Author: koen (Page 3 of 123)

Give & Give

Ramadhan tahun lalu, aku kehilangan Papap, pahlawanku. Kehilangan yang terus mewarnai jalan hidupku tahun ini (oh ya, tahun spiritualku dimulai dari Ramadhan dan diakhiri Ramadhan). Secara fisik, barangkali kami jarang dekat. Selama sekolah, bapakku adalah foto Papap, bukan Papap sendiri :). Tapi aku curiga bahwa aku doyan nulis gara2 terlatih surat2an sama Papap, bukan gara2 hasil didikan guru SD-ku. Kumpulan surat2 Papap, terutama masa dari Bangkok, masih tersimpan di rak tempat aku nulis teks ini. Jarang dibaca. Tapi beberapa kata2 di dalamnya masih terpatri tajam, seolah baru ditulis kemarin.

Papap punya hobi nulis, obviously. Pulang dari Timor aja, yang dibawa mesin ketik gede. Azerty, bukan qwerty. Dan ada huruf ç di tutsnya. Aku belajar ngetik di situ. Dan Papap nggak pernah punya mesin tik lain, sampai akhirnya pakai WS. Apa aja ditulis. Dari sistem senjata elektronik, sampai psikologi komando. Tapi Papap selalu bilang bahwa tulisannya bukan apa-apa, dibandingkan tulisanku yang kapan-kapan
akan aku tulis. Papap selalu punya bayangan yang ketinggian atas aku :). Aku selalu dianggap pemikir dan penulis yang hebat. Dan scientist. Dan … you name it. Di waktu2 libur yang singkat di Bandung, Papap bisa jadi teman diskusi filsafat, yang sama2 keras kepala. Kadang terlalu keras sampai aku pulang ke Malang lagi.

Tentu, sampai sekarang aku belum nulis satu buku pun :). Dan kalau beberapa tahun lalu aku doyan nulis script-script kecil; sekarang itu semakin jarang juga. Aku khawatir Papap kecewa. Dan tentu aku yang terpukul, bahwa sampai Papap pergi, aku belum juga jadi apa yang dibayangkan Papap. Itu memukulku sekali. Satu tahun ini aku jadi terus membayangkan: emang aku udah bikin apa dalam hidup? Dengan kecerdasanku, apa yang udah aku sumbangkan untuk dunia? Dan sebagai orang tolol, aku justru lebih jatuh dan lebih redup dengan terus menyalahkan diri. I mean nothing. I’m just nothing.

Ini adalah tahun di mana aku selalu bilang «I’m just nothing».

Ada kalanya ada yang membantuku dalam pencarian kembali, mencari diri sendiri. Tapi akhirnya cuma kembali ke kesemuan. Fatamorgana. Aku terus disangkal dan menyangkal diri. Aku terus dipersalahkan dan mempersalahkan diri. Aku terus dicampakkan dan mencampakkan diri.

Aku bukan orang tabah. Aku kehilangan pahlawanku, dan jadi kehilangan diriku sendiri. Buat orang lain, barangkali tidak pernah terjadi masalah kayak gini. Tapi … ini adalah warnaku tahun ini. Aku hilang.

Papap memang bermarga Scorpius :). Seperti scorpius lainnya, Papap menjejas pengaruh yang tajam. Padahal sering tampak sebagai paduan yang ajaib antara kenekatan dan keengganan mengambil resiko. Sebagai scorpius, Papap sering misterius. Bahkan sampai sekarang banyak jejak hidupnya yang nggak pernah jelas buat kita. Tapi sering menyusun filsafat hidup yang indah sekaligus kontroversial.

Yang beberapa kali Papap sampaikan buat aku adalah bahwa hidup bukanlah bersifat take and give. Hidup itu give and give. Orang yang tidak pernah mengharapkan, tulis Papap di Kartu Ulang Tahun buatku, tidak pernah kecewa — mereka selalu bahagia. Barangkali jadi Manusia Bodoh. Tapi bukankah manusia mencapai kesempurnaan pengetahuan justru pada saat ia memperlakukan diri sebagai manusia bodoh?

