Page 39 of 209

Agustus

Di Bayreuth, Jerman, festival tahunan Wagner sudah dimulai. Tentunya Wagnerian berbahasa Indonesia itu makhluk langka; jadi aku nggak akan mulai membahas di weblog berbahasa Indonesia ini bagaimana cara memperoleh tiket, yang bisa memakan waktu tujuh tahun itu :). Alih2, aku mau iseng menulis tentang para pecinta musik Wagner.

Alf Wight tentu, a.k.a. James Herriot, yang memperkenalkan Wagner ke aku. Dan George Bernard Shaw, yang memperkenalkan Wagner ke Wight. Dan Stephen Hawking. Dan Nietzsche, tapi yang ini terlalu kuno. Dan tentu Edward Said. Pecinta musik Wagner, btw, tak selalu mencintai pribadi Wagner. Khususnya kelakuan Wagner yang anti yahudi, dan terang2an. Tapi itu cuman salah pengertian. Semasa hidupnya, Wagner cuma mengira bahwa Yahudi itu kaum rentenir dan bergaya exclusive. Dia waktu itu belum tahu bahwa orang-orang Yahudi itu, begitu berkuasa atas sebuah entitas polisi dunia, tega melakukan genocide juga.

Temen2 yang masih muda itu ribut soal serbuan atas Libanon. Tapi aku belajar nonton TV waktu PM Israel masih Menachem Begin dan Ariel Sharon masih Menhan dan nama-nama Shabra, Shatilla, Burj-al-Barajneh terdengar setiap hari. Dan kekejaman rezim Israel itu udah sama niscayanya dengan terbitnya matahari pagi. Tapi orang Islam, seperti biasa, cuman bisa menikmati jadi umat terjepit. Pimpinan Arab memarahi milisi Hizbullah yang lebih dulu memprovokasi Israel. Pusing mereka. Mau netral, tapi Israel jelas kejam. Mau bantuin secara militer, tapi mereka udah kehilangan kepercayaan pada kekuatan kaum Syiah (suka jadi musuh dalam selimut).

Dan ketidakjelasan kemauan orang-orang Islam itu masih sama niscayanya dengan terjadinya gempa di Indonesia. I mean, orang Indonesia tidak punya hak berdoa agar tidak terjadi gempa. Indonesia sendiri dibentuk oleh tekukan di batas lempeng. Kalau mereka tidak saling bersitekuk, kepulauan bernama Indonesia ini tidak pernah terbentuk. Dan begitu kepulauannya jadi, mendukung kehidupan, nenek moyang kita masuk, trus minta: ya udah, berhenti donk. Bumi bergerak mengikuti sebuah hukum yang ditetapkan Allah juga, bukan mengikuti kemauan kita. Dan ancaman buat kita bukan saja di lempeng benua yang masih asyik bergerak, tetapi juga di dalamnya lagi, di mana logam2 panas dan cair itu masih lincah bergerak.

Logam cair itu yang membuat bumi punya kemagnetan, yang turut mendukung kehidupan di atasnya. Tapi cairnya logam itu membuat kemagnetan juga bergeser — bisa lambat tapi juga bisa cepat. Dan kalau dia bergeser rada cepat, kehidupan kita semua juga terancam.

OK, kalau ada waktu luang, aku akan mulai menulis. Dan di Bayrouth, Libanon, rudal2 Israel masih membunuhi anak2 manis itu tanpa ampun.

Demikian, bulan Agustus.

Bapaknya Adnan

Trus nggak sengaja ingat nama Adnan lagi. Barangkali gara2 ingat berdiskusi tentang musik nasionalistik — istilah yang bikin dia ngambek. Padahal, sesuai sejarahnya, musik nasionalistik itu hanyalah cita rasa dari musisi2 tertentu di negara2 Eropa tertentu yang berkehendak berlepas diri dari jeratan globalisasi budaya masa kekaisaran Austria dan Prussia yang berkuasa di masa itu. Musik klasik di masa itu Austria dan Jerman sekali. Jadi tokoh semacam Smetana, dan kemudian disebut2 juga Verdi, Tchaikovsky, dll, mengkomposisi musik dengan cita bangsa masing2: Ceska, Russia, Italia.

