Splash! Sentakan perkusi, diikuti lincah flute, lalu riuh singkat seluruh orkestra, yang disusul piano bertempo lambat sedang. Inilah Konserto Piano pada G mayor, dari Maurice Ravel. Aku terlompat dari Kemayoran ke bagian redup di pusat kota Madrid belasan tahun lalu. Cuaca sejuk menembus bajuku yang tak berjaket, dan aku masuk ke sebuah Music Shop bertingkat 7, mengambil Strauss, Stravinsky, dan Ravel. Seperti Stravinsky, dan kemudian Nielsen, Ravel memiliki posisi unik di kepalaku: ia mewarnai bagian yang menyusun intuisi, para-rational, dan selalu bisa mengembalikanku ke my real soul saat tantangan di dunia memaksa pikiran buat kalut. Aku terselamatkan lagi oleh Ravel. Huh, aku sudah kembali ke Jakarta, tahun 2011, dan Ravel benar-benar dimainkan di depanku malam ini, di Aula Simfonia Jakarta, Kemayoran. Twilite Orchestra, dengan tingkat akurasi dan expertise tinggi memainkan komposisi itu tanpa ampun, tak memahami bahwa permainan mereka sempat melemparku ke dunia yang lain. Baru di bagian adagio, dengan piano yang lambat berirama tiga, aku turun ke bumi lagi :).
Jakarta sedang bercuaca tak menentu: amat deras di timur, dan cukup kering di utara. Khawatir terhambat kronis macet Jakarta, kami ke Kemayoran lebih dini. Tapi trafik Jakarta amat ramah, dan kami sudah sampai pukul 18:30 :). Konser baru dimulai pukul 20:00 tepat. Conductor Addie MS naik ke pentas, dan Twilite Orchesta langsung membuka dengan permainan yang membangkitkan semangat: Pembukaan opera Russlan & Lyudmilla, dari Mikhail Glinka. Mengasyikkan, dan membuatku merasa bersalah atas CD Glinka yang tampaknya telantar di Bandung :). Musik ini sendiri disusun Glinka berdasar kisah yang diciptakan Alexander Pushkin.
Selesai komposisi Glinka, Addie MS mengambil waktu menyampaikan pengantar. Ini adalah Konser Cantabile yang kedua, setelah Konser Cantabile sebelumnya di Balai Sarbini. Yang menarik adalah kisah Addie tentang Twitter: bagaimana beberapa program di konser ini diusulkan dan dipilih di Twitter, bagaimana beberapa pemain mengajukan audisi untuk konser ini melalui Twitter, dan bagaimana hal ini membuat konser ini jadi didominasi anak muda, baik pemain maupun penontonnya. Benar-benar sebuah Konserto 2.0 dari Twilite Orchestra :).
Lalu Addie kembali menatap pemain, dan mengalunkan bagian dari Nutcracker, dari Tchaikovsky. Entah kenapa, bagian dari musik balet yang ini memang selalu mengingatkan ke Twilite Orchestra. Kalau gak salah, ada iklan televisi Twilite Orchestra berapa tahun lalu yang juga menggunakan bagian ini. Manis sekali :D.
Selesai bagian ini, para pemain keluar. Piano dinaikkan ke panggung, lalu masuklah pianis Felisitas Nesca Alma dan violinist Michelle Siswanti. Dengan duet yang asik, mereka memainkan Spring Sonata dari Beethoven. Ini permainan yang lebih dari sekedar luar biasa. Ada efek visual yang melebur ke dalam musiknya. Bukan saja piano bergayut elegan dengan violin, tetapi kedua pemain memainkannya dengan dialog, gesture, permainan mata, yang seluruhnya membentuk dialog yang manis. Luar biasa.
Piano tak diturunkan saat pemain Twilite Orchestra kembali ke panggung, tetapi langsung diokupasi oleh Kazuha Nakahara (yang di Cantabile 1 memainkan piano untuk Rhapsody in Blue). Dan kejutan pun terjadi buat aku: Ravel Piano Concerto in G major, seperti yang aku tulis di atas tadi :). Bagian adagio berakhir, ditutup dengan bagian presto yang cepat, penuh sentakan, dan amat disonan. Emosiku terlompat lagi. Aku dalam posisi antara tertawa, menangis, berteriak. Kacau. Syukur masih sadar bahwa aku ada di tempat umum :).
Setelah break, orkestra memainkan Simfoni Ke-9 dari Antonin Dvorak. Ini bagian yang menenangkan. Tak seperti Haydn yang ketenangannya berpotensi membawa kantuk, Dvorak menyelipkan dinamika yang menarik dalam simfoninya yang tenang dan anggun, membuat kita tetap terjaga, dan menyerap inspirasi akan kehidupan yang mengalir tanpa perlu dikejar, tapi kadang justru mengejar kita :D. Sesuai judulnya, “From The New World” :).
Ah, malam yang luar biasa :). Thank you, Twilite Orchestra. Thank you para pemain yang luar biasa. Thank you, Addie MS.
Oh ya. Special malam ini, kami juga menculik Annet, makhluk mungil yang sedang mulai belajar violin. Siapa tahu beberapa tahun lagi kita lihat Annet ikut bermain di suatu orchestra, memainkan karya luar biasa yang lainnya :).
waaah tulisannya indah sekali, jadi ikut merasa terkejut-kejut juga hehehe..dan bikin aku jadi nyesel berat nggak nonton cantabile 2 ini..
mas koen ngerti banget musik classic yah? kalo aku nggak nonton nodame cantabile, mungkin belum kenal musik klasik ampe sekarang..
thanks for the article mas, keren :)
Great!!! Kita-kita ya ga ikut nonton konser ini jadi bisa menangkap kemeriahan Cantabile 2. Makasih banyak ya Om.
Ditunggu konser Cantabile 3, mudah-mudah saya bisa hadir lain waktu…