Aku coba melacak kembali diriku dari kalimat yang dulu selalu aku jadikan pegangan ini. Hidup itu … to give and give.

IEEE

Acara ritual tahunan yang lain lagi: memperpanjang membership di IEEE. Hampir tanpa kesan lagi :), soalnya nggak ada setting yang harus diubah. Jarang loh :). Waktu di IS, membership dititikberatkan ke Computer Society. Sebagai analis teknologi, membership dipindahkan keseimbangannya ke Communications Society. Dan waktu pindah ke Product Management, statusnya dalam keberimbangan antara keduanya. Belum berubah tahun ini.

Sebelas tahun, dan masih doyan jadi Member. Dulu sih pernah punya minat mempersiapkan upgrade jadi Senior Member. Cuman abis itu aku udah terlalu banyak mengacuhkan soal level dll, jadi nggak care lagi. Titel akademik aja aja nggak pernah dipakai (ah, yang ini mah udah dari lahir) — kecuali kalau lagi iseng jadi pembimbing tesis atau skripsi.

Dan buat para engineer yang belum doyan IEEE, denger dulu lagu ini: “IEEE …. IEEE … no, she doesn’t know what she’s missing.”

ACM

Setiap tahun, ACM tidak pernah bosan mengirim penawaran keanggotaan (Professional Membership). Dan setiap tahun, terpaksa aku skip tawaran itu. Bukan cuman anggaran terbatas, tapi juga rumah mungilku makin nggak kuat menampung jurnal-jurnal. Still, I wonder what I have been missing so far :), if any :) :).

Juga, Scientific American udah tiga kali mengirim reminder untuk memperpanjang subscription. Selalu tergoda :). Tapi, udah ah. Buat tahun ini satu majalah sains cukup: Science & Vie. Budget nggak cukup kalau langganan banyak-banyak. Jangan lupakan juga buku2 yang nyaris tak pernah gagal menggodaku.

BTW, ada jurnal tentang kehidupan tupai nggak yach?

Oil for Food

Sebelum Jay nulis soal zaitun, aku udah bercita2 nulis tentang jenis2 minyak goreng dan pengaruhnya ke kadar kolesterol. Tapi, tentu saja, aku sangat sibuk (heh-heh-heh). OK, bagaimana pun, aku pasang aja deh sumber yang mau aku tulis di atas ini. Dibaca sendiri yach :).

Nggak kebaca? Hmm, kapan2 aku nulis juga tentang Vitamin A dan kesehatan mata deh :).
Tapi ntar kalau lagi agak leluasa, aku tambahin tulisan di sini tentang minyak2 ini.

Rasio Cowok / Cewek

Beberapa tahun lalu, seorang ustadz/celebrity/politikus — yang beberapa hari yang lalu diinterview polisi akibat pemakaian gelar akademik palsu — menyatakan bahwa rasio jumlah lelaki terhadap perempuan saat ini adalah 1:4. Beliau menjadikan ini sebagai pembenaran poligini secara konsep. Ada juga yang percaya. Tak kurang dari rekan kuliah di Coventry :), dan seorang penulis mail di milis Isnet :) :). Di Isnet, aku cuman membalas bahwa rasio semacam dari dari 1:1,1 pun sudah berarti ketidaksetimbangan yang membahayakan. Jadi nggak mungkin, kecuali misalnya kondisi setelah perang. Karena masih ada sanggahan, aku copy data dari BPS. Case dismissed.

Saat ini memang jumlah perempuan masih lebih dari lelaki, kalau semua umur diperhitungkan. Tapi kalau kita lihat kecenderungan di US, dan memperhitungkan hanya yang berusia antara 20 dan 44 (so called cewek dan cowok), maka jumlah cowok sudah lebih dari cewek. Inflasi, boys! Rasionya memang cuman 1,02:1 (kalau 1,1:1 udah bencana, boys). Kalau bang ustadz di atas jujur, beliau harus menjadikan data ini sebagai pembenaran untuk poliandri ;). Nah, inflasi ini juga dipertajam oleh fakta bahwa masa kini adalah masa di mana cewek sudah mengejar ketertinggalannya dalam pendidikan dan karir daripada cowok. Jadi ketergantungan cewek atas cowok sangat berkurang.

