Seperti yang diceritakan Feynman, teori Wheeler-Feynman mengenai interaksi foton dua arah waktu, hanya berhasil untuk fisika klasik, tetapi tidak pernah berhasil diterapkan di mekanika kuantum. Feynman kemudian beralih ke QED.

Tahun 1970-an, baru beberapa ilmuwan mulai menemukan jalan memadukan teori itu dengan fisika kuantum: Hoyle dan Narlikar, juga Paul Davies. Tapi seperti juga Feynman, mereka juga hanya memakai gelombang elektromagnetik alias foton.

Pertengahan 1980-an, John Cramer memperluas gagasan ini ke fungsi gelombang Schrödinger, yang lajunya sama dengan foton. Mula-mula memang tidak ada yang memikirkan ide itu, karena selama ini diketahui fungsi Schrödinger hanya memiliki satu arah — yang diasumsikan adalah arah maju. Yang terlupakan adalah bahwa seperti fungsi Maxwell untuk elektromagnetika, fungsi ini bisa dicerminkan untuk menggambarkan aliran energi ke masa lalu.

Sayangnya risalah Cramer tidak begitu bergema. Pertengahan tahun 1990-an, Chu dan beberapa ilmuwan yang mendalami superstring, sekali lagi menemukan hasil yang serupa, tanpa pernah berkomunikasi dengan Cramer. Chu menulis: “Korelasi seketika antara dua partikel terpisah terjadi melalui partikel ketiga, yang berkorelasi dengan partikel pertama melalui interaksi maju, dan dengan partikel kedua melalui interaksi mundur.” Waktu akhirnya Chu tahu bahwa soal interaksi maju mundur ini sudah disepakati para ilmuwan, dia cuman bilang, “Tahu gitu, saya nggak akan terlalu khawatir menggeneralisasikan teori Wheeler-Feynman ke superstring.”

Kira-kira Feynman sendiri bakal bilang apa? Kalau masih hidup sampai tahun 1990-an, barangkali dia lebih suka main drum :). Tapi di tahun 1960-an, dia pernah bilang bahwa tidak ada satu orang pun yang mengerti teori kuantum, dalam arti kenapa interaksi yang terjadi kok seperti itu. Barangkali akhirnya orang tahu, dan itu akibat salah satu teori dia juga, yang tidak dia teruskan, tapi diteruskan orang-orang lain selama setengah abad.