Author: Koen (Page 63 of 87)

Kolesterol @ Me

Kayak mobil direm mendadak. Kebiasaan makan selama ini didorong anggapan bahwa berat badan aku masih di bawah normal, dan tekanan darah aku masih di bawah normal, jadi perlu diet kalori tinggi. Tapi medical check up kemaren merevolusikan pola hidup nyaris dalam satu malam. Bagaimana menghentikan deretan sakit kepala tanpa obat, misalnya ;). Dan bagaimana mulai balajar mengendalikan kolesterol.

Kolesterol, kayak yang aku tulis di bulan September 2002, sebenernya punya fungsi vital dalam pengendalian tubuh, dan merupakan instrumen yang menyatukan realitas (pikiran), kondisi (pengendalian tubuh), dan sejarah (gen). Tapi bukan itu yang mau aku tulis sekarang. Aku cuman lagi bertanya2, kenapa kolesterol bisa tinggi, sementara zat2 “berbahaya” lain berada jauh di bawah ambang bahaya.

Kolesterol dipakai untuk membentuk steroid, termasuk kortisol, si biang stress. Barangkali badanku lagi mau mengawal stress, jadi perlu bikin kortisol, jadi minta persediaan kolesterol banyak2. Tapi jangan2 bukan kortisol, tapi testosteron, salah satu keluarga steroid lainnya. Dan ini artinya…

Eh, daripada nulis doang, enakan konsultasi ke Ahli Gizi aja deh. Di RSI ada kayaknya.

Medical Check Up

Medical check up hari ini. Menembus trafik Bandung sebelum jam 6, dan jadi salah satu peserta tercepat datang. Tapi ini nggak menambah point, dan nggak mengubah vonis hakim.

Kadar kolesterol terlalu tinggi: harus mulai diet, padahal berat badan belum mencapai ideal juga ;). Protein dan karbohidrat masih OK, tapi semua macam lemak harus berhenti.

Ada sedikit peradangan hati, yang dicurigai berasal dari konsumsi obat penghilang rasa sakit, yang berasal dari kebutuhan menghilangkan rasa sakit, yang dipicu oleh kelelahan dan tekanan luar biasa, yang a.l. diakibatkan oleh peradangan hati itu. OK, aku yakin bisa menghadapinya tanpa satu butir obat pun. Jangan khawatir.

Paru2 dan detak jantung masih cakep — kan selalu menjauh dari rokok. Kadar glukosa OK, asam urat jauh dari bahaya. Dianjurkan banyak olah raga. *duh*

Moïse, Jesus, Mahomet

Science et Vie bulan ini (baru dateng nih) menampilkan kover “lambang” tiga agama terbesar di dunia (bagian Perancis maksudnya), i.e. sebuah bulan sabit, sebuah bintang persegi enam, dan sebuah palang salib, dicoret rapi di atas papan tulis. Temanya tentang pengajaran agama di sekolah. Bukan pengajaran agama seperti soal perilaku hidup maupun tata masyarakat. Bukan itu. Tapi soal sejarah, yang banyak mencampuradukkan mitos seolah2 sebagai fakta sejarah.

Di sebelah ketiga lambang, ada tiga gambar wajah manusia, dengan nama2 Musa (Moïse), Isa (Jesus), dan Muhammad (Mahomet). Duh, middle-age sekali sih orang Perancis nih. Jangan2 mereka masih menamai orang dari Afrika sebagai “negro”. Tapi biar deh. Kali mereka juga tersinggung nama negaranya kita ubah jadi “Perancis” pake cheese di belakang itu ;).

Yah … karena alasan moral yang bersifat fundamental, aku ambil pena hitam, dan menghitamkan wajah tokoh yang katanya bernama Mahomet itu. Sorry, ini soal moral yang bersifat fundamental. Rasulullah s.a.w. mewanti-wanti sekali agar penampilan fisiknya tidak dilukiskan, dan hanya perilaku beliau saja yang boleh disebarluaskan. Penggambaran fisik hanya akan menimbulkan hal-hal yang terjadi pada agama-agama pagan, yaitu penyembahan pada manusia, baik dalam pemribadian sebagai tuhan, maupun penghambaan bentuk lain yang tidak perlu.

Bukan wajah Rasulullah (s.a.w), bukan profil badannya, bukan janggutnya yang harus ditiru umat. Umat harus meniru akhlaknya, kearifannya, dan senyumnya yang selalu hangat namun meneduhkan.

Salam bagimu yaa Rasul. Aku harapkan syafaatmu bagi para penerusmu di hari yang dijanjikan nanti.

Buta Warna

Kemaren aku melupakan John Dalton. Itu salah satu ilmuwan dalam barisan penemu atom, kalau masih inget. Aku sendiri udah lupa — huh. Orang sering menyebut penyakit buta warna sebagai daltonian. Dan Mister Dalton ternyata penderia daltonian. Bukan kebetulan ;), memang nama daltonian diambil dari nama John Dalton. Dalton bukan saja menderita buta warna, tapi juga menyadari bahwa ia buta warna, dan bisa menganalisis bentuk kebutawarnaannya itu. Tentu melalui selang waktu yang panjang.

