- Home is where you hang your @
- A journey of a thousand sites begins with a single click
- You can’t teach a new mouse old clicks
- / is the root of all evils
- Don’t put all your hypes in one home page
- Pentium wise; pen and paper foolish
- The modem is the message
- Too many clicks spoil the browse
- The geek shall inherit the earth
- A chat has nine lives
- Don’t byte off more than you can view
- Fax is stranger than fiction
- What boots up must come down
- Windows will never cease
- Virtual reality is its own reward
- Modulation in all things
- A user and his leisure time are soon parted
- There’s no place like www.home.com
- Know what to expect before you connect
- Oh, what a tangled website we weave when first we practice
- Speed thrills
- Give a man a fish and you feed him for a day; teach him to use the Web and he won’t bother you for weeks..
Category: Computing (Page 4 of 5)
ODBC apaan sih? Oracle Data Base Certification? Iya kali :p.
Kalau ini salah, percayalah: kepanjangan yang laen juga salah. Kepanjangan nggak ada hubungannya sama nama :). Karena itulah ada GNU (GNU’s Not Unix), ada PHP (PHP Hypertext Preprocessor, dulunya bukan ini sih), dan ada TTP (The TTP Project — satu lagi dari Dilbert).
Waktu banyak kerja di sentral, aku udah mulai menghilangkan rasa penasaran sama singkatan-singkatan. Tadinya sih sempat tahu kepanjangan dari EWSD, 5ESS, RSM, RISLU, tapi abis itu sisanya dilupain aja. Apalagi di tahun2 waktu aku mulai tenggelam sama RFC. Aku nggak pernah yakin apa kepanjangan huruf S di DNS. Dan dunia DiffServ dan MPLS memastikan hilangnya keingintahuan itu. Maunya. Tapi nggak bisa :), soalnya banyak yang suka nanya. Biasanya kalau aku ditanya, baru aku bener2 cari kepanjangannya. Kalo nggak, CRLDP hanyalah nama suatu metode persinyalan MPLS, pesaing yang menyerah secara terhormat dari RSVP-TE.
RSVP-TE juga contoh yang menarik. Cuman TE yang kepanjangannya punya arti di sana: traffic engineering. Nama RSVP, protokol pemesanan resource, dipaksa sama dengan protokol pemesanan tempat di undangan2. RSVP yang asli diculik dari Perancis, respondez s’il vous plait, yang dipaksaterjemahkan ke Inggris jadi reserve please, dan diculik ulang ke RFC jadi (Resource) ReSerVation Protocol.
Tapi nggak semua orang patetik kayak gitu. Bluetooth misalnya, diciptakan oleh orang2 cerdas yang ogah main2 singkatan. Kenapa harus dibikin misalnya LRHDWT, kalau nama Bluetooth bisa dipakai :). Tapi — ho-ho — sebenernya nama Bluetooth itu cuman nama sementara sebelum nama resmi diciptakan. Soalnya adalah si nama resmi itu nggak jadi jadi. Akhirnya dipakailah nama Bluetooth secara permanen. Dan ternyata nyaman2 aja tuh. Mestinya yang kayak gini diadopsi sama ANSI, IETF, IEEE, ISO, dan ECMA. Oops — too late.
Ada lagi yang pakai nama dengan nada menyerah. Pasti kita sering denger nama ini kalau suka scanning: TWAIN. Apa tuh? Technology Without An Interesting Name.
EUIS — ExecUtive Information System. Maksa amat :).
Berhari-hari nih aplikasi berbentuk web ini bikin pusing. Dari melakukan ekstraksi data yang beraneka ragam, mencuplik data dari berbagai server, tebak-tebakan sama interface PHP ke MS SQL Server (tanpa ODBC), membeku di ruang server, graphics programming in PHP untuk display, bikin forecasting dan prediction.
Dan … kayaknya sampai sekarang masih kurang dari 10% dari hasil yang diharapkan. Yang salah yang mengharapkan kali yaaa :).
Kerja dengan web bikin kita nggak bisa lagi menikmati web sebagai pengisi waktu luang. Atau bahkan Internet. Juga bikin nggak masuk akal untuk bisa lagi menikmati malam-malam insomnia yang panjang dengan programming.
Siapa yang masih doyan PHP hari2 ini? Beneran … aku pingin nulis buku tentang C++ aja.
