Kita bukan cuma serumpun. Kita bersaudara. Ada masanya persaudaraan itu manis, saat kita berbincang hangat, saat kita saling mendukung, saat kita tertawa renyah menertawai nuansa budaya kita. Namun ada pula saat dimana kita saling menyakiti. Dan — kita paham — yang ternyeri dari segala sakit adalah tusukan dari kata dan perilaku saudara kita sendiri. Tapi kita sudah sama dewasa. Kita paham bahwa persaudaraan memang harus berhias kehangatan dan kebekuan, kesejukan dan bara panas, kata manis dan pekik makian menusuk. Kita paham bahwa itu tidak akan merusak persaudaraan kita.
Tak ada gunanya mengenang kesalahan generasi sebelum kita, generasi yang pernah dan mungkin kini tengah memimpin kita. Itu bukan kita. Kita adalah generasi baru yang siap membawa bangsa dan tanah air kita maju menjadi pusat kemajuan dunia. Yang penting bagi kita adalah kerja sama, berbagi sumberdaya, bertukar dukungan, memperkuat jabat erat, melupakan segala remeh-remeh yang hanya akan melalaikan kita. Ambalat bisa kita bincangkan sambil becanda. TKI bisa kita seriusi sambil bertukar aroma kopi pagi. Batik, dan segalanya, bisa kita pecahkan sambil bergurau. Makianku di Twitter dan Facebook — lupakan sajalah. Dan pelesetan Indonesia Raya-mu yang berselera rendah itu, kita lupakan juga. Seperti kata kami: Bhinneka Tunggal Ika — kita memang berbeda, tetapi kita sama. Atau kata kalian: Bersekutu Bertambah Mutu — kita akan bawa sinergi kita memajukan negeri-negeri kita.
Jadi, untuk Saudara-Saudariku di Malaysia: SELAMAT MENYAMBUT HARI MERDEKA. Ha, merdeka — kata yang menyemangati dan membanggakan, kata yang hanya dimiliki Bangsa Indonesia dan Bangsa Malaysia. Bangga memiliki Malaysia sebagai saudara dan tetangga kami. Majulah Malaysia, Jayalah Indonesia, Malaysia Bisa, Indonesia Boleh!
Sayang saya tidak sependapat dengan saudara Kuncoro, karena solusi yang ditawarkan anda itu kalau salah faham atau kesalahan yang benar-benar tidak disengaja, tapi kalau kapal perang bulak-balik melanggar perbatasan itu sama saja tetangga anda masuk rumah anda tiap hari tanpa izin.Mau?
Cobain aja perang dulu siapa yang babak belur.
setuju omm….
gue paling sebel sesama serumpun nggak akur…tapi gue lebih sebel lagi kalau bangsa gue dibodoh-bodohi
gue paling sebel sesama serumpun saling nggak akur tapi gue lebih sebel lagi kalau bangsa gue di bodoh-bodohi….
aduh pusing….
Pak Koen, hari kemerdekaan Malaysia tanggal 31 Agustus 1957 atau tanggal 16 September 1963 ya pak?
Soal tanggal sih, terserah mereka aja lah :).
Soal mana yang kita akui, terserah kita juga. Tanggal kan cuman simbol.
malaysia copo ae blagu amt,,
malaysia jgn2 namany nyolong jg..
malaysia jgn2 namany nyolong juga.. wkwkwkwk
benar serumpun, tapi apa kalian mau tahu dimana kata serumpun itu hilang ? kata serumpun itu hilang bersamaan dengan hilangnya kesadaran dari bangsa malaysia yang merampas hak negara lain
Indonesia jauh lebih bermartabat ketimbang Malaysia. Contoh dasarnya ; Indonesia merdeka dengan perjuangan menumpahkan darah dari pejuang2 kita ” Kita memperjuangkan kemerdekaan ini, dengan darah, Bukan mengemis! dan kita jauh lebih terhormat dari malaysia. Lihat dasarnya malaysia mereka merdeka karena belas kasih Inggris, lihat malasnya mereka, mereka cm terima jadinya doank. Pasti karena terbiasa hidup dari belas kasih negara lain mencuri dan memfotocopy kepunyaan negara lain. Itu biasa bagi negara Malaysia.
KALO MEMANG HARGA DIRI BANGSA INI TERUS DI INJAK-INJAK LAGI, SAYA PRIBADI TIDAK KEBERATAN KALAU ADA WAJIB MILITER UNTUK PERANG MELAWAN MALAYSIA!
