Ustadz Cholid, antara lain mengkaji penerapan hukum Islam. Hukum, sekali lagi, adalah utilitas yang dipakai untuk menjaga tatanan masyarakat. Hukum tidak membentuk masyarakat, melainkan menjaga tatanan yang telah terbentuk. Tidak mungkin misalnya menerapkan hukum potong tangan dan rajam di tengah masyarakat yang berbudaya mencuri, berzina, dan minum wine. Masyarakat ditata dengan pendidikan yang menselaraskan diskursus. Dan pendidikan dalam hal ini berarti perbaikan yang menyeluruh atas nilai-nilai masyarakat, yang harus meliputi juga perbaikan tata ekonomi. Akhirnya, setelah masyarakat ditata sesuai nilai kemanusiaan (yang memang memerlukan waktu panjang dan sumberdaya yang luar biasa), baru hukum diberlakukan sebagai pagar yang efektif. Setelah masyarakat sadar bahwa mencuri itu kejam, hukum potong tangan diberlakukan. Setelah masyarakat sadar bahwa zina itu jahat, rajam diberlakukan. Setelah masyarakat sadar bahwa wine dan rokok itu menjijikkan, hukum cambuk diberlakukan. Dan semuanya selaras sepenuhnya dengan kemanusiaan.
Page 165 of 210
Ustadz Lukman mengajak kita mengingat kembali ide tentang tauhid dalam kaitan dengan penyerahan diri sepenuhnya kepada ketetapan Allah. Lalu bagaimana dengan usaha manusia? Manusia diperintahkan melakukan usaha-usaha untuk memakmurkan bumi, bukan untuk mencari rizki masing-masing. Bagaimanapun secara logika akhirnya rizki tergantung pada ketetapan Allah, alih-alih sebagai hasil usaha kita.
Tentu bukan berarti kita tidak dapat melakukan perubahan apa pun. Setiap usaha kita, dan doa kita, lebih ditujukan untuk meningkatkan nilai kemanusiaan kita sebagai makhluk Allah. Kita bisa berlomba-lomba untuk memperbaiki diri masing-masing.
Tidak ada yang harus diirikan dari orang yang lebih cerdas, lebih tangkas, lebih punya banyak teman, dan sebagainya; tetapi ada yang harus diirikan dari orang yang lebih sabar, lebih lembut, dan lebih dekat pada Tuhannya. Dan kita punya kekuasaan untuk mengubah diri kita.
Memang terbalik dengan sebagian orang yang bilang bahwa “watak itu bawaan, nggak bisa diubah” dan sebaliknya “rejeki nggak datang sendiri, harus diupayakan”. Sebaliknya, rejeki itu bawaan, nggak perlu diubah; dan sebaliknya, kepribadian itu tidak akan terbentuk sendiri, melaikan harus dibentuk dengan upaya terus-menerus. Dan itulah nilai kemanusiaan kita.
Bis kota nomor 900 melaju dari Pool Meadow, melintasi jalan-jalan kecil dan berliku di sekitar Meriden (dan tugu titik tengah England), melaju ke Birmingham Airport, berbelok ke arah Birmingham city centre.
Bis nomor 50 dan 35 bergantian mengantar ke Belgrave Road. Di central mosque, muka-muka ramah menyambut.

Peace be upon you. Sekali lagi makhluk-makhluk virtual :) mewujud jadi manusia nyata :) :). Suara-suara ceria dari orang-orang yang seling merindukan, juga teriakan riang anak-anak dalam campuran bahasa Indonesia dan slank Inggris yang aneh-aneh.
Summer Gathering Kibar 2001 dimulai …
Siap-siap ke Kibar 2001 Summer Gathering. Siap-siap apaan sih. Paling juga nyeterika.
Keliling Coventry. Kali ada buku-buku yang menarik.
Milis menarik: NextGen Internetworking in Bahasa Indonesia. Membahas desain dan rekayasa teknologi infrastruktur internet masa depan. Meliputi: IPv6, MPLS, MPLS/VPN, Opotik – SONET/SDH – DWDM – Dark Fibre, Core Internet, BGP, IS-IS/OSPF, IP QoS – DSCP, IPSec AH/ESP, dan lain-lain.

Stravinsky
Kenapa aku jadi mencuplik Kundera yah. Apa karena dia bilang “sebagai seorang bocah, saya membenci publik yang menolak mendengar Stravinsky dan memuja Tchaikovsky atau Mozart.”
Aku baru baca buku Kundera sekali, terjemahan Indonesia dari The Book of Laughter and Forgetting, dan buku itu ikutan naik kereta ke Jakarta ke Bandung. Papap yang biasanya nggak suka sama selera buku aku juga ikutan tertarik: Kok kamu punya buku yang lucu (biarpun dalam hati aku pikir keanehan seleraku merupakan inheritansi dari Papap juga).

Mencuplik Kundera lagi: Saya tidak pernah menjadi orang beriman, tetapi setelah melihat orang-orang Katolik Ceska dikejar-kejar semasa teror rezim Stalin, saya merasakan solidaritas mendalam terhadap mereka. Apa yang memisahkan kami, keyakinan pada Tuhan, hanya menempati urutan kedua ketimbang apa yang menyatukan kami. Di Praha, mereka menggantung kaum sosialis dan pastor. Maka, lahirlah persaudaraan tiang gantungan.
Bagaimana Anda mendefinisikan “semangat Praha”? tanya si pewawancara ke Milan Kundera. Kundera menjawab:
The Castle-nya Kafka dan The Good Soldier Schweik-nya Jaroslav Hasek dipenuhi dengan semangat demikian. Suatu kesan luar biasa tentang hal nyata. Sudut pandang orang kebanyakan. Sejarah diintip dari bawah. Sebuah kesederhanaan yang memukau. Seorang jenius tentang hal-hal absurd. Humor dengan pesimisme tanpa kesudahan.

Misalnya, seorang Chek memohon visa untuk pergi ke luar negeri. Petugas menanyainya, “Mau pergi ke mana kamu?” “Ke mana saja,” jawab orang itu. Ia diberi sebuah globe. “Silakan pilih”
Orang itu memandangi globe, memutarnya perlahan-lahan dan berkata, “Apakah Anda tidak punya globe yang lain?”