Tapi kali ini aku mau cerita tentang Bapaknya Adnan aja ah. Tokoh ini bekerja sebagai administratur dan penerjemah. Selain bahasa Arab dan Prancis, ia juga bisa bahasa Spanyol. Ia menyeberangi lautan luas (seluas selat Jabal Tarik dan Kanal Inggris) untuk menjumpai anaknya di Coventry. Dan di sanalah ia ketemu Koen si pengacau.

Act 1.

Adnan: Koen, here’s my father.
Koen: Hi, Sir. Nice to see you.
Bapak: Are you from Pakistan?
Koen: Oh, noo
Bapak: Where are you from?
Koen: Indonesia
Bapak: Are you muslim?
Koen: Why, yes.
Bapak: Alhamdulillah.

Trus makan bareng. Trus naik bis bareng. Trus aku kuliah.

Act 2.

Si Bapaknya di kampus sendirian. Ntah si Adnan ke mana. Bis penjemput sudah datang. Aku bilang ke sopirnya, mau jemput Bapaknya Adnan dulu.

Koen: We have to go now, Sir.
Bapak: But I’m Adnan’s father
Koen: I know
Bapak: Are you his friend?
Koen: Sure.
Bapak: Muslim?
Walah, nanya lagi.
Koen: Sure.
Bapak: From Pakistan?
Waduh biyung.
Koen: Indonesia, Sir. Let’s go now.

Jadi dia ikut aku. Kan orang muslim tidak akan menyesatkan :). Hmmm, emang kalau aku atheist pengikut Dawkins, trus aku bakal menyesatkan yach? Ah, pasti belum belajar Game Theory :). OK, so Adnan akhirnya masuk bis, terlambat, sambil dicemberuti si sopir.

Act 3.

Bapak si Adnan sendirian di meja. Anaknya masih cari cemilan sana sini. Aku duduk di sebelahnya.

Koen: Assalaamualaikum
Bapak: Alaikum salam. Are you muslim?
Koen: Alhamdulillah, still a muslim.
Bapak: But you are from India
Hmmm, setidaknya mulai geser ke timur. Mungkin besok pagi ke Bangladesh, trus 3 hari lagi sampai ke daerah Patani.
Koen: Nnnnnn, no no no. I’m from Indonesia.
Bapak: Muslim?
Koen: Insya Allah, Sir.

Trus … dia ikut makan dari piringku. Duh lagi kangen Bapakku sendiri. Kayaknya bahagia bener dapat Bapak baru :). I mean it.

Parsifal

Betul, Parsifal. Akhirnya punya juga excerpt opera Wagner yang ini, sekian belas tahun abis CD Wagnerku yang pertama :). So, ini adalah opera Wagner yang terakhir. Kecuali kalau Wagner punya semacam unfinished opera ;).
Kalau kita membayangkan Wagner identik dengan Der Ring, atau Tristan, kita akan mendapatkan kejutan yang lain. Kesederhanaan. Keseluruhan opera ini terdiri dari beberapa variasi ide saja. Kalau misalnya dalam Der Ring, citra musikal Wotan begitu kontras misalnya dengan Fricka. Dalam Parsifal, citra-citra ini hambur. Kabur. Tak jelas misalnya mana tema Kundry dan mana tema Klingsor. Tokoh2 ini jadi berpadu secara musik, bukan dikontraskan.
Buat yang baru kenal Wagner, fyi: Wagner gemar mengambil sekumpulan nada tertentu dikaitkan dengan tokoh atau ide tertentu, dan dinamakan motif. Nah, dalam Parsifal, motif dimainkan dalam bentuk musik, dan baru kemudian nantinya dalam bentuk vokal. Ide2 yang baru berkembang pun ditampilkan dulu dalam interlude yang di opera ini dinamai transformation music. Bentuk lengkap, atau bentuk panjang, dari sebuah motif diberikan setelah kita disuruh mendengar fragmen-fragmennya dulu sebelumnya.

