Category: IEEE (Page 5 of 7)

IEEE ASEAN Sections Meeting

Bersamaan dengan ICTEL yang diselenggarakan oleh ITT di Hotel Preanger (Bandung), dikonduksikan juga IEEE ASEAN Sections Meeting. Aku hadir — selain karena harus — juga karena harus di Bandung untuk mengurus administrasi kepindahan. Hadir para pimpinan sections dan chapters dari Malaysia, Filipina, dan tentu Indonesia. Kita berbagi pengalaman mengelola organisasi profesional yang tumbuh di masyarakat yang kurang lebih serupa ini (biarpun salah satu keserupaannya adalah heterogenitas yang luar biasa). Skema2 kerjasama juga dirumuskan. Tak terlalu lengkap aku menghadirinya. Masih banyak kegiatan yang harus diselesaikan dalam waktu singkat selama di Bandung. Termasuk ke dokter.

Foto sebentar:

Saat ini IEEE diposisikan sebagai organisasi serius, technology-oriented, high value. Tapi coba kita bayangkan, misalnya IEEE direposisi jadi komunitas funky engineers (jangan berpikir tentang Dilbert), dan diskusi teknis dikemas dengan warna kopdar. Gimana, bakal lebih OK nggak?

Meeting berikutnya dilakukan tahun depan di … Cebu ?

IEEE P1900: CR, DSA, Koeksistensi

Salah satu tema dalam IEEE Communications bulan ini adalah standar2 dalam networking. Kumpulan artikel diawali dengan ringkasan standar yang disponsori berbagai society di dalam IEEE. POSIX dan 802 misalnya, disponsori oleh Computer Society, sementara personal communications oleh Communications Society. Lalu update standar2 — 802.3av, 802.11n, 802.20, PLC, serta keluarganya, lalu … hmmm, standar untuk mendukung cognitive radio (CR), dynamic spectrum access (DSA), dan koeksistensi. Kelihatannya yang terakhir pas dengan yang lagi sering kita kaji.

CR sering didefinisikan sebagai software-defined radio (SDR), yaitu saat perangkat radio mampu secara cerdas menentukan kebutuhan dan memilih sumberdaya radionya sesuai konteks. Standar semacam WiFi (802.11), Zigbee (802.15.4), serta WiMAX (802.16) telah memiliki level teknologi CR tertentu. 802.22 akan menjadi standar internasional berbasis CR pertama. CR akan berkait erat dengan akses spectrum yang bersifat dinamis (DSA). Namun yang menarik tentu keterkaitan antara CR dan koeksistensi: pemilihan sumberdaya yang menentukan jenis akses radio sebuah komunikasi.

Sebuah komite, SCC41 dibentuk dengan focus pada DSA. Standar yang tengah dikerjakan adalah serial IEEE P1900. P1900.1 (target Des 2008) menyusun konsep next generation radio systems dan spectrum management. P1900.2 (target Des 2008) merekomendasikan praktek koeksistensi dan interferensi. P1900.3 (target Feb 2011) mengevaluasi sistem radio dengan DSA. P1900.4 (target Des 2007) menyusun arsitektur sistem yang memungkinkan optimasi sumberdaya radio dalam jaringan heterogen.

P1900 (lihat gambar deh) memungkinkan pengelolaan spectrum antara jaringan yang paham CR dan yang tidak.

Network reconfiguration management (NRM) berkomunikasi dengan terminal radio management (TRM) membentuk interoperabilitas antara jaringan2 radio tanpa infrastruktur. Perangkat komplian P1900.4 memungkinkan rekonfigurasi network dan terminal yang berikutnya memungkinkan pemindahan yang seharusnya tak terasa (seamless).

Direncanakan akan ada P1900.5 yang membahas bahasa policy, dan P1900.6 untuk RF sensing. Standar lain yang juga akan sudah mengadopsi soal CR, DSA, dan koeksistensi adalah 802.22 (Sep 2009), 802.19 (Sep 2008), 802.16h (Sep 2008), 802.16m (a.k.a. WiMAX II atau WiMAX next generation, Des 2009), serta 802.11y (Des 2009).

Surabaya: WOCN

Aku masuk Surabaya di sebuah malam berbintik gerimis yang beresok Senin. Duh, bahasanya nggak aku banget :). Itu malam menginap di Hotel Naruto dengan Internet yang padam. Seninnya persiapan WOCN, sementara tutorial di ITS. Siang itu ada city tour dan kunjungan sosial, termasuk ke House of Sampoerna dan ke lokasi Lumpur Bakrie Sidoarjo. Trus pindah ke Hotel Hyatt. Lain kali deh ini diceritakan lebih panjang.

