Author: Kuncoro Wastuwibowo (Page 65 of 88)

Chen Ning Yang

Institute of Advanced Study di Princeton, 1966. Ruang kerja Andrew Lenard bersebelahan dengan Chen Ning Yang, si pemenang Nobel tahun 1957. Suatu hari Yang masuk ruang Lenard, berbasa-basi, “Lagi ngapain nih?”

Lenard menceritakan keisengannya hari itu. Atom kan sebagian besar terdiri dari ruang hampa. Kenapa materi yang tersusun dari atom itu bisa membentuk struktur yang kuat? Yang ternyata tertarik juga. Bikin penasaran, katanya. Ada dua kemungkinan tentang masalah ini: ini masalah yang sangat sederhana, atau justru sangat sulit.

Jadi Yang balik ke ruangnya. Dan mulai terdengar ketukan-ketukan, tanda Yang mulai asik mencorat-coret di papan tulisnya, menghapus-hapus, mencoret-coret lagi.

Tapi tiba-tiba suara ketukan berhenti. Sepi seketika. Pingsan kali.

Tapi ternyata bukan pingsan. Nggak lama, Yang kembali ke ruang Lenard. “Yang betul yang kedua,” kata Yang: “Sangat sulit.”

Lalu menghilanglah si pemenang Nobel itu.

Amex

Baca kisah perkembangan bisnis kartu kredit (CC) American Express. Aku bukan customer Amex yang setia sebenernya. Dulu juga apply kartu Amex cuman gara2 dia bikin co-branding dengan Telkom yang terkenal itu (hush).

Apa sih yang menarik dari Amex? Ternyata dia tidak visioner. Dalam arti, kemajuan yang ada sekarang tidak terbentuk secara ideal dari pembentukan so-called visi yang baik, strategi yang matang, dan menumbuhkan hasil yang terencana. Dia lebih benyak melalukan kesalahan langkah, terus mengoreksi langkah, melalukan coba-coba, dan seterusnya. Dan ternyata yang kayak gini pun berjalan baik, di tengah iklim kompetisi.

Waktu Diners mulai memasarkan CC dengan sukses, Amex bertahan pada bisnis perjalanan. Dan traveller cheque (TC). Lengkap dengan CEO yang tukang jalan2 dengan heboh. Waktu makin banyak agen2 di luar negeri yang berteriak bahwa makin banyak wisatawan yang memilih bawa CC (Diners) daripaca TC, si CEO dipecat dan digantikan CEO baru, yang tidak pernah terdidik membangun ekonomi berbasis hutang. Dimulailah petualangan merebut pasar dari Diners. Annual fee ditetapkan lebih mahal, dengan alasan prestise dan keluasan pelayanan (lebih dari Diners). Tapi publik menerima. Mulailah Amex mengalahkan Diners.

Di tahap berikutnya, yang dihadapi adalah Bank Americard (kemudian disebut Visa) dan Master Charge (MasterCard). Visa memiliki cara yang berbeda. Dia memberikan lisensi penerbitan dan pengelolaan CC kepada bank2, bukan dikelola sendiri. Versi awalnya tidak memiliki annual fee, tapi ada bunga untuk keterlambatan. Kelihatannya akhirnya Amex menganut cara ini juga, jadi dia punya versi credit card yang annual fee-nya ringan tapi tagihan bisa berbunga, dan versi charge card yang annual fee-nya tinggi dan tagihannya harus dilunasi setiap bulan.

Cut. Tuh kan. Tuh kan. Aku bukan mau cerita CC tadinya. Aku cuman mau cerita bahwa asal dikelola baik, perusahaan bisa berkembang baik, biarpun tadinya memilih visi/misi yang salah, dan strategi yang salah. Koreksi dimungkinkan terjadi setiap saat. Dan asalkan koreksi dilakukan secara fair, perusahaan justru maju dan berkembang pesat. Itu aja. Satu lagi, peniruan produk itu sah-sah aja. Itu bukan saja tidak tercela, tapi betul-betul dianjurkan, buat kompetisi yang sehat.

Berdoa, Please

Pada berdoa buat si makhluk manis ya. Kemaren jatuh di kamar mandi, dan langsung dihadiahi dokter dengan lima jahitan di atas alis. Sekarang masih pusing2 terus.

Thamrin

Jumat kemaren aku sempat jalan ke Jakarta. Visit beberapa tempat, trus mengakhiri hari di QB-World Thamrin lagi. Kayaknya nggak terlalu banyak yang pingin aku samber kali ini. Kali aku seharusnya ke Aksara aja. Belum tau tempatnya sih. Biar deh, abis juga satu jam lebih di sana.

