Page 100 of 210

Enterprise sp

Pada masa awal didirikannya Amerika Serikat, Thomas Jefferson and James Madison sempat mengajukan usulan Amandemen Konstitusi ke 11, berisi larangan untuk melakukan monopoli perdagangan. Usulannya sebenarnya menarik. Perusahaan tidak boleh memiliki perusahaan lain, perusahaan tidak boleh memberikan uang untuk kepentingan politik, dan perusahaan dibatasi untuk bekerja hanya pada satu macam bisnis saja. Umur perusahaan juga dibatasi hingga kira-kira sama dengan umur produktif manusia. Jadi, perusahaan didirikan sebagai alat bantu manusia yang benar-benar manusia, bukan manusia sebagai konsep atau entitas hukum. Juga diusulkan bahwa tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk melayani kepentingan manusia dan masyarakat.

Namun memang kemudian usulan itu tidak disetujui. Amerika Serikat lahir bersamaan dengan era tumbuhnya perusahaan besar yang memiliki hasrat hidup, hasrat berkuasa, dan hasrat berumur panjang. Perusahaan menjadi entitas yang seolah lebih hidup, lebih memiliki hak, dan lebih memiliki kekuasaan, dibandingkan manusia pembentuknya sekalipun. Yang kemudian terjadi adalah bahwa perusahaan dapat mengembangkan diri sebesar-besarnya, melahirkan perusahaan, memakan perusahaan; serta mengorbankan manusia dalam proses mempertahankan diri dan mengembangkan diri, tak ubahnya seperti spesies raksasa.

Isaac Asimov pernah menulis hukum yang berlaku untuk robot, sebagai entitas independen yang dibuat manusia untuk kebutuhan manusia. Isinya antara lain bahwa robot adalah pelayan manusia, serta bahwa robot harus dapat mempertahankan diri tetapi dalam upaya itu tidak boleh membahayakan keselamatan manusia. Perusahaan dapat dipandang sebagai robot, yang dibuat manusia sebagai entitas hukum untuk bekerja melayani manusia. Dan seperti juga robot, perusahaan tidak boleh dipandang sederajat dengan manusia. Perusahaan harus mengalah terhadap kepentingan manusia.

Kenapa sih, care amat sama perusahaan Amerika?

Sejak cukup lama, bisnis-bisnis besar Amerika Serikat memaksakan — baik ke dalam negeri maupun kemudian ke berbagai negara — cara bisnis yang terus-menerus hanya menguntungkan mereka. Liberalisasi, kata salah satu dosen di Coventry, adalah ideologi bisnis yang didorong Amerika untuk memaksakan masuknya bisnis mereka. Perusahaan Amerika juga suka memaksakan hukum yang berlaku di negaranya waktu beroperasi di Indonesia. Itulah sebabnya. Sudah sempat disebut sebelumnya.

Namun, perusahaan di Indonesia: apa mereka punya etika yang lebih baik?
Ho-ho :).

Nike dan Hak Asasi Perusahaan

Thom Hartmann berkisah:

Nike, si pabrik sepatu, menghabiskan biaya yang sangat besar untuk kampanye melalui PR bahwa perusahaan itu telah menghentikan kontrak kerja dengan subkontraktor yang memerah kerja buruh nyaris tanpa perikemanusiaan — suatu praktek yang dikenal sebagai sweatshop. Namun seorang pembela hak konsumen bernama Marc Kasky menemukan bukti yang bertolak belakang. Mendeteksi adanya penipuan publik, Marc mengajukan tuntutan melalui pengadilan California.

Nike, alih-alih mengajukan bukti bahwa mereka tidak menipu, justru mengajukan argumentasi bahwa perusahaan sepertinya memiliki kebebasan yang sama dengan manusia untuk mengeluarkan pendapat dan pernyataan. Setiap orang, katanya, memiliki hak untuk bicara apa pun.

Untuk kasus ini, Nike kalah di pengadilan California. Awal Januari ini kasus diteruskan di Mahkamah Agung US.

Tapi Nike tidak sendirian. Dukungan untuk Nike mengalir dari Kadin US, Exxon, Monsanto, Pfizer, Bank of America, dan — tentu saja — Microsoft. Dukungan juga diberikan oleh media-media US yang sudah menjadi perusahaan besar: mereka menutupi fakta bahwa terdapat kejanggalan dalam penyamaan badan hukum, apalagi perusahaan komersial, dengan manusia.

