Bikin buku tentang C++ ah, lengkap dengan STL, dan generic programming. Siapa ya yang mau nerbitin? Hmmm … online aja dulu kali ya. And free.
Category: Book (Page 8 of 10)
Serial C++ dari O’Reilly (oh, really?), minus buku pertama yang berjudul Core C++. Practical C++ adalah buku panduan mempelajari C++ dengan sedikit referensi. Nutshell berisi referensi dengan sedikit panduan. Pocket reference berisi referensi sangat singkat dalam kemasan kecil. Inget waktu kirim mail tahun 2001 ke O’Reilly nanyain buku C++, dan keliatannya waktu itu mereka nggak terlalu menseriusi C++. Udah merasa kalah sama serial C++ dari Addison Wesley kali.
Kali-kali aku belum cerita di sini. Sebenernya, James Herriot adalah pemain bola dari Birmingham. Namanya diculik oleh dokter hewan bernama Alf Wight, waktu dia lagi cari-cari nama samaran buat bukunya. Alf, lahir di Sunderland, trus sekolah kedokteran hewan di Glasgow, dan bekerja di kota kecil di Yorkshire bernama Thirsk. Dia jadi asisten
dan kemudian partner seorang dokter hewan nyentrik abis bernama Donald Sinclair. Dia menikah dengan Joan, dan punya anak bernama Jim.
Gitu deh. Memang dia kreatif, dia suka nulis-nulis pengalamannya, tapi diubah sedikit-sedikit. Beberapa didramatisir, dan beberapa dikurangi tingkat keajaibannya. Kata Jim, yang sering dikurangi adalah tingkat keanehan perikalu Donald — kelakuannya yang asli jauh lebih ajaib daripada kelakuan Siegfried yang ditulis di buku.
Nah, RCVS melarang dokter hewan mengiklankan diri. Jadi buku dengan nama asli gitu bisa dianggap iklan. Maka si Alf harus bersusah payah cari nama palsu buat dirinya, keluarganya, partnernya, kota tempat kerjanya, dsb. Kebeneran dia suka bola … jadilah dia menculik nama James Herriot. Dan jadilah Herriot jadi nama yang mendunia, membuat Alf menerima penghargaan dari pemerintah Inggris, plus royalti yang besar (dikurangi pajak 80%).
Nah, kalau Alf pakai nama samaran, darimana kita tahu Alf yang sebenernya? Rumah di Thirsk memang akhirnya dijadikan obyek wisata, jadi banyak yang tahu. Tapi ada hal lain. Abis Alf meninggal (dimakamkan di York), Jim memutuskan menulis biografi bapaknya, dengan judul “The Real James Herriot“. Buku tulisan Jim ini banyak dipuji. Memang bagus sih: dia bukan saja jadi anak Alf, tapi juga jadi partner kerja sebagai dokter hewan di Thirsk.
Siapa sih Herriot yang dibahas di bagian awal weblog ini? Ada buku terjemahan dari Gramedia, judulnya «Seandainya Mereka Bisa Bicara» karangan seorang dokter hewan dari Skot dengan nama samaran James Herriot — dia kerja di kota kecil bernama Darrowby.
Cerita Herriot ini inspiring bener, dari waktu ke waktu, sampai buku Herriot rusak — keseringan dibaca. Nah, ada makhluk antik yang masuk ke website ini gara-gara cari tulisan yang membahas Herriot, dalam bahasa Indonesia. Tapi kecewa beliau, soalnya aku nggak punya informasi di mana bisa cari buku itu lagi, dan kapan ada yang mau nerbitin sekuelnya. Setidaknya ada 6 buku serial Herriot ini. Trus dijilid dua-dua jadi 3 buku. Buku pertama dan kedua jadi «All Creatures Great and Small».
Abis «Seandainya Mereka Bisa Bicara» berakhir, separuh bagian «All Creatures Great and Small» membahas bagaimana James kita bisa naksir putri seorang petani. Namanya Helen. Cuman James ini culun asli, jadi kerjanya serba salah melulu, dan bikin malu melulu. Tapi ujug-ujug, dapet juga dia akhirnya. Happy end. Tapi waktu mau nikah, Siegfried bikin ulah — dia ngasih order pemeriksaan TB untuk ternak. The show must go on. Abis pernikahan yang sederhana, pasangan baru itu mengawali hidupnya, berbulan madu di peternakan orang, memeriksa ternak satu-satu, dan Helen setia jadi asisten Harry Sufehmi, eh si James.
Errr … kalau ceritanya salah jangan protes yach. Aku nulisnya nggak sambil pegang bukunya sih.
Yet another visit to Pesta Buku Jakarta.
Yet another visit to Click ‘n’ Drag di Mangga Doea.
Yet another visit to QB-World, kali ini di Plaza Senayan.
Dan pulangnya masih sempat ngintip buku-buku di Amazon.
Sebenernya apa sih yang menarik dari buku. Sebenernya buku-buku itu udah nggak mempesona lagi, selain sebagai sumber informasi intensif (compared to majalah atau Internet yang menyajikan info sepotong-sepotong). Kayaknya kita lagi dikejar-kejar rasa bersalah aja, soalnya kita telanjur mengharuskan diri selalu lebih advanced setiap harinya.
Stanley Lippman, penulis buku C++ Primer, selalu membanggakan buku tulisannya sebagai buku yang bersifat esensial bagi siapa pun yang mau mulai belajar C++. Memang kitab utama bagi programmer C++ masih buku Bjarne Stroustrup The C++ Programming Language. Tapi Stroustrup menulis untuk programmer, bahkan bisa kita bilang untuk programmer C++, bukan untuk novice yang masih meraba-raba pingin tahu kenapa ada tanda plus dua kali di belakang nama besar bahasa C.