Versi yang baru dibeli ini dimainkan oleh The Metropolitan Opera Orchestra and Chorus, dipimpin James Levine. Dulu aku nggak mau ambil, soalnya Amrik. Dan Amrik biasanya encer, nggak Wagner banget. Cerita Parsifal, secara umum, adalah potongan dari kisah panjang tentang Holy Grail. Ah, itu lagi :).

Kopi Kampung

kopikampung.jpgWhen I was about 6 years old, I have tried to draw simple map of Indonesia. Yeah, this is Indonesia, and we learnt to love our country since childhood :-). Back to drawing, my favourite island is Sulawesi. Its shape is the easiest to remember: like the letter k with horisontal head. I used to love to draw that island. And also its little sibling: Halmahera island, another k, but headless. And I found Kalimantan as the most difficult island to draw.

Sulawesi. Sulawesi’s Toraja coffee is internationally famous for its special, unique, earthy taste. I also love the taste of coffee from Manado a nice friend gave me last year. But there are two small towns in Sulawesi, Sapan and Minanga, of which names do not ring a bell for even most of Indonesians. Starbucks sent their guys there. Starbucks had previously their own standards of Sulawesi Coffee. But they wanted to find the classic taste of Sulawesi Coffee. At last they found it in small markets around those two small towns. Starbucks repackaged the coffee, and named it Kopi Kampung (Coffee from Village). Packaged in exclusive pack, Kopi Kampung is sold US$13 per pack in the US, and US$15 in its origin country: Indonesia.

The taste? They call it a bit spicy. I prefer to call it unregrettable. Indeed, you will regret if you don’t taste it.

Telekomunikasi Selular Indonesia

Satu komentar di site ini menyebut bahwa sumber kekuatan Telkomsel pada pasar selular di Indonesia didukung oleh statusnya sebagai pemain perdana. Statement ini sebenarnya tidak benar. Sebelum era GSM, di Indonesia sudah ada Komselindo (milik Bimantara, yang sekarang terjun mengoperasikan Fren melalui Mobile-8). Operator GSM pertama di Indonesia pun bukan Telkomsel, melainkan Satelindo (sekarang bagian dari Indosat). Telkomsel adalah pemain GSM kedua. Pun pada masa2 awal, ia tidak diperkenankan memasuki Jakarta — memberi kesempatan tumbuh dulu untuk pemain awal. Jadi Telkomsel memulai dengan gerilya berkeliling Indonesia sebelum akhirnya boleh memasuki Jakarta.

Kini, Telkomsel masih memiliki proporsi customer yang merata di seluruh Indonesia, dibandingkan Indosat yang customernya basih terpusat di sentra kemakmuran ekonomi (=Jawa). Hampir separuh customer Telkomsel ada di luar Jawa, dibandingkan Indosat yang hanya kurang dari seperlimanya. Telkomsel memang punya hak menamai diri Telekomunikasi Selular Indonesia.

tselisat-may061.png

Untuk per-HP-an, aku sendiri masih pakai 3 kartu: Kartu Halo, Flexi, dan XL bebas. Urutan bukan berdasar favoritism, tetapi berdasar besarnya pemakaian bulanan dalam rupiah, dari terbesar ke terkecil. Ada juga yang lain sih, buat iseng2 :).

Air dan Karbon

Air. Dan karbon. Apa yang membuat dua zat ini jadi esensial bagi makhluk hidup? Secara fisik, maksudnya. Dan tentu hidup dalam hal ini adalah hidup as-we-know-it. Tapi bentar ah, ngelantur dulu. Ada yang mendefinisikan hidup sebagai lingkungan energi alami yang menyusun keteraturan dari ketidakteraturan. Tumbuhan menyerap zat hara dan energi dari alam, dan membentuk organisasi. Tapi, misalnya, galaksi juga memanfaatkan gravitasi untuk membentuk keteraturan antar bintang — jadi namanya hidup juga :). Belum keteraturan yang disusun manusia.