So, di masa-masa yang akan datang, kita bisa jadi pengamat: apa yang akan dilakukan para cewek itu setelah mereka menjadi gender yang dominan. Apakah dunia betul akan lebih baik?

:)

Cuci Tangan Dengan Sabun

Petuah lama untuk cuci tangan sebeleum makan diuji oleh P&G Beauty, divisi dari Procter & Gamble. Uji dilakukan di Karachi untuk mengetahui pengaruh cuci tangan terhadap penyebaran radang paru (pneumonia) dan diare.

Jumlah kasus pneumonia per 100 orang yang mencuci tangan tanpa sabun adalah 4,4 orang. Yang mencuci tangan dengan sabun biasa 2,2 orang. Yang mencuci tangan dengan sabun antibakteri 2,4 orang.

Jumlah kasus diare per 100 orang yang mencuci tangan tanpa sabun adalah 4,1 orang. Yang mencuci tangan dengan sabun biasa 1,9 orang. Yang mencuci tangan dengan sabun antibakteri 2,0 orang.

Jadi mencuci tangan dengan sabun tetap lebih efektif daripada tanpa sabun. Tapi benarkah sabun biasa lebih baik mencegah penyebaran penyakit daripada sabun anti bakteri?

Well, survei membuktikan.

Soal lain, tentu, adalah bagaimana caranya agar masyarakat mampu beli sabun? Atau bahkan untuk mampu memperoleh air bersih buat cuci tangan?

Ini Ramadhan!

Sejuk udara pagi ini, lembut menyapu wajah kaku ini, menyesap ke sendi-sendi yang mulai pulih, mengisi saluran pernafasan yang mulai jernih, sedikit-sedikit mulai menghapuskan beban ke kepala yang terasa berat berhari-hari (betulkah cuma berhari-hari).

Gamang, masih. Tapi sinar matahari mirip permainan di angkasa. Cerah, tapi tak terasa panas. Hanya nuansa kehangatan, yang sedikit-sedikit mulai terasa menyusup ke hati.

Hey, ini bulanku. Nggak ada lagi alasan untuk nggak jadi diriku. Ini Ramadhan!

Ramadhan memang datang dari kemaren. Tapi beberapa hari aku cuman jadi pasien yang dipaksa istirahat. Baru hari ini aku menikmati sebuah hari di bulan Ramadhan. Inspirasi-inspirasi abstrak mulai mengalir. Dan setiap tetes darah menyambut dengan semangat, datangnya ledakan-ledakan daya cipta baru. Ini Ramadhan!

Terima kasih, Tuhanku, untuk masih memperjalankan aku memasuki Ramadhan kali ini. Apa lagi yang akan kualami di bulan ini?

Hidup masih berdetak. Cepat. Dan menggairahkan.

Nobel untuk Bakteri Maag

Kompas. Nobel kedokteran tahun ini jatuh pada Barry J Marshall dan J Robin Warren, karena membuktikan bahwa tukak lambung disebabkan bakteri Helicobacter pylori. Sempat mendapatkan penolakan dari para anggota komunitas medis, penemuan ini akhirnya merevolusi bentuk pengobatan terhadap penyakit tersebut.

Sebelumnya tukak lambung disembuhkan dengan obat yang dapat mengendalikan produksi asam lambung. Obat tersebut bekerja dengan baik sehingga tingkat keasaman diperkirakan menjadi penentu kondisi penyakit tersebut. Oleh karena itu, para pasien disarankan untuk minum susu dan makan antacid. Tapi, Warren menemukan adanya bakteri berbentuk spiral dalam sampel jaringan yang terserang tukak lambung dan kehadirannya dapat dikenali dengan munculnya radang. Warren merekrut Marshall, seorang dokter muda, kemudian mengajaknya bekerja sama di Royal Perth Hospital untuk mengisolasi bakteri tersebut. Bakteri yang mereka biakkan mirip Campylobacter, keluarga bakteri yang menyebabkan infeksi usus hewan ternak.