Manusia memang punya hak asasi, namun apakah perusahaan komersial punya hak asasi yang sama? Bagaimana menurutmu?

86959022

Kalau sosiolog bisa dikerjain fisikawan, maka fisikawan pun bisa dikerjain. Dan lebih gawat.

Dua bersaudara, Igor Bogdanoff dan Grichka Bogdanoff menulis sepasang disertasi, dan memperoleh gelar PhD dari Bourgogne University. Nah, menurut rumor yang kemudian beredar, disertasi ini hanya hoax: kata-kata dan jargon-jargon fisika teoretis yang dipasang, tanpa kaitan dengan realita.

John Baez memaparkan soal ini di newsgroup sci.physics.research. Tentu saja ini mengundang perhatian.

Dalam sebuah tulisan di newsgroup itu, Bogdanoff bersaudara juga mengirimkan sangkalan mereka. Tapi Baez berkeras, dan menyajikan bukti-bukti ke-nonsense-an tulisan-tulisan mereka.

Dalam kasus Social Text, pelaku mengakui perbuatannya, dan demikian kita tahu ceritanya. Tapi dalam peristiwa Bogdanoff ini, belum terhimpun kata sepakat tentang apa yang terjadi.

Honestly, aku juga nggak tahu cerita aslinya: mana yang benar dan mana yang bohong. Tapi masa sih fisika teoretis sudah sedemikian rumitnya, sampai orang tidak mudah menentukan mana yang riset asli dan mana yang hoax?

86959009

Pernah kebingungan baca tulisan-tulisan filsafat sosiologi kontemporer? Tahu kaitan antara jouissance dan différance? Alan Sokal, Professor Fisika dari New York University punya pertanyaan lebih radikal dari itu: kira-kira para filsuf itu saling ngerti nggak sih? Terus dia bikin eksperimen: bikin artikel parodi, berisi bla-bla-bla tentang filsafat sains; dan dia kirim ke jurnal sosial dan kebudayaan terkemuka Social Text. Judulnya Transgressing the Boundaries: Towards a Transformative Hermeneutics of Quantum Gravity.

Sayangnya, artikel itu beneran dimuat. Ada di Social Text #46/47, tahun 1996, halaman 217-252).

Tiga minggu kemudian, baru Sokal mengirimkan tulisan ke jurnal Lingua Franca (yang sudah tidak terbit lagi), menginformasikan bahwa artikel itu hanya candaan. Tentu terjadi kegemparan besar, khususnya bagi para filsuf dan sosiolog New York.

Maka Sokal pun mengirim artikel ke Social Text, menyampaikan lebih rinci kenapa ia menulis artikel candaan itu, tapi Social Text tidak berkenan memuatnya kembali.

Refleksi atas peristiwa ini kemudian ditulis dan dimuat pada buku A House Built on Sand: Exposing Postmodernist Myths about Science.

86908562

Demam. Dan di luar mendung tebal sekali. Kelihatan hujan sangat deras di sekitar Dago dan Gegerkalong, dengan batas hujan sejelas batas hitam putih (hitam dengan abu-abu muda). Di atas, ke arah utara, langit gelap tertutup awan kelabu tua yang padat. Tapi di bawahnya awan putih kecil-kecil masih berani melayang. Mirip lukisan siapa ya?

Atau kali-kali aku aja yang belajar melukis.

Tapi pemandangan kayak gini memang langka. Awan-awan kecil kayak sengaja mau bikin cerah kota Bandung, nggak peduli sama kepekatan mendung di atasnya, yang nyaris tanpa jeda.

Eh, lucu, tahu-tahu ada sinar matahari dari barat daya.

Hah … mumpung ada matahari … nyuci ah.

86881616

Amazon jelas tahu cara berbisnis. Setidaknya mereka sadar hukum dan etika.
Lebih baik mempertahankan customer (terutama customer maniak buku), daripada
mempertahankan beberapa dollar. Apa cara kayak gini cuma khas Amerika?
Di Inggris ada aturan bagi perdagangan tidak langsung (baik melalui Internet
maupun telepon dan surat), yaitu customer berhak mengembalikan barang dalam
waktu 7 hari setelah pembelian, dan memperoleh penggantian penuh, kecuali ada
perjanjian lain. Di Indonesia?

Aku lagi nggak mood cerita tentang jeleknya berbagai pelayanan di Indonesia.
Barangkali tanah air kita memang disetel kayak gitu. Bukan salah orang Indonesia.
Perusahaan Amerika pun kalau berbisnis di Indonesia selalu bikin fraud.

