Page 84 of 210

Telkom di Business Week

Business Week edisi 23 Juni 2003 (yang mulai beredar) menampilkan 100 perusahaan IT terbaik. 10 besar: Nextel, Dell, Samsung, Telkom, Nokia, Western Digital, IBM, Hon Hai, Vodafone, dan HP.

Kenapa Telkom (NYSE:TLK) bisa ada di sana, jadi satu-satunya perusahaan IT di Asia Tenggara yang masuk daftar itu? Well, sementara ini bukan aku yang harus memberikan ulasan. Ntar katanya nggak obyektif :).

100% Anglicised

On the other hand, hasil kuis minggu kemaren (di site yang aku lupa lagi alamatnya), menunjukkan bahwa aku sebenernya 100% anglicised. Hah-hah-hah :). Coba kalau kuisnya bersifat lisan, dengan penguji Rob White, lengkap dengan dialek Manchesternya. Hah-hah-hah :).

Visual Matematis

Hasil tes IQ di eMode.com: Anda bertipe visual matematis, lengkap dengan icon kayak di kanan ini.

Kejutan? Kayaknya semua engineer bakal dapet hasil kayak gini. Terutama engineer yang belum sepenuhnya anglicised. Sebagus-bagusnya hasil test yang bersifat verbal dalam bahasa asing, pasti selalu lebih bagus hasil test yang berupa bilangan yang bersifat agak universal, atau gambar-gambar yang universal beneran.

Angka IQ-nya? Bukan rahasia sih. Tapi mulai di SMA aku udah nggak mengimani bilangan IQ, dan nggak pernah peduli sama angka itu.

Jaringan Infokom

Jaringan Infokom: an old white paper, retouched. Proposing an optimal platform for infocom network, based on MPLS. Only 15 pages + cover. In Indonesian language, Thanks God.

Download the free 319 kb PDF files here: https://kun.co.ro/fichiers/infokomnet.pdf.

Valentina Tereshkova

Di ruang tunggu, Stasiun Jatinegara; gatel juga liat orang di depan baca Kompas. Kayaknya menarik, sesuatu tentang musik indie dan Bandung style. Trus ada foto2 di Tangkuban Parahu. Pingin minjem … tapi mood lagi nggak komunikatif. Eh, ada artikel penuh foto tentang Menara Kudus pula. Kayak apa ya. Dibalik, nah malah artikel penuh foto tentang Irlandia Utara. Kayaknya layak berat untuk dipinjem.

Tapi waktu akhirnya salah satu halaman menampilkan Valentina Tereshkova, aku merasa koran ini kali ini perlu dibeli.
Execute();

Cool … tumben Kompas punya banyak artikel yang layak baca. Biasanya gitu-gitu aja — basa-basi :). Tapi yang paling menarik hari ini memang tentang Valentina Tereshkova, si kosmonot putri pertama, dan tentang penjelajahan luar angkasa zaman Soviet.

Valya adalah anak yatim dari veteran PDII, menghidupi diri jadi buruh pabrik ban, dan kemudian buruh tekstil, dengan penghasilan ala kadarnya. Tapi sempat ikut program belajar jarak jauh. Ini Soviet — biarpun orang menderita, tapi biaya pendidikan nggak memeras rakyat. Malahan sempat ikut klub penerjun payung. Mana ada di negara kita ada buruh miskin mampu ikut gituan.

Tertarik dengan keberhasilan Sputnik, dan gembar-gembor pemerintah untuk meluncurkan kosmonot, Valya mendaftarkan diri. Ikut pelatihan yang ketat, lama, dan akhirnya terpilih jadi kosmonot putri pertama. Meluncurlah Valya, memakai kode panggilan Chaika, selama tiga hari di dalam Soyuz 6.

Baru 15 tahun kemudian Amerika berhasil meluncurkan astronot putrinya yang pertama: Sally Ride.

Tapi di sini Kompas mulai ngaco lagi. Dia nulis bahwa Sally Ride akhirnya jadi korban musibah meledaknya shuttle Challenger. Padahal kalau kita baca buku Feynman, “What Do You Care What Other People Think”, Sally Ride justru bergabung bersama Neil Armstrong dan Feynman sendiri, dalam komisi penyelidik musibah meledaknya Challenger.

Aku tulis e-mail ke Redaksi Kompas aja ah.