Website para pioneer dalam (pre- dan) post-standard C++ :
Bjarne Stroustrup: www.stroustrup.com
Nicolai Josuttis: www.josuttis.com
Scott Meyers: www.aristeia.com
Herb Sutter: www.gotw.ca
Andrei Alexandrescu: www.moderncppdesign.com
Daveed Vandevoorde: www.vandevoorde.com/Daveed
Stanley Lippman: staff.develop.com/slip
Ada yang mau ditambahkan? Nama Anda misalnya?
Serial C++ dari O’Reilly (oh, really?), minus buku pertama yang berjudul Core C++. Practical C++ adalah buku panduan mempelajari C++ dengan sedikit referensi. Nutshell berisi referensi dengan sedikit panduan. Pocket reference berisi referensi sangat singkat dalam kemasan kecil. Inget waktu kirim mail tahun 2001 ke O’Reilly nanyain buku C++, dan keliatannya waktu itu mereka nggak terlalu menseriusi C++. Udah merasa kalah sama serial C++ dari Addison Wesley kali.
Stanley Lippman, penulis buku C++ Primer, selalu membanggakan buku tulisannya sebagai buku yang bersifat esensial bagi siapa pun yang mau mulai belajar C++. Memang kitab utama bagi programmer C++ masih buku Bjarne Stroustrup The C++ Programming Language. Tapi Stroustrup menulis untuk programmer, bahkan bisa kita bilang untuk programmer C++, bukan untuk novice yang masih meraba-raba pingin tahu kenapa ada tanda plus dua kali di belakang nama besar bahasa C.
Lippman tapi memiliki kelemahan yang sama dengan Stroustrup. Bukunya tebal tak alang kepalang. Tak nyaman buat generasi masa kini yang baca buku di KA dan bis kota sambil ngobrol renyah dengan teman-teman. Dia baru menyadari soal itu di Disney.
Lippman memperoleh proyek di Disney. Animasi sesuatu di film Fantasia 2000. Zaman dulu sih, waktu orang gampang dibikin kagum sama Star Wars, animasi dibuat dalam bahasa C. Sekarang C++ yang keren dan kokoh itu. Maunya. Tapi di proyek di Disney itu, mereka telanjur pakai Perl. Emang bisa sih konversi program Perl ke C++, tapi artinya kerja cukup lama untuk melakukan hal yang udah dilakukan. Jadi mendingan si expert aja, Lippman, yang dipaksa belajar Perl.
Waktunya? Nggak lebih dari satu hari.
Beruntung dia. Ada buku Learning Perl dari Randal Schwartz. Kita ingat, kitab utama Perl bukan buku Schwartz yang ini, tapi buku Programming Perl tulisan Larry Wall, yaitu Stroustrupnya Perl. Untuk yang baru belajar, memang lebih dianjurkan baca buku Schwartz. Dan buku ini tipis, simpel. Buat orang yang niat baca, semalam pun jadi. Jadi lah Lippman programmer Perl.
Tapi Lippman jadi mikir: sial bener ya orang kayak aku yang suatu hari terpaksa harus belajar bahasa C++ dalam waktu singkat. Buku buat pemulanya sama seremnya sama buku babonnya.
Dengan ide itu, dia mulai menulis versi Learning Perl untuk C++. Dan namanya adalah Essential C++, diterbitkan Addison Wesley. Bukan, bukan Additional Weasel. Itu mah Dilbert.
Enak kok kalau bisa bahasa C. Banyak bahasa lain yang diturunkan dari C, termasuk C++, Java, Perl, PHP, dan masih banyak lagi. Kita tinggal perlu belajar dikit tentang perbedaan sintaks yang minor itu, trus jadilah kita programmer di bahasa-bahasa itu. Gitu katanya. Naif yach?
Sintaks C memang sering diculik untuk menyusun bahasa baru, soalnya sifatnya yang manusiawi dan komputerwi sekaligus, dan soalnya bahasa ini merupakan bahasa yang paling banyak dipakai oleh developer profesional untuk menyusun program-program dan proses-proses di seluruh dunia (compared to keluarga Basic dan Pascal yang banyak dipakai end user untuk aplikasi personal). Jadi diharapkan learning curve untuk ke bahasa-bahasa baru itu nggak terlalu lebar, maunya. Tapi, tentu, bahasa-bahasa itu bukan sekedar C yang dipoles ulang. Ada perbedaan paradigma, yang menuansa atau menjurang, yang mengharuskan membentuk sebuah bahasa baru, dan gap ini kemudian berkembang ke arah-arah yang kadang tak teramalkan, dan membentuk jurang besar dengan para pendahulunya.
