Author: Kuncoro Wastuwibowo (Page 49 of 88)

NSIS

NSIS (Next Step in Signalling), merupakan sistem persinyalan pada IP, yang diharapkan dapat mengatasi kelemahan pengganti RSVP. NSIS diharapkan bersifat generik dan extensible. Untuk itu, protokol NSIS memisahkan fungsionalitas seperti reliabilitas, fragmentasi, kontrol kongesti, dan integritas; dengan aplikasi persinyalan. Maka dalam NSIS terdapat dua layer protokol:

  • NSIS Transport Layer Protocol (NTLP), digunakan untuk layer messaging, yang disebut GIST, untuk mentransportasikan pesan layer aplikasi sinyal. Layer GIST dijalankan di atas protokol transpor dan security standar, seperti UDP, TCP, SCTP, dan DCCP.
  • NSIS Signaling Layer Protocols (NSLPs), masing-masing menjalankan fungsionalitas persinyalan yang spesifik menurut aplikasi, termasuk menyampaikan format dan aturan pengolahan antar NSLP sendiri. Contoh NSLPs adalah QoS NSLP untuk reservasi, NAT/Firewall NSLP untuk konfigurasi middlebox, dan mungkin saja NSLP untuk konfigurasi pemeteran.

Perbedaan NSIS dengan RSVP antara lain:

  • Transport. RSVP diangkut di atas UDP atau langsung di atas IP. NSIS memisahkan NTLP dengan NSLP, yang memungkinkan pemisahan aplikasi signalling. NTLP sendiri diangkut di atas protokol yang sudah ada, termasuk TCP dan UDP.
  • Model Reservasi. RSVP diinisialisasi oleh receiver. Sementara NSIS QoS NSLP dapat diinisiasi oleh sender maupun receiver. Proxy juga dimungkinkan, dalam arti inisiasi dan terminasi dapat terjadi tidak di ujung flow. Jadi kalau RSVP harus end-to-end, NSIS dapat bersifat end-to-end, edge-to-edge, host-to-edge, atau edge-to-host.
  • Multicast. Tak seperti RSVP, NSIS tak mendukung multicast. Ini mengurangi kompleksitas aplikasi yang kita ketahui sebagian besar masih unicast. Namun, kelihatannya model NSIS ini bersifat extensible terhadap IP multicast juga.
  • Reservasi Dua Arah. QoS NSLP memungkinkan reservasi dua arah dengan melakukan binding pada sesi-sesi di kedua arah. Yang seperti ini tidak ada dalam RSVP.
  • Model-Model QoS. NSIS QoS NSLP memungkinkan persinyalan model QoS yang mana pun.
  • Mobilitas. NSIS mengidentifikasikan sesi persinyalan dengan identifier sesi yang bersifat random, alih-alih dengan identifier flow yang meliputi alamat IP. Maka NSIS dapat mendukung mobilitas secara lebih mudah.
  • Keamanan. Soal keamanan telah ditambahkan pada RSVP. Namun pada NSIS, soal keamanan telah dipertimbangkan sejak awal perancangan. Telah dilakukan integrasi dengan protokol keamanan baku, seperti TLS or IPsec/IKEv2.

Framework NSIS dipaparkan pada RFC 4080, Juni 2005.

Indosat Matrix

Neo melesat dari Puncak Monas ke Jalan Medan Merdeka Barat. Eh, bukan mau cerita Matrix yang ini dink. Mau ngerasani Retno aja. Ini adikku, buat yang belum tahu.

Alkisah, almarhum Papap dapat kiriman tagihan Matrix dari Indosat. A.n. Retno. Sama Papap dicuekin aja. Biasa aja kalau anak2 Papap pakai alamat Papap untuk korespondensi legal. Lama2 Indosat bertelepon, minta tagihan Matrix sebesar 10 juta dilunasi. Baru di titik itu kita semua sadar ada yang nggak beres. Retno nggak pernah daftar Matrix, nggak pernah pakai Matrix. Karena ditelepon terus2an, Retno mengirim nota ke Indosat. Indosat menyuruh datang ke kantor (baca: Indosat menyuruh orang yang bukan customernya, tapi diganggunya dengan telepon terus2an, untuk datang). Retno datang. Officer Indosat langsung menyambut ramah. “Eh ketemu lagi. Pakai kerudung ya sekarang?” Well, Retno pakai kerudung udah lebih dari 10 tahun yang lalu :).