Percobaan yang dilakukan Marshall secara berulang-ulang untuk menumbuhkan bakteri di awal 1982 mengalami kegagalan. Meskipun demikian, saat libur Paskah ia menemukan trik yang tepat saat secara kebetulan cawan percobaan tertinggal dalam inkubator selama empat hari. Sayangnya, H. pylori ternyata tumbuh begitu lambat sehingga banyak percobaan-percobaan di awal yang sempat dianggap gagal. Bakteri tersebut juga tidak memperlihatkan sifat-sifat Campylobacter bahkan bisa dimasukkan sebagai genus baru.
Marshall dan Warren berhasil menunjukkan bahwa pasien tukak lambung dapat sembuh total dengan antibiotik. Penyakit tersebut benar-benar lenyap, tidak seperti jika diobati dengan obat pengatur asam.

Sejak berhasil membuktikan kebenaran hipotesisinya, Marshall terus melakukan penelitian bersama Warren di Perth hingga memperkenalkannya ke seluruh dunia. Dalam pertemuan di Centers for Disease Control and Prevention di Atlanta, Georgia pada 1991, semua mengakui hubungan langsung antara H. pylori dengan penyakit gastritis.
Sekitar 75 persen jenis penyakit tukak lambung telah terbukti disebabkan oleh H. pylori yang dapat diobati secara permanen menggunakan larutan antibiotik. Infeksi yang disebabkan bakteri biasanya dimulai sejak kanak-kanak. Seringkali, bakteri ditularkan melalui sesama anggota keluarga melalui feces atau ludah kemudian tinggal di dalam perut hingga dewasa. Jika tidak diobati, penyakit tersebut dapat menyebabkan kanker.

HTC Apache

HTC, produsen PDA-Phone dan Smartphone dari Taiwan, memang namanya nggak seterkenal produknya. Dia selalu melakukan co-branding dengan operator telekomunikasi atau dengan pemilik brand lain. Maka kita kenal produknya a.l. sebagai O2 XDA, O2 Xphone, dan yang bikin mata berbinar2: O2 XDA II mini. Mini size, dengan feature maksimal. Sayangnya GSM. Radiasi gede, plus masih mahal tagihan GPRS-nya. Komposisi terbesar tagihan Kartu Halo (selalu setia dengan Telkomsel –red) memang masih SMS, tapi disusul GPRS, baru voice. Masih ditunggu yang versi CDMA 2000. Hmm, padahal sebenernya harga nggak ada hubungannya sama teknologi, tapi lebih sama regulasi :).

OK, so HTC meluncurkan produk HTC Apache. Entah apa nantinya nama versi O2-nya, kalau bener O2 mau mengambil. Tapi Sprint udah mengambilnya, dan dinamai PPC 6700. Segede XDA II mini, tapi sudah dengan Windows Mobile 5. Dan dikoneksikan dengan CDMA 2000 1x. Dual band (Telkom skaleee), dan EVDO-capable (400-700 kb/s hingga 2 Mb/s). Selain operasi normal dengan stylus, ‘lah tersedia keyboard geser QWERTY. Prosesor Intel PXA 270 416 MHz. Blukutut (d/h Bluetooth). WiFi. MiniSD. Kamera 1,3 megapixel.

Kira-kira kayak gini deh:

Kafe Sentral

Kalau Lenin sebelum Revolusi tinggal di Swiss, maka Leon Trotsky menghabiskan masa hidupnya menjelang revolusi di Austria. Ia suka bergaul, terutama di Kafe Sentral. Main catur, dan mengoceh macam-macam. You know lah, yang macam gitu. Dan ini cukup banyak diketahui orang.

Tahun 1917, pada saat ada desas-desus sedang terjadi revolusi di Rusia, Perdana Mentri Austria berkomentar «Nggak mungkin. Russia bukanlah negeri yang tepat buat revolusi. Dan siapa pula yang mau membuat revolusi di sana? Atau Tuan Trotsky dari Kafe Sentral itu?»

.. .. .. .. .. .. ..

« Older posts Newer posts »

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