Dari Thamrin, aku menggelantung di bis kecil ke WTC. Senemunya aja, lurus ini. Dan jadi satu-satunya penumpang yang berdiri. Berdua sama kondektur. Sempat ngobrol juga di tengah suara berisik kayak gitu. Anak kecil naik, baca puisi, terus mulai ngumpulin koin, terus turun. Dua pengamen lari menghadang bis mau ikut jadi kolektor koin. Aku mundur dari pintu, ngasih jalan. Tapi kok nggak pada masuk. Padahal bis malah berhenti. Aku keluar pintu lagi. Loh, satu udah terkapar di jalan. Aku turun. Waduh, nggak ada tanda2 kesadaran. Berdua si tukang ngamen satunya, aku angkat dia ke pinggir jalan, sementara seisi bis nonton. “Tinggal aja,” kata si pengamen satunya. Aku tinggal aja. Ya Allâh, beratnya si hamba-Mu itu hidup sekedar jadi kolektor koin di Jakarta aja.

Bis melaju lagi. Nggak lama logo HSBC di gedung WTC keliatan. Aku setengah lompat dari bis, ngasih salam perpisahan ke kondektur. Nyeberang di jalur lambat. Trus … kok jadi pingin kopi yach.

Borland Enterprise Studio for C++

Launched on Monday: Borland Enterprise Studio for C++, includes the C++ BuilderX IDE and the new Together Edition for the IDE. Together provides design and modeling tools for C++ developers. C++BuilderX includes tools for building applications for mobile and embedded computing, as well as support for widely used standards-based C++ compilers, including GCC, Intel, Metrowerks, Microsoft Visual C++ and Sun Forte C++.

Enterprise Studio of C++ sells for $5,000, with a mobile edition selling for $6,999. The C++ BuilderX IDE alone comes in three editions: enterprise for $2,500, developer for $1,000 and personal, which is available at no charge.

Britney Spears

Di weblog siapa, nggak pernah ada nama Britney Spears? Bukan weblog ini, for sure, soalnya hari ini nama ini ditulis. Kalo nggak doyan ya nggak usah dibaca, kan? (Part of standard disclaimer).

Jadi si Britney nih bilang, as quoted di Newsweek, bahwa dia berusaha, dan menyarankan, untuk terus mempercayai pemerintah US dan presiden Bush, apa pun yang terjadi, apa pun kata orang. Pikiran harus diselaraskan dengan kepercayaan atas tindakan pemerintah. Jangan protes, dia cuman Britney dengan kapasitas seorang Britney.

Kalau masih sempat baca sampai paragraf ini, barankali kita juga sempat berpikir: jangan2 pikiran cekak model Britney gitu banyak juga penganutnya. Eh, indeed, banyak sekali ternyata. Dan nggak sembarangan: ada doktor, engineer, lulusan pesantren. Dan yang ditaklidi bukan cuma Bush atau Sharon, tapi juga Megawati, Gusdur, sampai orang2 lokal tertentu. Kalau yang ngaco cuman Britney sih, sebenernya dunia nggak terpengaruh. Tapi kalau yang kayak gini ternyata mayoritas masyarakat, termasuk para pengambil keputusan. Well … good luck aja deh.

Teori Senasib

Kalau sampai awal abad-21 ini Teori M masih bikin orang pusing, dia sebenernya senasib dengan teori relativitas di awal abad-20, atau teori kuantum di pertengahan abad-20. Tahun2 kemaren, website ini suka cerita tentang penolakan2 atas teori2 pembentuk abad-20 itu.

Waktu kita belajar relativitas di SMA, kita memulai dari cerita percobaan menghitung kecepatan cahaya oleh Michelson, yang memberikan hasil bahwa kecepatan cahaya itu konstan, berapa pun cepatnya asal cahaya itu bergerak. Juga kita masuk ke transformasi Lorentz. Baru Einstein masuk panggung, menggunakan hasil temuan mereka, dan berbekal matematika Gauss/Riemann/Poincaré. Yang jarang kita ketahui adalah bahwa baik Michelson, Lorentz, maupun Poincaré menolak relativitas Einstein.

Tapi Einstein didukung Max Planck. Jadi teori relativitas tidak mati sebelum berkembang.