Abis cek KTP, foto, dll, diputuskan bahwa memang ada kesalahan. Seseorang melakukan fraud dengan bikin KTP palsu pakai nama dan alamat Retno. Selesai. Masa? Nggak. Indosat masih menego dengan mencoba meminta pembayaran sebagian, pembayaran cicilan, dll. Lucu? Nggak.

Akhirnya Retno nulis di Kompas. Trus Indosat lebih serius. Semuanya dicek ulang. Papap, sekitar 2 minggu sebelum meninggal, sempat didatangi satu gerombolan orang suruhan Indosat untuk recheck. Dan akhirnya Retno dapat surat permintaan maaf resmi dari Indosat. Selesai. Masa?

Tadi malam, setahun abis peristiwa itu, Retno cerita bahwa debt collector suruhan Indosat masih meneleponi. Karena ini bulan puasa, Retno cuman memberikan makian khasnya secara moderat.

Jadi barangkali Matrix memang harus pakai slogan lama Indosat : “we care more” — nggak daftar pun bisa kena tagihan. Dan tentu slogan yang lain: “the corporate is always right.”

Ugh, aku punya beberapa temen baik di Indosat sebenernya. Orang2 yang bener2 profesional dalam bidangnya. Mudah2an nggak menyinggung mereka. Nothing personal, guys. Hk Murphy aja. Sebenernya sih, aku juga menahan diri nggak nulis soal ini dari tahun lalu. Cuman, kayak Retno bilang semalam, “Elu ganggu bokap gue terus sampai meninggal. Sekarang mau apa? Ganggu nyokap gue juga?”

Revoking ISOC-ID

From: James M Galvin
To: Teddy Purwadi
Cc: David McAuley; Fred Baker; Lynn St.Amour; Nelson Sanchez
Sent: Wednesday, October 12, 2005 2:11 AM
Subject: Re: regarding issues with ISOC Indonesia

Dear Purwadi,

As you see below, I asked you on August 18th to reply with a detailed plan to fairly address the issues that have been raised with respect generally to the management of the ISOC Indonesian Chapter. I gave you two weeks to reply and obviously I have waited an additional period but I have not received any reply from you.

We respect all that you have done to form and run a chapter for ISOC. But with that effort comes the responsibility to manage the chapter in an open and fair way for all members. You must afford members who feel they have a grievance with the chapter a fair way to be heard and to have that grievance considered. It is not up to ISOC to specify these procedures but we do have a right, which we insist upon, to have such mechanism available to members.

In light of your not having replied, it is my intent to revoke the Internet Society Charter from ISOC Indonesia effective at 23:59 local time in Jakarta on Tuesday, October 18th, unless I receive from you a detailed plan as described in my e-mail below of August
18th. I will be the sole judge of whether any plan or correspondence you submit is sufficient to meet these requirements and I will be happy to respond before then to suggestions you might have for such a plan. But the burden is on you to do it and to
finish it by that time. There has been some delay and I will not further delay this. If this revocation takes place you must then cease and desist using the Internet Society and ISOC Chapter name, logo and other proprietary materials and you should inform your
members of such action. We also will inform your members of such action should it occur.

We regret this but those members who have a grievance are entitled to be heard and given a fair chance to seek redress.

Jim Galvin
Internet Society
VP Chapters

Well, mudah2an TAP nggak berkelit yang nggak-nggak lagi. Biarlah ISOC Chapter Indonesia dicabut. Mudah2an kemudian dapat dibangun lagi oleh orang2 yang punya moral dan tanggung jawab.

Implausible, Crazy Universe

WMAP, Wilkinson Microwave Anisotropy Probe, adalah proyek bersama NASA dengan Princeton University. WMAP diluncurkan NASA pada bulan Juni 2001, ke posisinya sejuta mil dari bumi: empat kali lebih jauh daripada bulan. Tugasnya adalah merekam radiasi latar belakang kosmik (CBR), berupa gelompang pendek dari semua penjuru angkasa. CBR berasal dari kabut yang memenuhi semesta 380 ribu tahun setelah Big Bang. Selama setahun, WMAP merekam peta riak-riak CBR itu dengan ketepatan yang belum pernah
dicapai sebelumnya. Riak-riak pada radiasi itu menunjukkan blok superkluster.