Ganyang malingsìa…
Gk da gì kta srumpun…
Tetap ganyang malìngsia…
Jgn bnyak 0m0nng ka0 b0s…
“AKU BENCI MALAYSIA SETENGAH MATI”
KEMERDEKAAN dikasih Ingggris,
lagu KEBANGSAAN jiplakan,
“suci dalam debu” aja dijadikan lagu kebangsaan. kan asli buah karya anak mallingsia
“yahudi Ambil tanah Palestina, malaysia ambil tanah/Kebudayaan Indonesia”
msh bisa bilang kita satu nenek moyang.
aku ga percaya
Enak aja bung bilang kita harus bangga memiliki malaysia sebagai saudara kita. Saudara tidak akan menjelekkan dan mengambil budaya saudaranya sendiri, juga tidak akan menyiksa bangsa saudara sendiri.
Itu masih dibilang saudara???
Bung bilang kita harus dewasa.. Bung ingin kt memaafkan perbuatan mereka. tapi apakah mereka dewasa? Apakah bung tidak marah budaya kita direbut, bangsa kita dihina, lagu kebangsaan kita yang diperdengarkan saat kemerdekaan kita dirubah menjadi hinaan.
Itu merupakan hinaan terhadap harkat dan martabat kita sebagai suatu bangsa. Kita sudah berjuang untuk kemerdekaan kita dari belanda dan jepang. Apakah sekarang demi embel2 dewasa kita mau diam saja saat diri kita dipermalukan seperti ini???
Bung jawab sendiri
di dunia ini mana ada yang namanya ‘perampokan budaya’, atau ‘klaim budaya’… lucu ah… jangan mau ditipu media… budaya itu universal… kita make sarung (budaya india), ngerokok (budaya suku indian), make gitar (budaya spanyol), bikin kubah mesjid (budaya irak dan turki)..
waduh.. panas ni disini :D
saya org Indonesia dan CINTA bgt sm indonesia.
jadi gini,bagaimana kalo rasa marah kita, rasa benci, emosi,dll kita KONVERSI jadi sesuatu yang berguna buat pembangunan indonesia? kita dukung&cintai produk dalam negri, kita buka lapangan kerja baru (ok,susah..tp ga ada salahnya kan kita mencoba?), kita eksplorasi dan promosikan pariwisata dalam negri (daripada ke malaysia yang cuma gitu2 aja, mending kita ke Bangka Belitung, Padang, Makassar, dll). dgn begitu kita secara langsung turut memberi pendapatan dan (syukur2) menyejahterakan masyarakat indonesia. dan yang paling penting :
KENALI BUDAYA KITA SENDIRI
malu kan kalo teriak2 “wayang punya indonesia!!!” tapi ga ngerti apa2 ttg wayang?
be smart,guys.. ^^
Loh, justru sebagian dari kita mempraktekkan budaya wayang. Bergerak beramai2 tanpa mau berpikir independent. Mengikuti apa kata khalayak, kata media, kata dalang. Hihi :). Hush.
Malaysia……..Malaysai
gimana mau bersatu nglawan malesia…orang indonesia aja ngabdinya ama malesia!!!mencar kemana mana,cuma bela-belain biar bisa jadi babu,kuli n buruh diMalaysia?!?!kalo dah gitu,kpn malingsia ngemis2 lagi kaya jaman dulu?!?
Manusia, tak ada yang sempurna..berbagai ego dan kearifan adalah milik kita namun kedewasaan belum tentu milik semua, hanya sebagian dari mereka yang mengerti. gue setuju dengan maksud dan tujuan pak Kuncoro ini, tidak lain adalah mari kita tunjukkan siapa Indonesia bukan hanya pada Malaysia namun juga pada dunia. Bukankah bangsa ini sangat hebat, sebuah bangsa yang memiliki berbagai macam kebudayaan yang bahkan sampai dicuri oleh bangsa lain. Bayangkan jikalau tidak ada kasus pencurian budaya ini, apakah penerus bangsa kita akan ingat kebudayaan besar bangsa ini nantinya? apakah cukup dengan “label” sebuah kebudayaan akan tetap utuh? tidak..!! tapi dengan melestarikannya baru kita bisa menjaga kebudayaan2 kita tetap utuh dan tidak tercuri pada akhirnya. So, hentikan pertengkaran sekarang juga mari kita tingkatkan kualitas dan kuantitas pelestarian kebudayaan kita. caranya?? tentunya kita semua yang harus berfikir dari sekarang atau tidak sama sekali. Trims.
aku malu sama indonesia….pikirannya hanya mau mengganyang…pokoknya aku memang malu orang indo seperti barbar