. Beberapa di antaranya mengingatkannya akan ‘kuliah’ oleh pamannya. Sisanya, entah :). Tapi ia suka membaca2nya dan mencoba memengertinya. Banyak yang benar2 masuk ke memorinya.

Ayah Sofya tidak terlalu suka pendidikan pada wanita, jadi Sofya tidak sekolah, dan belajar aljabar sendiri di rumah. Keberuntungan terjadi waktu tetangganya, Profesor Tyrtov, membawa ke rumahnya makalah fisika dasar. Sofya mencoba ikut membacanya, tapi macet di trigonometri, yang belum pernah ia pelajari. Tapi ia mencoba memahami dengan melakukan eksperimen hitungan. Ia berhasil. Tapi waktu ia menceritakan kembali apa yang ia pahami ke Tyrtov (dengan tata istilah yang tidak standar), profesor itu langsung mendatangi ayahnya, dan berargumentasi bahwa Sofya harus dididik lebih serius.

Maka Sofya dikirim belajar ke Profesor Strannolyubsky di Petersburg. Di sana, ia ternyata cepat paham dan berhasil memecahkan soal matematika dengan sangat cepat. Seolah2 otaknya sudah terbiasa. Sementara itu, ia dan saudarinya jadi berminat pada pemikiran sosialis, nihilis, dan sastra. Sofya sempat menjadi teman Dostoyevsky. Tokoh Aglia dan Alexandra dalam novel Idiot dari Dostoyevksy konon diilhami oleh kepribadian Sofya dan saudarinya.

Masa itu di banyak negara Eropa, perempuan belum boleh kuliah. Agar bisa meneruskan kuliah, Sofya melakukan pernikahan pura-pura dengan Vladimir Kovalevskij, seorang paleontolog muda dan radikal, yang pertama menerjemahkan dan menerbitkan karya Darwin di Rusia. Pasangan ini berpindah dari Rusia ke Austria (Wien), lalu ke Jerman (Heidelberg), dan sempat ke Inggris (London), agar dapat meneruskan studi.

Kembali ke Jerman (Berlin), Sofya belajar pada matematikawan Karl Weierstrass (duh, langsung ingat huruf keriting). Weierstrass menolak halus dengan memberikan soal sulit untuk mengenyahkan Sofya. Tapi Sofya (oh ya, namanya kemudian dikenal sebagai Sophie) bisa memecahkannya dan Weierstrass langsung paham bahwa ia menghadapi bakat matematika yang hebat. Ia pun menjadi tutor, konselor, dan teman Sophie. Dengan dukungannya, Sophie berhasil menyelesaikan tesis doktoral di Universitas Gottingen dengan tiga paper: dua matematika murni dan satu astronomi teoretis. Sophie pulang kembali bersama suaminya di Russia. Tujuh tahun ia meninggalkan matematika.

Di Russia, kehidupan keluarga Kovalevsky kurang baik. Mereka jadi suami istri beneran, dan punya anak. Radikalisme Kovalevsky menyulitkannya mencari pekerjaan. Vladimir Kovalevsky akhirnya bunuh diri. Sementara itu, Sophie diundang ke Stockholm oleh matematikawan Swedia Gosta Mittag-Leffler, yang disuruh Weierstrass mencari Sophie ke Russia. Sophie membangkitkan kembali minat matematikanya, dan naik jenjang terus menerus hingga mencapai posisi Profesor Matematika. Ia wanita pertama yang memegang kursi keprofesoran di Eropa — Marie Curie menyusul 17 tahun kemudian. Sophie (yang di Swedia dinamai kembali sebagai Sonya) terus memberikan sumbangan penting bagi matematika. Salah satu paper mekanikanya memberoleh penghargaan dari Académie Française des Sciences, yang digandakan karena memiliki arti khusus juga bagi fisika teoretis.

Kemudian? Dia menjadi penulis. Novel, drama, dan artikel sastra. Sophie meninggal akibat wabah flu terkomplikasi pneumonia pada tahun 1891 pada usia 41 tahun.

Никола Тесла

Tahun ini negara Croatia merayakan 150 tahun Tesla. Nikola Tesla memang lahir di negara itu, di desa Smiljan, tahun 1856, dari keturunan bangsa Serbia. Dari kecil ia sering mendapatkan ilusi visual, sehingga ia sering tidak memerlukan kertas atau apa pun untuk merancang sesuatu. Semuanya dilakukan dalam pikiran saja. Ia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Universitas Praha. Konon di kota inilah ia memperoleh ide tentang motor induksi arus bolak-balik (AC). Namun di sini juga, ia mempelajari 12 bahasa. Yang terakhir ini nggak terlalu susah sih untuk orang Eropa ;).

Ia juga mendiskusikan Chaucer, mahir memecahkan kalkulus, dan tentu juga memecahkan masalah2 kelistrikan. Tapi ajaibnya, ia juga misanthropic. Banyak sih mahasiswa elektro atau komputer yang gayanya misantrophic. Tapi buat Tesla, ini berlaku seumur hidup. Dia nggak pernahpunya kedekatan personal dengan siapa pun seumur hidup. Hidup memang nggak sempurna.