Pada Februari 2003, NASA mengumumkan hasil rekaman WMAP. Dengan menganalisis riak-riak pada CBR, para ilmuwan menyimpulkan bahwa

  • semesta berusia 13,7 miliar tahun
  • semesta terus mengembang sampai menjadi kabut kembali
  • 96% semesta terdiri atas materi gelap dan energi gelap
  • bintang yang pertama terbentuk 200 juta tahun setelah Big Bang.

Bahkan hingga beberapa tahun sebelumnya, masih ada perdebatan di antara astronom: apakah semesta harus dimulai dengan Big Bang, tidak bisa dengan misalnya teori steady state ala Hoyle. WMAP memberikan detil lebih rinci tentang Big Bang, dan bahwa usia semesta adalah 13,7 miliar tahun, atau tiga kali lebih tua daripada bumi.

Ilmuwan juga terkejut bahwa bintang pertama terbentuk lebih cepat daripada yang diduga sebelumnya. Dan pasti juga terkejut bahwa hanya 4% isi semesta yang merupakan materi atau energi yang kita ketahui; sementara sisanya adalah “dark matter” dan “dark energy” yang tidak kita ketahui apa pun tentangnya.

“We live in an implausible, crazy universe,” kata astrofisikawan John Bahcall.

You Needed Me

I cried a tear, you wiped it dry
I was confused, you cleared my mind
I sold my soul, you bought it back for me
And held me up and gave me dignity
Somehow you needed me
You gave me strength to stand alone again
To face the world out on my own again
You put me high upon a pedestal
So high that I could almost see eternity
You needed me, you needed me

And I can’t believe it’s you
I can’t believe it’s true
I needed you and you were there
And I’ll never leave, why should I leave?
I’d be a fool ’cause I finally found someone who really cares

You held my hand when it was cold
When I was lost you took me home
You gave me hope when I was at the end
And turned my lies back into truth again
You even called me “friend”

You gave me strength to stand alone again
To face the world out on my own again
You put me high upon a pedestal
So high that I could almost see eternity
You needed me, you needed me
You needed me, you needed me

Mon coeur s’ouvre a ta voix

Mon cœur s’ouvre à ta voix;
comme s’ouvrent les fleurs;
Aux baisers de l’aurore.

Rintik

Tak terlalu deras hujan pagi ini. Rintik. Tapi dinginnya langsung menghujam menembus jaket tipisku. Tidak menyiksa. Malah menanamkan kesegaran dan kenangan bahwa di masa-masa kebangkitanku, dingin adalah sahabat, dan kesegarannya adalah anugerah.

Sebagai bagian dari kenangan, Iqbal tiba-tiba menemaniku. “Jangan mengharapkan kehangatan dari apa pun, dari siapa pun. Nikmati bekunya dada itu, dan cobalah dalam kebekuan itu untuk memberikan kehangatan pada penghuni bumi.” Aku mencoba tersenyum. Tidak mudah, di tengah rintik yang mulai menderas. Mudah2an masih agak mirip senyum.

“Percayalah hanya pada Penciptamu, dan jangan menggantungkan hatimu pada apa pun,” celotehnya lagi. Aku terpaksa menukas, “Bahkan mungkin tak perlu menggantungkan diri pada-Nya. Ini permainanku dengan-Nya. Ia memberikan cobaan, kepedihan, kesendirian, lalu Ia melihat bagaimana aku bisa mengatasinya. Ia tahu aku bisa. Ia penciptaku.” Dan beku kembali menerpa.

Mungkin bukan kehangatan yang Ia berikan. Tapi jelas sebuah perhatian. Dan bagi seorang manusia yang haus perhatian, tak ada bedanya apakah perhatian itu diberikan dalam bentuk kehangatan atau kebekuan, dalam bentuk anugerah atau cobaan, dalam bentuk keramahan atau kepahitan. Dan keterpojokan. Dan kegelisahan.

“Api Namrudz tak akan mampu membakarmu,” kata Iqbal lagi.

Aku tak perlu menggunakan bibir beku untuk membalas kata-kata teman khayaliku yang ini. “Api Namrudz tak punya kekuatan padaku. Bukan karena aku orang suci. Tapi karena aku tidak mengakui kekuatan Namrudz dan pasukannya dalam menentukan apa yang terjadi dalam hidupku.”

Iqbal kembali ke alam kenangan, waktu warna putih gedung kantorku mulai terlihat di kejauhan.