Einstein sendiri memperoleh hadiah Nobel bukan dari relativitas, tapi dari tulisannya tentang efek fotoelektrik, yang merujuk pada temuan Planck tentang kuantum energi. Tulisan Einstein ini kemudian menjadi dasar terbentuknya mekanika kuantum oleh Bohr dkk. Tapi kemudian Einstein selalu menolak mekanika kuantum ini. Juga Planck.

Gimana nanti Teori M berkembang?

Teori M

Kayak apa sih Teori M? String, katanya, bukan bentuk partikel fundamental, melainkan hanya salah satu bentuk objek yang dinamai brane, singkatan dari membrane. Brane berdimensi banyak, sementara string hanya berdimensi tunggal. Hukum2 fisika akan tergantung oleh getaran dari brane ini. Jumlah dimensi bukan 10 (seperti yang dinyatakan teori string masa itu), tapi 11. Dan lucunya, dilihat dari salah satu dasar Teori M, ruang dan waktu bukan bagian dari dimensi itu.

Pada skana brane tertentu, yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, barulah matriks dimensi2 ini membentuk koordinat yang dapat diamati dan dikenali sebagai ruang-waktu.

Hingga 1995, hanya Stephen Hawking yang pernah menyusun teori yang berisi sekaligus teori relativitas umum dan mekanika kuantum, yaitu waktu dia mengisahkan entropi black hole. Tahun 1996, Andrew Strominger dan Cumrun Vafa menyusun model black hole teoretis dari brane. Entropi black hole hasil hitungan mereka ternyata sama dengan hasil hitungan Hawking.

Waktu (entah sebagai dimensi atau sekedar hasil aproksimasi) yang akan menyaksikan apakah Teori M merupakan lompatan baru bagi fisika masa depan.

Ed Witten

Kita ketahui, skala string dan teori2 selanjutnya, seluruhnya di bawah skala Planck, yang artinya nyaris tak mungkin teramati secara fisik. Aneh juga bahwa namanya masih ‘fisika’ :). Biasanya namanya baru jadi fisika kalau si konsep sudah terinstansiasi jadi obyek :). Ed Witten sendiri tidak memperoleh hadiah Nobel, tetapi medali Fields, yang konon lebih bergengsi bagi para matematikawan.

Jadi Ed Witten itu fisikawan atau matematikawan? Buat bikin kita keki, sebenernya dia mengambil major di sejarah. Fisika cuman jadi minor? Lebih bikin keki lagi: dia nggak ambil kuliah fisika — fisika itu cuman hobby.

Si makhluk ajaib ini, di konferensi teori string 1995, menyampaikan bahwa teori2 string yang sedemikian banyaknya itu tidak saling bertentangan. Dia menunjukkan bahwa semua teori itu adalah sebuah pendekatan dari sebuah teori yang lebih besar, yang sekarang dinamai “Teori-M”. Hadirin yang umumnya fisikawan, heboh. Pembicara berikutnya, Nathan Seiberg, begitu kacaunya, dan cuma berucap, “Seharusnya saya jadi spoir truk saja.”

John Schwarz

Tahun 1981, John Schwarz disapa Richard Feynman: “Hai. Berapa dimensi kamu hari ini?” Bahwa Feynman tukang melucu, kita sudah dipaksa hafal. Bahwa Schwarz selalu jadi bahan ejekan, itu juga wajar: teori string yang dikembangkannya, sampai saat itu, tidak pernah mencapai bentuk agak final. Komplikasi matematika yang dibentuknya membuat para ahli string (kemudian dinamai superstring, setelah dipadukan dengan teori supersimetri) tidak pernah sepakat dengan jumlah dimensi yang ada — dan perubahan itu bersifat harian pula.

Schwarz tadinya satu2nya ilmuwan yang menseriusi teori string. Satu lagi sudah bunuh diri akibat krisis multidimensi (percayalah). Dua orang itu tadinya dikoleksi Murray GellMann sebagai barang unik di Caltech.

Tapi seperti Newton yang menyusun fundamental fisika dengan menemukan matematika baru bernama kalkulus (setelah Leibniz maksudnya), atau Einstein yang menyusun fundamental baru dengan menggunakan matematika baru rekaan Riemann, ternyata teori superstring juga harus disusun dengan matematika model baru. Einstein memang beruntung, soalnya tulisan Riemann sempat jadi acuan Einstein (atas jasa baik Marcel Grossmann, sohibnya). Tapi Schwaz tidak punya acuan itu, sampai suatu hari si pencipta matematika baru itu lah yang bergabung dengan para fisikawan supersting. Namanya Edward Witten.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