Lippman tapi memiliki kelemahan yang sama dengan Stroustrup. Bukunya tebal tak alang kepalang. Tak nyaman buat generasi masa kini yang baca buku di KA dan bis kota sambil ngobrol renyah dengan teman-teman. Dia baru menyadari soal itu di Disney.
Lippman memperoleh proyek di Disney. Animasi sesuatu di film Fantasia 2000. Zaman dulu sih, waktu orang gampang dibikin kagum sama Star Wars, animasi dibuat dalam bahasa C. Sekarang C++ yang keren dan kokoh itu. Maunya. Tapi di proyek di Disney itu, mereka telanjur pakai Perl. Emang bisa sih konversi program Perl ke C++, tapi artinya kerja cukup lama untuk melakukan hal yang udah dilakukan. Jadi mendingan si expert aja, Lippman, yang dipaksa belajar Perl.
Waktunya? Nggak lebih dari satu hari.
Beruntung dia. Ada buku Learning Perl dari Randal Schwartz. Kita ingat, kitab utama Perl bukan buku Schwartz yang ini, tapi buku Programming Perl tulisan Larry Wall, yaitu Stroustrupnya Perl. Untuk yang baru belajar, memang lebih dianjurkan baca buku Schwartz. Dan buku ini tipis, simpel. Buat orang yang niat baca, semalam pun jadi. Jadi lah Lippman programmer Perl.
Tapi Lippman jadi mikir: sial bener ya orang kayak aku yang suatu hari terpaksa harus belajar bahasa C++ dalam waktu singkat. Buku buat pemulanya sama seremnya sama buku babonnya.
Dengan ide itu, dia mulai menulis versi Learning Perl untuk C++. Dan namanya adalah Essential C++, diterbitkan Addison Wesley. Bukan, bukan Additional Weasel. Itu mah Dilbert.
Kunjungan berikutnya, ke QB World, PI. Bener-bener refreshing, bersantai di dua lantai penuh buku-buku menarik. Err, nggak semua menarik sih. Banyak yang generik aja. Tapi sedikit yang menarik itu udah lebih dari cukup buat menghabiskan sore.
Beli buku apa?
Kapan-kapan aja deh dibahas.
Buku memang sering jadi bahan pembuka obrolan yang menarik. Biarpun kadang bikin serba salah juga. Gimana cerita ke pensiunan PLN tentang buku bahasa C? Gimana cerita ke orang Inggris keturunan Kenya tentang C#? Aku kadang nggak gampang menggampangkan sih. Jadi merasa punya kewajiban buat ngejawab sedapat mungkin sesuai audiencenya. Dih.
Yang aman kali bawa buku Dilbert, Calvin, Mutts. Hmmm, jadi inget Margareth, mantan ketua senat di psikologi Maranatha, yang juga ketemu di Parahyangan. Aku masih hutang janji kirim cerita tentang Dilbert via mail.
Aku tulis di mana sih alamat e-mailnya?
Wow, dapet temen chat yang menarik lagi di KA. Mr H. Beliau kayaknya doyan baca Internet, jadi mendingan aku nggak tulis namanya di sini.
Masuk Parahyangan, sebenernya aku lagi males berkomunikasi dengan manusia. Abis ketimpa semacam musibah, tapi nggak usah diceritain di sini :).
Jadi deh aku menghabisi waktu dengan cafe-au-lait versi Parahyangan (not recommended), dan beberapa artikel tentang Softswitch. Trus ada panggilan jiwa untuk mojok ke kamar yang paling ujung. Balik lagi, kayaknya posisi artikel kita berubah. Aku baca lagi, tapi si Mr H ngeliatin aja. Trus dia mulai nanya: «Maaf, saya ikut baca sekilas tadi. Itu bacaan elektronik atau arsitektur?»
Aku cerita sekilas tentang softswitch. Dan bagaimana teknologi ini bisa berarti banyak bagi dunia telekomunikasi Indonesia. Layanan yang lebih beragam, terdiferensiasi, dan bisa lebih murah atau lebih mahal sesuai keinginan. Dia sesekali menanggapi dan tanya-tanya.
Trus aku tanya, «Kalau bapak sendiri, bidangnya apa?»
«Saya sebenarnya di chemistry. Anak saya yang sekolah komputer. Sering ngobrol-ngobrol juga soal telekomunikasi, network, dan lain-lain.»
«Anak bapak sekolahnya di luar ya?»
Aku asal nebak aja sebenernya. Yang aku lihat sih: mahasiswa komputer Indonesia masa kini yang diobrolin nggak jauh dari database dan aplikasi- aplikasi yang masih berbau komputer. Kalau ada mahasiswa komputer cerita tentang telekom, network, handphone, dan aplikasi komputer dalam arti luas, kayaknya bukan mahasiswa Indonesia deh. Sorry yach.
«Anak saya di Sheffield. Saya juga dulu ambil chemistry di London dan di Leeds.»
Gitu deh awal ceritanya. Trus jadi cerita ke mana-mana. Cerita kehidupan dia sebagai orang asing di England, cerita kenapa dia nggak ngabur ke luar waktu terjadi tragedi 1998, cerita tentang handphone, cerita pergeseran dan pemaksaan paradigma serta budaya, cerita anak-anaknya, cerita kartun Dilbert. Etc.
Nggak kerasa kereta masuk Jatinegara. Aku turun dari kereta sambil masih ketawa sendirian. Duh, laper padahal …