Tesla memulai bekerja di Budapest. Setahun kemudian, ia pindah ke Paris, bekerja untuk sebuah sayap perusahaan Edison. Prestasi2 Tesla dihargai, tapi tidak dalam bentuk uang :). Idenya tentang generator AC didengarkan pihak direksi, dan kemudian ia dikirim ke New York, menemui Thomas Alva Edison sendiri. Pengantar dari direksi di Paris berbunyi seperti ini: “Ada dua orang hebat yang kami tahu. Pertama adalah Anda sendiri. Dan yang kedua adalah anak muda ini.”

Lain kali aja aku cerita lebih detik tentang Edison yang betul2 menerapkan “1% ide dan 99% kerja.” Edison nggak doyan matematika, dan lebih suka melakukan ribuan percobaan, mengerahkan ribuan karyawan, untuk mendapatkan hasil yang tepat untuk produk2nya. Menurut Tesla, 90% kerja berat itu bisa dikurangi kalau Edison sedikit saja menerapkan sains dan kalkulasi. Edison sendiri menganggap Tesla penting. Dia punya masalah. Dia sudah berhasil menciptakan lampu listrik dan phonograph serta mengadaptasi telepon Bell. Tetapi dia belum bisa mendistribusikan listrik. Dia masih pakai generator DC. Jarak jangkaunya pendek sekali. Setiap kompleks atau bahkan setiap gedung akan harus punya pembangkit sendiri. Betul2 tidak aplikatif. Edison mendapat nasihat dari mantan atasan Tesla untuk memanfaatkan Tesla yang naif, tanpa benar2 harus memberi imbalan.

Tesla ditugasi memecahkan masalah sinkronisasi generator, dan seperti biasa ia berhasil. Tapi tanpa imbalan seperti yang dijanjikan. “American humor,” begitu ungkap Edison. Tesla berpisah dengan Edison. Dimulailah yang kemudian disebut sebagai “Battle of Currents.”

Kisah selanjutnya bukan di buku sejarah, tapi di buku fisika dan elektro. Tidak ada generator DC yang betul2 diaplikasikan secara massal. Yang terus ada dan dibangun adalah generator AC ciptaan Tesla. Masalah2 distribusi terpecahkan dengan benda2 yang hanya berfungsi dengan arus AC, seperti trafo. Untuk info lebih lanjut, hubungi mahasiswa elektro terdekat :). Tapi jangan tanya ke Edison sendiri. Sebagai mantan inventor, ia hanya tinggal sebagai penjaga status quo, dan hanya menghabis2kan uang untuk kampanye menentang penggunaan arus AC. Khas Amerika (sampai sekarang), media dipenuhi oleh berita2 bias tentang keunggulan dan bahaya arus AC. Tapi ekonomi kapitalis yang juga khas Amerika akhirnya menunjukkan siapa yang unggul. Tahun 1896, PLTA dibangun di Air Terjun Niagara, tentu menggunakan mesin Tesla. Kemudian kemenangan Tesla atas Edison tak dapat dibendung lagi.

Apakah Tesla bahagia? Seperti Sisyphus, kita akan mengasumsikan Tesla bahagia :). Tapi tentu ia masih naif sampai tua. Dan tidak pernah benar2 menikmati paten yang seharusnya dinikmatinya. Seandainya ia pintar mengatur haknya, ia bisa jadi sempat jadi orang terkaya di dunia, mengambil paten dari setiap watt listrik AC yang mengalir di semua rumah dan gedung di seluruh dunia. Tapi tidak. Ia hanya mengambil uang sedikit. Lalu menghabiskannya untuk eksperimen demi eksperimen lagi. Dan ide2nya mengatasi zamannya: hidup di planet lain, perjalanan ke Mars, komunikasi global, perangkat2 militer yang aneh2.

Edison terus dipromosikan media sebagai ilmuwan terkenal. Ia kemudian menciptakan proyektor film, dan membuat film yang pertama. Sempat terjebak dalam dunia gaib ;), ia tetap dikenang hingga kini sebagai ilmuwan empirik Amerika yang terbesar. Tesla, kalaupun ada yang ingat nama ini, malah sering dikaitkan dengan pseudoscience, karena sikap misteriusnya (masih misantrophic), padahal hal2 seperti itu justru tidak disukainya waktu hidup. Tapi hidup memang tidak sempurna, pun bagi yang telah mencapai prestasi puncak.

Dan untuk mengenang keindahan hidup yang tidak sempurna ini, kita ikut memperingati 150 tahun Tesla.

Tambahan dari Wikipedia:
Tesla diangkat menjadi fellow IEEE dan mendapatkan medali tertinggi: Medali Edison (ironik kan?). Tahun 1975, IEEE mulai menganugerahkan penghargaan yang disebut Tesla Award bagi inovasi terpenting di bidang power engineering. SI juga mengambil nama tesla (T) sebagai satuan kuat medan magnet (kg·s–2·A–1).

« Older posts

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