A Short History of Nearly Everything

Buat orang-orang yang bukan ilmuwan, tapi suka penasaran: bagaimana alam semesta ini bekerja, bagaimana mekanisme semesta yang kompleks ini tercipta, dan bagaimana manusia melakukan penelitian untuk mengetahuinya, juga bagaimana proses evolusi membentuk berbagai makhluk hidup, dan bagaimana manusia tumbuh dan berkembang. Bill Bryson, penulis yang suka jalan-jalan, menanyai banyak kelompok-kelompok ilmuwan, dan menyajikannya kepada masyarakat non ilmuwan dalam bahasa yang bukan bahasa ilmiah formal: A Short History of Nearly Everything.

Buku ini dinyatakan sebagai Book of The Month bulan ini di Waterstone’s. Di Amazon Inggris, buku ini menempati ranking penjualan ketiga, padahal baru diterbitkan 2 Juni lalu. Di Amazon Amerika, dia menempati ranking keenam, setelah diterbitkan bulan lalu. Masih edisi hardcover, tapi harganya tidak terlalu mahal, soalnya Amazon memberikan discount 50% di UK dan 40% di US.

Banyak yang memperkirakan buku ini akan menandingi kesuksesan buku Stephen Hawking A Brief History of Time. Masa sih?

H-10

Sepuluh hari lagi, Garfield akan berulang tahun yang ke dua puluh lima. Nah lo, yang lahir tanggal segitu berarti saudara kembarnya Garfield, yang mewarisi seluruh sifat-sifat Garfield: self-centric, suka bobo, doyan maem, suka jail, suka sinis, dan suka mukulin laba-laba. Yang terakhir barangkali susah dicari tandingannya. Tapi boleh lah diganti dengan suka mukulin Spiderman. Atau … kalau kita ingat bahwa laba-laba itu profesinya adalah menciptakan jaring laba-laba (web), boleh lah kita ganti dengan: suka mukulin para webmaster. Hah-hah-hah. Are we having fun yet?

Trus apa yang dilakukan Garfield di ultahnya yang ke 25? Emang kita pikirin :).

Khas kartun Amerika, Garfield diciptakan bukan sebagai tokoh simpatik atau tokoh yang membuat kita bersimpati. Humor pada kartun Garfield lebih difokuskan untuk menertawai keanehan kita sendiri sebagai spesies manusia, yang merasa unggul, etis, dan moralis, tapi sering nggak lebih baik daripada seekor kucing gendut yang egois. Hey, I’m not overweight. I’m undertall.

Kayak Camping

Sekelompok pekerja lepas sedang membuat saluran gorong-gorong, di bawah sinar matahari yang menghujam tanpa ampun dari pagi sampai siang itu. Tapi syukurlah waktu jeda tiba, dan nasi bungkus dibagikan. Mereka mulai mencari tempat.

Satu orang menarik temannya ke arah rumahku. “Ke situ aja,” katanya. Nggak merasa kalau suaranya kedengeran dari balik jendela. Ketawa2, mereka masuk ke halaman. Pasang kran taman untuk cuci tangan sebentar. Terus memutuskan duduk di rumput, antara pohon mangga dan pohon palm.

“Kayak camping”, kata salah satu pekerja itu. Terus makan sambil ngobrol dengan asiknya.

Pingin nawarin minum. Tapi khawatir mereka malah makannya nggak santai, tahu bahwa rumah ini masih berpenghuni.

The Greeny House

Dulu aku menamai rumah kami the greeny house. Temboknya krem, tapi penuh asesori hijau. Tapi terus cat memudar, dan aku memutuskan memilih warna hijau yang lain untuk asesorinya. Juga untuk genteng dan pintu. Kaget juga lihat hasilnya: hampir semua warna hijau ada di sini: daun pohon mangga, daun pohon palm, pintu, tembok bawah, genteng, rumput, dan tanaman-tanaman kecil — semua menampilkan kehijauan yang berbeda.

Rumah kami punya ciri khas di deretan ini: tempatnya tepat di tengah, tapi jadi satu-satunya rumah yang nggak berpagar. Ada alasan semi-ideologis di situ. Para pencoleng Bandung berhasil memaksa aku pasang teralis di jendela rumah. Mudah2an mereka nggak berhasil memaksa aku pasang pagar.

Anti sosial, memang — kalau ini artinya kita tidak mau hidup menyesuaikan diri dengan pikiran tetangga. Lebih antisosial lagi, aku suka menganggap pikiran sebagian tetanggaku rada-rada primitif.

Rumah tanpa pagar itu menarik. Orang lebih suka datang ke rumah tak berpagar, daripada yang berpagar logam. Abis pintu dibuka, baru tahu kalo penghuninya ternyata anti sosial. Eh.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