OK, so hidup memerlukan organisasi internal (pasang tanda tanya di sini). Untuk itu perlu larutan (tanda tanya satu lagi). Dan air adalah pelarut yang paling mudah dibentuk alam. Etanol dan amonia juga pelarut yang baik, tapi lebih sulit dibentuk alam. Tidak menutup kemungkinan sih bahwa ada kehidupan di salah satu satelit Saturnus, di mana pelarut yang digunakan adalah amonia.
Air dulu. Air dibentuk dari dua hidrogen yang digandeng oksigen secara kovalen. Bentuknya bukan garis lurus, tapi mirip huruf V. U. Apa lah. Dia jadi kesatuan yang punya kutub: positif di sisi dua hidrogen, dan negatif di sisi oksigen. Kutub antar molekul masih saling menarik. Agak kuat, tapi tak terlalu kuat. Ikatannya bikin air bisa saling menarik, merambat sampai puncak pohon yang tinggi, sambil melawan gravitasi. Saling mengikat, tapi bisa mengikat molekul lain, sehingga dia mudah melarutkan. Air juga punya daya hantar panas dan daya simpan panas yang baik. Manusia bisa mempertahankan suhu a.l. karena badannya terdiri dari air. Juga air mengembang waktu beku (nggak banyak yang kayak gini). Waktu musim dingin, es mengambang, membekukan permukaan danau dan laut, menjadi tapis, sehingga memungkinkan hidup tetap berkembang di bawahnya.

Hidup juga perlu kompleksitas. Di level mini, yang memiliki karakteristik untuk memungkinkan ini adalah karbon. Karbon, dengan empat kaki yang bisa mengikat, dan membentuk rantai panjang. Bisa bikin protein yang fungsional, bisa bikin asam nukleat yang informasional. Ikatan karbon ini kuat sehingga bisa panjang dan berguna untuk informasi dan fungsi kehidupan. Tapi, sekali lagi, ia nggak terlalu kuat, sehingga memudahkan berbagai reaksi yang diperlukan untuk metabolisma dan proses2 lain. Keluarga kaki empat selain karbon adalah silikon. Tapi silikon berat dan ikatannya terlalu kuat. Mengikat oksigen, dia menyusun rantai sekuat batu karang (misalnya, mmm, batu karang, atau batu lainnya, termasuk pasir), dan nggak mendukung kehidupan alami. Tapi dia akhirnya dipakai manusia untuk kehidupan yang lain: semikonduktor dan dengan demikian informatika.

Jadi … kenapa misi2 ke planet2 sibuk mencarii air dan karbon? Sementara ini, dalam bayangan kita, itulah kombinasi yang paling memungkinkan untuk mendukung dan menyusun kehidupan. Tapi kita sendiri … makhluk air dan karbon yang bergerak tanpa kehidupan …

Kelvin

Tapi apakah matematikawan itu? Lord Kelvin, Second Wrangler yang terkenal itu :), pernah menanyakan pertanyaan ini di depan kelasnya, di Glasgow (di mana sungai Kelvin mengalir). Kemudian ia menulis persamaan berikut di papan tulis:

liouville.png

Dan ia melanjutkan: matematikawan adalah orang yang baginya persamaan ini sama jelasnya dengan dua kali dua sama dengan empat bagi Anda semua. Contohnya adalah Liouville. Tapi aku belum kenal Liouville. Kan aku bukan matematikawan.