Hari ini, WOCN 2008 (Wireless & Optical Communications Network Conference) dibuka, berlokasi di Hyatt Regency. Mewakili IEEE Comsoc Indonesia Chapter, dan sebagai pihak yang paling tidak sibuk, aku diperankan sebagai pembawa acara sesi pembuka ini, memperkenalkan pembicara, menyampaikan skema & jadwal, dll. Pembukaan oleh Rektor ITS, Prof Priyo Suprobo. Opening remark dari IEEE Communications Society, Dr Guy Omidyar. Keynote speaking oleh Dr Gamantyo Hendrantoro (ITS), Mr Husni Amani (ITT, Rektor), Mrs Koesmarihati Soegondo (BRTI). Materi keynote speaking akan aku pasang di web IEEE Comsoc (Indonesia chapter).

koen-omidyar-suprobo.jpg

Kemudian conference displit menjadi dua. Track 1 untuk optical communications, dan track 2 untuk wireless & mobile communications. Setiap sesi membahas 4-5 paper. Di sesi 1, aku jadi session chair bersama Dr Achmad Affandi (ITS). Papernya membahas VPN over Satellite, integrasi WLAN dan WiMAX, optimasi protokol MAC pada WLAN, serta konvergensi voice, video, data di WLAN dengan QoS. Tentu dalam bahasa Inggris dialek aneka bangsa. Pusing? Nggak sepusing mereka yang harus mendengarkan pronounciation Inggrisku yang berdialek kutub selatan (yaa, agak2 sedikit mirip pinguin, gitulah). Eh, masa sih semua paper harus ditulis judulnya? Gile kali ye. Ya, pokoknya gitu lah. Ada CD dari IEEE yang katanya berisi proceeding. Tapi jangan harap diupload di web ya. Satu CD gitu loh. Para peminat bisa … ah, nanti kita pikirin.

Break, tentu diisi dengan networking; baik antar institusi maupun antar bangsa. Sorenya ada acara panel sessions. Temanya tentang eksplorasi dunia 4G, serta tentang inovasi2 saat ini. Optical switch misalnya. Haha, agak lama juga nggak lihat yang macam optical switch gini. Perlu nih sesekali menyentuh hal semacam ini lagi.

Malam, semestinya ada banquet dinner. Tapi aku malah kabur :). Ceritanya aku melaporkan kehadiranku di Wilayah Telkom Divisi Regional V ini ke Big Boss of the Division, Mr Mas’ud Khamid (ternyata beliau pernah jadi anggota IEEE juga). Dan alhasil beliau menculikku. Malam ini kami melakukan city tour ke wilayah2 baru & potensial, dengan beliau sebagai personal guide. Lengkap dengan sharing tentang best practice beliau sebagai leader di Divisi tersukses di Telkom ini. Perbincangan diakhiri dengan sesi sea food yang juga menantang.

Besok conference masih berlangsung. Dan sorenya aku akan balik ke Bandung. Seperti biasa, Surabaya memang memperkaya pengalaman profesional. Matur nuwun, Suroboyo.

Indonesia Comsoc Chapter Meeting

Seperti diumumkan di blog satunya, IEEE Indonesia Comsoc Chapter hari ini menyelenggarakan pertemuan pertama tahun 2008. Pertemuan ini disiapkan dari jauh hari, saat Pak Ary (chapter’s chairman) menjajagi kemungkinan sebuah meeting yang formal di Bandung. Aku yakin itu tidak sulit. Fasilitas Telkom bisa digunakan kapan saja. Yang sulit mungkin mengundang anggota2. Tadinya aku berencana menggunakan ruang rapat Telkom Divre 3. Tapi aku cukup realistis bahwa kegiatan seperti ini tidak mungkin dihandel seorang diri (yang akan terjadi kalau aku teruskan di Divre 3). Jadi aku kontak Pak Jojo of Telkom RDC untuk kemungkinan menggunakan fasilitas di sana. Pak Jojo langsung setuju. Maka jadilah pertemuan dilakukan di Risti Tower, dengan akomodasi dari Telkom RDC. Telkom Divre 3 menyumbang persiapan acara dan tas ransel keren untuk souvenir. Hihi, keren beneran loh. Pesertanya suka tuh :)

Ada dua acara utama pada kegiatan hari ini. Pagi hari diisi dengan officer meeting selama 2 jam. Kami membahas kembali pengawakan organisasi, menyusun rencana pembentukan cabang siswa (student branch), sub-section yang akan dikembangkan menjadi section, dan action plan 2008. Sementara itu di anggota2 lain mulai berdatangan. Dari UI, ITT, Univ Pelita Harapan, Univ Trisakti, LIPI, Tritronik, Telkom, dll. Biarlah. Networking dulu :). Kedengerannya seru sekali :) :).