Barenboim

Daniel Barenboim, musikus kelahiran Argentina yang memiliki dua paspor: Argentina dan Israel. Ia General Music Director dari Deutsche Staatsoper Berlin, dan juga menjadi conductor dari Bayreuth Festpielle sejak 1981. Walau secara umum ia merasa tak terusik hidup di negara yang diemohi kaum Yahudi, tapi kadang ada usikan juga. Tokoh politik Jerman seperti Klaus Landowsky dari CDU masih mencapnya sebagai Jew Barenboim: “On one hand, you have young Karajan, Christian Thielemann. On the other, you have the Jew Barenboim.” Barenboim secara enteng cuman menganggap politikus itu nggak ngerti soal keyahudian. Namanya juga politikus.

Sebagai conductor di Bayreuth, tentu Daniel kita lekat dengan Wagner. Kita boleh curiga bahwa cerita tentang Daniel ini kita tulis di sini karena berkaitan dengan Wagner, haha :). OK, jadi pada pertengahan 2001, Barenboim melakukan konser keliling yang antara lain dilakukan di Yerusalem. Barenboim berencana memainkan komposisi Die Walküre yang sungguh membangkitkan inspirasi itu. Tapi pimpinan Israel Festival memintanya mengurungkan rencananya. Jadi Barenboim mengganti bagian itu dengan komposisi dari Schumann dan kemudian Stravinsky. Namun setelah Stravinsky, Barenboim menyempatkan diri berbincang dengan pengunjung, menanyakan apakah tidak berkeberatan jika ia memainkan cuplikan dari Tristan & Isolde. Sebagian pengunjung setuju, tapi banyak juga yang menolak. Maka Barenboim menyatakan bahwa ia akan memainkannya, dan memberi waktu kepada yang tidak suka untuk meninggalkan hall. Sebagian penonton benar-benar keluar, dan barulah kemudian dari ruang itu mengalun melodi indah dari Tristan & Isolde. Tanpa keributan, malam itu.

Peristiwa itu kemudian menjadi isu besar, sampai didiskusikan serius di Knesset, parlemen Israel, seperti yang pernah aku tulis di site ini tahun 2001 dulu. Komite budaya Knesset meminta agar Barenboim diboikot.

Tahun 2002, filsuf Edward Said bercerita bahwa delapan tahun sebelumnya (so: 1994?) Barenboim pernah memainkan Tristan & Isolde dengan anggunnya, sehingga musiknya masih terus terdengar dan terngiang. “I can’t stop hearing that searingly romantic and audacious sound constantly; it’s almost driving me crazy,” ucapnya kepada Barenboim. Lalu mereka berdiskusi panjang soal Tristan. Dan mereka menerbitkan buku bersama, “Parallels and Paradoxes.”

Tristan, dan sebenarnya jua Die Walküre memang punya kemampuan mengesankan untuk bertahan di memori untuk kemudian bangkit dalam suara yang sungguh nyata dan presisi dari memori kita. Di suatu malam di Ibis Montmartre (1995), aku bisa mendengarkan Tristan dari sound system imajiner; dan sempat membuat hati tergetar. Sampai sekarang, bagian Liebestod dari Tristan suka terdengar di saat hati terasa sepi. Kayak sekarang juga, sebenernya.

Toledo

Sebuah tulisan di Kompas mengingatkanku pada kota Toledo. Toledo, nyaris sepuluh tahun yang lalu. Hey, sebelum kaum proletar sekali lagi memprotes acara jalan2ku, aku mau cerita dulu bahwa aku ke sana bukan dengan sterling dari dompetku. Impossible lah yaw. Waktu itu aku sedang belajar FITL with SDH, yang waktu itu masih merupakan ilmu rada baru. Training di Madrid, dan ada kunjungan ke pusat industri Alcatel di Toledo.

Tentu saja industrinya menarik. Tapi aku lagi jarang cerita tentang pekerjaan di sini :). So, abis itu, kita bikin acara kunjungan ko kota budaya Toledo. Salah satu kota tertua di Eropa.

Sebelum masuk kota, kita sempatkan diri mengamati kota dari kejauhan. Dari jauh, yang tampak adalah museum sebesar kota kecil, di bawah terik matahari. Trus bus kami masuk Toledo. Sepasang mata indah mengamati kami turun dari bus. Hmm, bahkan sepuluh tahun kemudian, aku masih bisa melihatnya. Mata yang tidak khas Eropa.