Aku lupa apa aku pernah nulis tentang Kelvin sebelumnya. Dengan lebih dari 1800 tulisan di weblog ini, aku udah nggak gampang melacak lagi. Ia adalah matematikawan sekaligus fisikawan (mengikuti tradisi Newton). Waktu masih bernama William Thomson, ia kuliah di Cambridge (mengikuti tradisi Newton), di mana orang yang pinter matematika dinamai wrangler. Baca buku Stephen Hawking, kalau nggak percaya. Thomson itu jagoan matematika di angkatannya. Jadi semua mengasumsikan bahwa ia pasti akan jadi matematikawan terunggul. Jadi, setelah ujian matematika, ia kirim pembantunya untuk mencari info. Trus dia tanya, “Who’s the second wrangler?” dan dijawab takzim oleh pembantunya: “You, Sir.”

Aku sendiri nggak terlalu menikmati matematika (kalkulus) di kampus. Jurusan elektro di kampusku ajaib. Mereka sadar bahwa matematika itu hal yang terpenting buat orang elektro, khususnya bahwa orang elektro, lebih dari jurusan praktis mana pun, adalah yang paling banyak menggunakan bilangan kompleks. Tapi waktu itu mereka nggak punya dosen matematika sendiri. Impor dari MIPA. Dan yang datang adalah seorang ibu muda, sedang mengandung, dan selalu pusing. Mengajar tanpa semangat. Itu untuk pertama kali minat matematikaku jatuh, setelah dibangun oleh tradisi kebanggaan akan matematika oleh guru2 SD, SMP, dan SMA-ku. Tapi bukan berarti menghilang. Kadang bangkit juga, pada saat2 tertentu :).

Charles Simonyi

Tadinya aku berminat nulis tentang beberapa matematikawan lagi. Kawanan matematikawan mati kawanan, semacam itu lah. Tapi, gara2 masih doyan buku2 string, nama yang pertama teringat itu Edward Witten. Kebetulan, tahun 2003 aku pernah nulis nama ini di blog ini. Trus aku baca2 dikit di Wiki tentang Witten.  Pemenang Medali Field, tentu. Pendiri teori M, dimana lima macam teori string yang ada pada waktu itu dapat dipandang hanya sebagai kasus2nya. Sekarang merupakan Charles Simonyi Professor of Mathematical Physics di Institute for Advanced Study. Lucunya, nama Charles Simonyi ini kedengeran akrab. Ini juga adalah jabatan profesor yang dipegang Richard Dawkins (yeah, Dawkins yang itu tentu).  Dawkins adalah Charles Simonyi Professor in the Public Understanding of Science di Oxford University. Ostosmastis, jadi penasaran: siapa sih Charles Simonyi, yang memberikan professorship kepada dua orang yang betul-betul outstanding di bidangnya? Terutama Ed Witten, tentu.

Charles Simonyi ternyata … programmer! Dan kerja untuk Microsoft! Anak ini lahir di Hongaria. Waktu SMA, dia kerja jadi satpam di lab komputer. Trus belajar komputer. Lulus SMA, dia sudah bisa menulis kompiler sendiri, dan menjualnya ke pemerintah. Trus pindah ke AS, sekalian kuliah Engineering Mathematics. Kerja di Xerox PARC, dia menyusun program penyiapan program pertama yang bersifat wysiwyg. Trus, tahun 1981, dia melamar ke Bill Gates untuk kerja di Microsoft. Di sini, sia bekerja menyusun Multiplan dan kemudian Excel. Juga Word. Simonyi membawa ke Microsoft teknik pemrograman berorientasi obyek, dan penamaan variabel “bernotasi Hongaria.” Untuk menyusun disertasi, Simonyi menyusun metode pengelolaan software yang dinamai metaprogramming. Metaprogramming memperkaya knowledge di Microsoft, sehingga mereka mengambil pendekatan baru untuk programming setelahnya. Namun tahun 2002 Simonyi keluar secara kasar dari Microsoft, dan mendirikan perusahaan baru.

Simonyi seorang philanthropist. Buktinya tentu adalah beberapa professorship yang ia danai. Juga ia membuat Dana Simonyi untuk Seni dan Sains. Sekarang, cita2nya adalah menjadi turis luar angkasa yang kelima. Rencananya mau berangkat bulan Maret 2007.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