Setelah makan siang, pertemuan anggota dimulai dengan opening speech dari wakil Telkom sebagai host, yaitu Pak Wiseto dari RDC. Beliau berbagi info tentang rencana pengembangan network dan service di Telkom, termasuk yang tercakup dalam INSYNC2014 (Rencana NGN Telkom). Pak Ary, sebagai chapter chairman, kemudian membacakan dan mendiskusikan laporan tahunan Comsoc chapter. Pak Arief Hamdani, IEEE Indonesia Section chairman, melanjutkan dengan diskusi tentang fasilitas dan peluang pengembangan bagi anggota IEEE. Diskusi makin seru karena para anggota senior (Prof Dadang Gunawan, Prof John Batubara, dan banyak lagi) meramaikan diskusi dengan berbagai cara mensinergikan kegiatan anggota; termasuk internal training, knowledge sharing, professional communications, perencanaan distinguished lecture programmes yang lebih baik, dll.

Dan akhirnya pertemuan ditutup dengan pesta bakso. Hmmm. Terima kasih untuk Pak Jojo dan rekan2 RDC atas fasilitas dan penyelenggaraan acaranya yang lancar sekali. Terima kasih untuk semua anggota IEEE yang berkenan meluangkan waktu untuk hadir berbagi (mengorbankan waktunya yang amat sangat berharga bagi keluarga, bisnis, istirahat, dll — I know that).

Selesai, aku meluncur ke Bandung Centrum, ke pertemuan lain dengan komunitas lain: Batagor, tempat berhimpun blogger muda kreatif dan usil. Debe, si abege extra-creative itu mengajak sinergi komunitas untuk kegiatan tanggal 27. Hmmm, mau bergabung sama siapa? Aku langsung ingat Starbucks yang juga punya kegiatan kemanusiaan yang menarik. Trus siapa lagi ya. Flexter?

Tantangan Bagi Engineer

grand-engineering-challenge.jpg

Situs Engineering Challenge memaparkan apa yang dianggap sebagai tantangan terbesar bagi dunia rekayasa masa kini. Krisis energi, krisis lingkungan, krisis pendidikan dan kemanusiaan, krisis kesehatan, hingga kebutuhan untuk membentuk dunia yang lebih aman (dari teroris, spammer, dan virus) dan manusiawi.

Menurut Anda sendiri, apa tantangan engineering terbesar yang harus kita hadapi? Dan apa pendekatan yang Anda bayangkan?

Update: Jawablah di situs IEEE Indonesia Section

WOCN 2008

Puncak acara Konferensi Internasional Kelima atas Jaringan Komunikasi Wireless dan Optik (WOCN 2008) semakin dekat. Deadline untuk paper sudah terlampaui tanggal 15 Februari lalu. Menjelang tanggal itu, General Chairs Professor Guy Omidyar dan Technical Program Co-Chairs Associate Professor Vincent Guyot menunjuk beberapa anggota komite untuk juga menjadi reviewer.

picture-8.pngJadi akhirnya, kegiatan minggu ini ditambah dengan melakukan review. Ada 12 paper yang harus aku review, baik di sini komunikasi wireless maupun optik. Levelnya beraneka. Dari yang bisa ditamatkan kurang dari 5 menit, sampai yang harus dibawa ke mana2. Sayangnya belum bisa ditulis tema2 tulisan itu. Melanggar etika reviewer nanti :).

Konferensinya sendiri bertemakan “Next Generation Internet.” Konferensi ini akan diselenggarakan tanggal 5 hingga 7 Mei 2008 di Surabaya; bertempat di Hyatt Regency dan ITS. Co-organiser lokal adalah ITT (d/h STTTelkom) dan ITS. Kerjasama dan sponsor dengan IFIPTC6 WG6.8 (Mobile and Wireless Communications), WG6.6 (Management of Networks and Distributed Systems), WG6.10 (Photonic Networking), IEEE ComSoc Technical Committee on Information Infrastructure (TCII), IEEE ComSoc Wireless Communications Technical committee (WTC), IEEE ComSoc Asia Pacific, IEEE ComSoc Indonesian Chapter, dan IEEE Indonesian Section. Aku nggak sengaja tersangkut sebagai … yang nomor 2 dari belakang. Mudah2an bisa ikut di konferensinya.