Guide kami (orang Alcatel Toledo) bercerita bahwa kota ini dilindungi oleh Unesco. Salah satu kota tertua di Eropa. Dulunya ibukota salah satu kesultanan muslim di Eropa. Tapi sudah tidak ada lagi muslim di sini. Lalu dia menunjuk ke bekas masjid yang telah dialihfungsikan. Kami diajak ke katedral. Terdengar Konserto Brandenburg ke 4. Hey, waktu itu aku masih suka Bach. Si guide bercerita bahwa kalau orang Islam seperti kami berdoa langsung kepada Tuhan, maka mereka berdoa melalui para saint. Maaf kalau ada yang berbeda pendapat — tapi itu kata guide kami. Banyak ceruk-ceruk yang mewakili tempat para saint, dan orang-orang berdoa di setiap ceruk.

Kembali ke udara segar, aku memutuskan berjalan tanpa guide. Berkeliling lorong yang berlandaskan batu-batu kecil. Menonton para pengrajin emas. Menikmati hiburan lokal. Ke pasar tradisional. Mendengarkan orang yang mengumpulkan sumbangan untuk membantu orang-orang Bosnia. Berbaur bersama deretan turis dari berbagai negara. Dan nggak sengaja ketemu guide kami lagi, tepat waktu makan siang. Hey :).

Kunjungan berikutnya adalah ke Benteng Alcazar. Sekarang jadi museum kemiliteran. Aku udah lupa apa isinya. Barangkali hal-hal yang menyangkut perang dan semacamnya nggak bertahan lama singgah di kepalaku. Tapi aku menghabiskan waktu agak lama juga di dalam sana. Trus keliling lagi menikmati arsitektur kota. Aku bukan tipe turis tukang belanja sih :). Jadi menikmati kota itu udah kenikmatan tersendiri.

Dan sore datang terlalu cepat. Sopir sudah tak sabar mau membawa kami kembali ke Madrid. Enggan meninggalkan kota menarik ini. Tapi bis bergerak, lambat tapi tanpa ampun. Dan sepasang mata indah itu kembali menatapku dari luar jendela.

Dan membuatku sadar bahwa yang indah bukan harus melekat.

Pagi Yang Cerah

Seorang makhluk mungil berulang tahun. Sebenernya nggak mungil bener. Tapi aku selalu mengingat dia sebagai makhluk mungil yang selalu cerdas dan ceria. Dia menemani aku zaman bikin skripsi dulu, sambil bercerita tentang bebek dan makhluk-makhluk ajaib lainnya. Dan aku harus terpaksa banyak bercerita dan menjelaskan apa pun yang dia mau tahu. Tentang langit biru misalnya. Tentang pelangi. Tentang Pol Pot.

Dan waktu aku dalam tekanan besar, yang tidak mungkin diceritakan ke makhluk lucu semungil itu; dia meninggalkan majalah Aku Anak Saleh di depanku. Dan di bagian dalam cover itu tercetak QS Ad-Dhuha. Ini yang terbaca hatiku waktu itu:


Demi pagi yang cerah. Dan demi malam yang kelam.
Tuhanmu tidak pernah meninggalkanmu, dan tidak pula membencimu.
Akhir akan lebih baik daripada awal.
Dan Tuhanmu mengaruniaimu sehingga kamu ridha.
Bukankah Aku mendapatimu sebagai yang tak memiliki pegangan, kemudian menuntunmu?
Bukankah Aku menemukanmu kebingungan, kemudian menunjukimu?
Bukankah Aku menemuimu kekurangan, kemudian mencukupimu?
Maka kepada yang tidak memiliki pegangan, janganlah sewenang-wenang.
Kepada yang meminta, janganlah mengusir.
Dan karunia Tuhanmu, sebarkanlah.
(QS Ad-Dhuha 1-11)

Tentu saja ayat-ayat Ad-Dhuha sering dibaca dalam shalat-shalat kita. Namun dia terbaca berbeda saat kita sedang kehilangan jiwa kita. Teringatkan pada saat-saat lalu di mana tekanan-tekanan memberati hidup, dan Kasih Yang Agung itu memegang tangan kita, menuntun dengan kehangatan, membimbing dengan ramah, dan memberikan cinta tanpa syarat.

Bukan berarti sukma ini langsung jernih. Antidepressant itu belum boleh dibuang juga. Tapi terasa ada yang hangat di hati. Bahwa di balik cobaan dari-Nya yang sekeras ini, ia masih dan terus menjanjikan: pada akhirnya segalanya akan lebih baik daripada awalnya.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