Seandainya pun bahasa-bahasa itu nggak terpisah, kita punya masalah lucu lain: para pencipta bahasa-bahasa baru punya selera yang berbeda dalam menamai fungsi-fungsi (atau pada oop: metode-metode). Nama fungsi memang bukan termasuk standar bahasa C, dan orang-orang tidak pernah merasa berdosa menamai fungsi-fungsi as delicious as their belly buttons (seenak udelnya sendiri).
Misalnya, dalam bahasa C, kita biasa mengubah semua huruf dalam sebuah teks menjadi huruf besar dengan fungsi strupr. Ini misalnya lho — aku sendiri punya fungsi lain yang aku definisikan sendiri. Trus kita bikin script PHP. Pakai tuh strupr, dan oops … kok jadi lain? Yup. Di PHP, fungsinya berubah nama jadi strtoupper. Dan ini nama fungsi-fungsi yang sama di bahasa yang konon keturunan C, atau sering dipakai bersama program keturunan C:
- C: strupr(text)
- awk: toupper(text)
- PHP: strtoupper(text)
- JavaScript: text.toUpperCase
- Perl: uc(text)
- STL: toupper(text)
- VCL (Borland, untuk char*): StrUpper(text)
- VCL (Borland, untuk ansi-string): UpperCase(text)
Yang bukan keturunan C, tapi sering dipakai bersama keturunan C:
- Ruby (bukan keturunan C): text.upcase
- PL/SQL: upper(text)
- MySQL: ucase(text)
Nggak heran, aku beneran harus koleksi pocket reference books #^@(!#^(*!@^#*(!@^#*(!@.
Di mana titik paling lemah (Britons dengan sukacita menyebutnya the weakest link) dari sebuah sistem? Teknologi yang ketinggalan jaman? Yeah. Program yang dibuat asal-asalan? Yup. Tapi yang selalu paling lemah adalah manusia. Dan proses yang memungkinkannya. Itu salah satu yang menarik dari film Catch me if you can. Orang IT menyebutnya sebagai social engineering: bagaimana, dengan cara halus dan cerdik, kita bisa mengambil data cruicial dari orang-orang dalam, tanpa mereka tahu bahwa sedang dimanfaatkan.
Kalau kita bisa menikmati film itu (kayaknya itu satu-satunya film yang aku tonton di tahun 2003 ini, so far, pasti kita bakal tertarik juga buat baca buku Kevin Mitnick: The Art of Deception. Mitnick, kayaknya tokoh yang nggak perlu dijelaskan lagi. Konon teknik penerobosan yang lebih sering dia pakai, lebih dari pembobolan secara teknis, adalah social engineering. Dan buku ini justru lebih banyak menyoroti engineering di bidang non-engineering ini. Kumpulan informasi tak halal hasil social engineering ini yang kemudian dipakai untuk pembobolan lebih lanjut.
Emang kelihatannya aku jadi pemalas buat ngurusin web. Web ini, dan terutama web komunikasi.org. Tapi sebenernya aku lagi aktif merenovasi website. Cuman yang ini tempatnya di intranet kantor, dan nggak bisa diakses dari Internet. Tapi bisa dibayangin lah, kira-kira kayak apa hasilnya kalo aku ngedesign webpage. Nggak beda jauh sama site ini. Dan yang jelas kalah jauh sama webdesigner yang profesi utamanya siswa sekolah.
Eh bener loh, beberapa temen aku yang anaknya masih di SD udah bisa bikin website yang desainnya lumayan juga. Cuman pakai FrontPage sih. Tapi desainnya bagus bener. Bisa keren dah masa depan Indonesia di bidang aplikasi informasi. Insya Allah.
Nah, di tengah-tengah renovasi web, ternyata si webserver bermasalah. Khas lah, kalau nekat pakai webserver dengan OS bikinan Microsoft. Servernya nggak bisa diakses secara lokal. Remote aja yang bisa, tapi kan terbatas. Jadi sementara aku backup aja, persiapan reinstalasi webserver. Tapi masih gatel juga, jadi aplikasi-aplikasi baru masih ditambah.
Good news tapi, pagi ini si boss ke meja aku, dan bilang kalau beliau udah punya doku buat beli webserver baru. Ugh, sedappp. Nggak usah reinstalling. Beli baru aja sekalian. Pakai apa ya. Mau pakai Linux, tapi kurang menantang. Ntar virus sama bug lain kan susah masuk. Enaknya pakai Windows lagi ah.
Kita kan suka kerja keras.