AII

Bulan lalu, majalah Communications of the ACM berusia 50 tahun. Sekaligus saat itu, diluncurkan edisi digital majalah ini. Edisi digital perdana ini (Januari 2008) dapat diakses gratis pada alamat mags.acm.org/communications/200801. Edisi Februari 2008 juga sudah diterbitkan dalam versi digital, tetapi kali ini memerlukan autentikasi keanggotaan ACM.

ACM, kalau tak salah, adalah association of computing machinery. Atau computer. Atau computation. Haha. Konon ini adalah asosiasi tukang komputer tertua di dunia. Alamat mayanya di ACM.ORG. Keanggotaannya tak gratis. Dan sekilas cukup mahal: hampir US$ 100 untuk profesional. Tapi kalau kita bereksplorasi tak sekilas, kita bisa melihat bahwa ada diskon cukup besar untuk negara2 tertentu. Untuk Indonesia, kita bisa menjadi anggota dengan US$ 17 per tahun. Keuntungannya? Belum tahu :). Secara aku juga baru mulai in touch lagi dengan ACM, sekedar buat membunuh waktu luang yang banyaaaaaak sekali ini. Bukan dink. Mau bereksplorasi dengan context-aware services aja.

Sebelumnya, setiap tahun ACM selalu menawarkan Professional Membership buat aku dengan iuran khusus bagi anggota IEEE Computer Society. Tapi biasanya sih belum sempat bener2 tergoda.

Oh ya, IEEE. IEEE mengubah diri. Kalau tadinya ia adalah institute of electrical and electronics engineers, ia kini menjadi the world’s leading professional association for the advancement of technology. Nama IEEE dipertahankan, tetapi kini nama itu hanya berarti organisasi dengan nama yang berbunyi eye-triple-e. Jadi, para teknolog, bergabunglah. Mmm, Insya Allah bulan depan atau depannya lagi ada Roadshow IEEE ke Yogyakarta. Ramaikan yuk.

BTW, selain yang terkurung di kampus2, adakah di Indonesia ini yang jadi anggota ACM, IET, atau setidaknya IEEE? Kenalan donk. Show yourself, destroy our fears, release your masks. Dan apa kabar IECI?

Ephremides

Kurasa IEEE harus jadi kategori satu lagi di blog ini. Atau tag, kalau aku sudah memutuskan bermigrasi ke WordPress 2.3.x nanti. Urusan lain deh. So, hari ini aku menikmati jadi mahasiswa. Datang ke Univ Bina Nusantara untuk menghadiri IEEE Distinguished Lecture on Cross Layering Issues. Lecturenya Prof Anthony Ephremides, dari Univ of Maryland. Namanya Yunani bener ya, mengingatkan pada Empieles (tema tesisku, haha). Mantan Presiden IEEE Information Theory Society (dimana aku hanya berstatus ‘mantan anggota’) ini datang ke Jakarta hanya untuk satu sesi kuliah ini, dalam tur kuliahnya keliling Asia Tenggara.

Di dalam ruangan, aku baru sadar bahwa judul kuliahnya adalah Cross-Layer Issued in Wireless Networks. Tadinya aku pikir semacam GMPLS dalam network terkonvergensi, karena sejauh ini aku membayangkan beliau sebagai ahli traffic engineering. Kuliah ini lebih menyoroti kasus2 dalam wireless network berelemen banyak (single hop dan multi hop), dimana akhirnya keputusan untuk membentuk jalinan network (pada layer fisik) akan berkait penuh dengan layer2 di atasnya (MAC, IP, dst). Tapi tak sembarang cara dilakukan untuk melakukan cross-layering. Secara hati2, kita harus amati interaksi antar layer, melakukan eksploitasi atasnya. Selanjutnya adalah formula2 dengan huruf2 Yunani (kan …) yang bikin otak merasa muda lagi (haha). Dan kemudian ide tentang network coding. Yummie.

Buat yang berminat, materi kuliah ini bisa aku kirim via mail. Atau kontak host sesi ini: Mr Lukas Tanutama and Mr Wiejaya of Univ Bina Nusantara, Computer Engineering Department. Telusuri juga beberapa tulisan Pak Ephremides di sini: www.hindawi.com/13692679.html.

Di dekat toilet aku mendengar seorang senior berbincang tentang penanaman saham Telkom baru2 ini di sebuah perusahaan pengembang perangkat lunak. Waktu aku keluar, Mr Endang of Trisakti memperkenalkan aku ke beliau. “Ini Kuncoro, Pak. Dari Telkom.” Beliau menatapku lekat, trus … “Ya, saya melihat kuliah Anda di Trisakti minggu lalu. Saya duduk di belakang.”