Ingat IBM.net? Microsoft? Lucent? Citibank?

Lepas dari apakah produk mereka bagus (kayak Lucent) atau tidak (kayak IBM.net),
layanan mereka di Indonesia belum bisa diacungi jempol.

Kita belum menyebut-nyebut yang macam Freeport dan US West alm. Belum.

86881487

Pernah pesan buku di Amazon?

Bagaimana seandainya buku yang kita pesan nggak pernah sampai, padahal
Amex sudah mengirimkan tagihan harga buku sebulan sebelumnya?

Secara teori, kita tahu jawabannya. Tapi dalam praktek, apa yang
bakal terjadi?

Ternyata ini yang terjadi:


From: orders-reply¤amazon·com

Date: Thu, 2 Jan 2003 15:25:20 -0800

Message-Id:
To: spaceman-spiff¤kun·co·ro

Subject: Your Amazon.com Order (#102-2314788-4668911)

Greetings again from Amazon.com.

I am sorry that you have not received this order; it appears the
package may be lost. Please accept our sincere apologies for this
inconvenience.

I have placed a new order for the items. There will be no charge
for this replacement. Here are the details of the new order:

Order Number: 001-2953862-6607418

Shipping Speed: Expedited International

Estimated Delivery Date: January 13th – January 18th

If the original package should arrive before the replacement has
been shipped, please cancel your replacement order by clicking the
“Your Account” link at the top of our web site. If the original
package should arrive afterwards, please contact us so we can
determine how best to proceed.

We appreciate your business and hope to see you again soon at
Amazon.com.

Best regards,

Kris A

86837688

Lepas dari dua masa libur panjang selama Desember, jumlah pengujung site ini masih meningkat di bulan Desember 2002. Tercatat 2132 total kunjungan dalam satu bulan, atau 69 kunjungan per hari. Yang menarik adalah, jumlah hits masih terus bertambah dan menerobos angka 2000 per hari. Tepatnya 2132 hits per hari. Ini menarik: hit seharusnya berkurang; soalnya di bulan Desember, semua file image di direktori putsch dan pictures sudah dipindahkan ke domain kuncoro.com. Ini artinya, aku harus memigrasikan lebih banyak file lagi ke domain lain.

Kenapa repot-repot sih? Terpaksa :). Space untuk domain kun.co.ro di server neocyber.net cuma sebesar 20M, dan menurut neocyber, itu termasuk log file. Besar logfile tergantung besar hits. Tanggal 30 Desember, besar logfile mencapai 12M, lebih dari setengah total space.

Perlu migrasi file … atau sekalian migrasi site ke web server yang tidak memasukkan besar logfile ke dalam kuota space site kita?

Bank Permata

Dilbert bilang, beginilah cara memilih nama project:

  1. Team dibentuk dan melakukan brainstorm memilih nama-nama
  2. Dilakukan multi-vote untuk memilih beberapa nama terbaik
  3. Nama-nama terbaik diserahkan ke manajemen senior
  4. Vice president menolak semua pilihan, dan menamai project itu sesuai nama tokoh Muppet kesukaannya

Kayak biasa, dunia Dilbert tidak bisa dibedakan dari dunia nyata. Aku baca di Tempo: begitulah mereka memilih nama Bank Permata, yang merupakan hasil merger dari Bank Universal dan lain-lain. Bedanya mula-mula mereka menunjuk konsultan untuk memilih nama terbaik. Dengan dana lumayan besar, mereka mengajukan nama-nama seperti Bank Ixi, Bank Qiqa, dan semacamnya.

Manager tim merger menolak nama itu, dan memilih nama lain. Kemudian nama itu dilaporkan ke presiden. Tahu nggak sih nama presiden kita sekarang? Semacam “Dyah Permata Megawati”, begitulah, lebih panjang dari itu. Jadi presiden menolak nama yang diajukan manager, dan memilih nama Bank Permata.

Syukurlah, setidaknya bukan nama Muppet.

Hari-hari ini Bank Permata rajin bener kirim surat. Padahal saldo di bank itu cuman beberapa rupiah aja. Aku juga sudah lupa, mengapatah gerangan dulu pernah iseng bikin rekening dan credit card di Bank Universal. Aku inget pernah mau matiin, tapi managernya mempersuasi dengan baik untuk tidak mematikan rekening, a.l. dengan meng-gratis-kan annual fee untuk credit cardnya.

Sekarang udah waktunya dimatiin lagi kayaknya.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