Trisakti

So sesuai rencana, aku sedang berada di Universitas Trisakti (Grogol, Jakarta) hari ini. Judul acaranya IEEE Distinguished Lecture on Mobile Telecommunications and Enery Efficient Systems. Ini merupakan bagian dari Dies Natalis Universitas Trisakti. Undangan untuk acara ini diterbitkan oleh Jur Teknik Elektro, Fak Teknologi Industri. Acara dibuka oleh Ibu Ir. Docky Saraswati, MEng, dekan FTI; dan Bapak Ir Chairul G Irianto, MT, Kajur Tek Elektro pada pukul 9.00. Wuih, jadi rajin nulis gelar. Udah ah.

Seperti biasa, presentasi dalam IEEE Roadshow dimulai dengan mengenalkan kembali IEEE; oleh Mas Ary (Chairman of Indonesia Comsoc chapter). Dan berikutnya aku memaparkan tema Next Generation Mobile System, yang berisi ringkasan aspek2 dalam komunikasi mobile masa kini ke depan, baik network maupun servicenya. Di network ada quality of service (QoS), di service ada quality of context (QoC).

Hall di Gedung F-G Kampus A itu penuh sesak. Rupanya kuliah umum ini diwajibkan oleh pihak jurusan kepada Mahasiswa Elektro. Umumnya mahasiswa yang hadir dari Semester 6 ke atas: sudah cukup kritis, tetapi tetap bergaya sopan. Barangkali karena ada Kajur di antara mereka, haha. Puluhan pin IEEE yang aku bawa dari Bandung kelihatannya kurang cukup, jadi akhirnya dibagikan hanya ke penanya, panitia, dan peminat IEEE.

Acara berakhir pukul 12.00. Lalu ramah tamah di Kantor Jurusan Elektro, dan kunjungan ke Lab Telekomunikasi. Hmm, terasa sangat singkat, dan kami meluncur ke Bandung lagi. Sekitar Purwakarta, hujan deras sekali. Nyaris tak nampak apa pun di luar jendela. AWGN :p

NGMS

Tadinya judulnya mau next generation mobile services. Tapi Mas Ary minta lebih dari service. Haha, service pun bisa beberapa jam, kalau aku dikasih waktu sebanyak itu. Tapi, OK, akhirnya jadi next generation mobile system. Biar masih NGMS. Masih bagian dari rangkaian IEEE roadshow dan knowledge sharing setelah Surabaya bulan lalu. Sayangnya belum sampai ke luar Jawa. Mungkin Mas Ary dan Mas Arief menunggu ada permintaan.

Dengan beralih dari service ke system, aku harus menambahkan soal network. Maka, NGMN, seperti yang pernah sempat diulas di blog ini juga. Tentu NGMN layers yang mengadopsi berbagai metode akses itu akan disinggung juga. Tapi di sisi ini, aku tergerak membahas kandidat-kandidat yang sedang dipertimbangkan oleh ITU untuk menjadi standard 4G.

Lebih jauh soal ini, aku tulis ringkasannya dwibahasa di Telkom.info dan blog Network. Intinya ITU menghendaki transmisi dengan OFDMA (versi multi-user dari OFDM). Tentu diharapkan semua informasi sudah dialirkan sebagai data paket berbasis IP, dari ujung ke ujung (seharusnya ini terlaksana untuk 3G, tetapi kelihatannya waktu itu belum mungkin). Tiga kandidat itu diajukan oleh Ericsson dan kelompok 3GPP serta kubu GSM-nya yang mengajukan LTE (long-term evolution); Qualcomm dan kelompok 3GPP2 serta kubu CDMA-2000-nya yang mengajukan UMB (ultramobile broadband); serta kelompok WiMAX yang mengajukan WiMAX II (IEEE 802.16m). 802.16m ini pengembangan dari 802.16e yang telah memiliki mobilitas terbatas.

Trus … kembali ke soal services :). Tapi sementara itu, malah ada undangan ikut demo dalam rangka menyemarakkan percepatan pembukaan Kode Akses SLJJ. Kayaknya menarik juga. Mudah2an aku nggak jadi baik Franz maupun Sabina, yang harus terjebak kitsch berwujud demo, pawai, acungan tangan, di bawah pemerintahan sarang kitsch di republik yang indah ini. Ah, nggak lah.

« Older posts Newer posts »

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