Dalton tadinya cuma terganggu sama sistem penamaan warna. Kenapa ada warna merah, ungu, biru, hijau, kelabu. Ada warna yang mirip tapi harus punya nama berbeda. Sementara warna lain yang kontras justru memiliki nama yang sama. Tapi dia tidak protes. Kenapa harus protes? Bahasa kan tergantung sejarah juga, bukan soal subyektivitas masa kini. Tapi dia mulai terganggu bahwa warna yang bernama merah itu berbeda di siang hari dan di malam hari. Waktu dia iseng membahas soal itu, dia kaget bahwa orang lain tidak mengamati hal yang sama. Tak seorang pun. Jadi dia terpaksa mengambil kesimpulan logis bahwa pengamatan matanya memang salah. Sebagai ilmuwan dia mengutak atik, di sisi mana dia salah melihat. Di sisi warna merah, tentu. Coba lihat kurva yang kemarin. Apa yang terjadi kalau receptor merah tidak berfungsi. Atau kalau receptor merah memiliki frekuensi kepekaan mendekati hijau atau malahan biru ;).

Dalton mengambil hipotesis bahwa barangkali ada bagian dari retinanya atau bagian apalah di dalam matanya yang tercemar warna biru. Jadi cahaya merah tersaring hilang. Dia lalu menulis wasiat, minta agar matanya diambil dan dibedah untuk diteliti saat ia sudah meninggal.

Wasiat itu dilaksanakan. Tapi tentu saja tidak ditemukan “filter” apa pun di mata ilmuwan itu. Baru beberapa tahun kemudian kita mengerti tentang receptor di retina, dan hal-hal lainnya itu :).

Receptor di Retina

Di weblog Neko Sang Penjelajah yang passwordnya udah lama hilang itu, Neko bercerita bagaimana berbagai warna yang tersebar dari merah hingga ungu itu bisa diwakilkan oleh paduan “warna dasar” merah, hijau, dan biru (red, green, blue — RGB). Sebenernya, kalau boleh jujur, waktu itu Neko cuma bercerita tanpa referensi dan tanpa basic knowledge sama sekali, selain fakta bahwa manusia mengenali berbagai warna yang dibangkitkan oleh sinar RGB seolah2 warna2 itu merupakan warna asli, sementara hewan seperti harimau mengenalinya sebagai nuansa kelabu belaka. Spekulasi khas Neko ;)

OK, tapi kita akui ternyata Neko, yang lebih banyak belajar fisika dan elektronika serta programming dibanding biologi itu, memang benar. Kira-kira macam gini kepekaan tiga macam receptor di ujung syaraf mata manusia seperti yang digambarkan itu:

Sowwy, gambarnya nggak prof amat. Sambil belajar CorelDraw nih, dikit2. Cahaya pada frekuensi inframerah ke bawah dan ultraviolet ke atas tidak teramati mata manusia, karena ketiga receptor tidak memiliki kepekaan pada daerah itu. Cahaya merah akan merangsang receptor merah, sehingga pesan warna merah dikirim ke otak. Cahaya kuning akan merangsang receptor merah dan hijau, sehingga pesan gabungan merah-hijau dikirim ke otak, dan otak mempelajari pola itu sebagai kuning. Jika yang masuk memang cahaya merah dan hijau sekaligus, seperti yang saat ini sedang ditembakkan monitor di depan mata kita ini, otak tetap menerima pola gabungan merah-hijau, dan dengan senang hati mendefinisikannya sebagai kuning.

Kalau putih? Errr … technically speaking, hitam dan putih itu memang bukan warna. Sowwy.

Nah, kalau makhluk non manusia memiliki tingkat kepekaan yang berbeda, i.e. bergeser; barangkali juga antar manusia bisa terjadi pergeseran. Barangkali kita hidup di dunia warna yang berbeda tanpa menyadarinya.

IEEE Renewal

Abis tertunda beberapa hari, baru hari ini aku bisa berinternet bebas, dan renew the IEEE membership, at last.

Mengikuti perubahan profesi (dan penghematan), subscription ke Internet Computing dan IT Professional diberhentikan. Buat kompensasi, aku resubscribe ke IEEE Wireless Communications.

OK, yang suka minta artikel, sekarang you orang tahu bahwa aku dapet artikel itu nggak gratis, dan harus mempertimbangkan banyak hal. Tentu aku masih suka bantuin cari artikel. Cuman mintanya jangan sambil kelewat cerewet yach ;). Tensi lagi naik turun nih :).

Minat tahun ke depan ini: masih NGN, tapi kalau tahun2 lalu aku suka main yang di level transport dan control serta signalling, tahun ini aku memperluas ke service, application, management, dan wireless integration (3G beneran dan kandidat 4G).

Arthur Eddington

Orang mengakui jasa Arthur Eddington, astronom senior Inggris yang membuktikan teori relativitas (umum) Einstein. Yang kita tahu, Eintein mengatakan bahwa ruang melengkung akibat adanya materi; dan akibatnya bahkan cahaya yang tidak memiliki massa pun akan berbelok jika berada dekat materi yang memiliki massa besar. Yang kita umumnya belum tahu, pada ilmuwan yang masih berpegang pada fisika Newtonian juga memiliki pendapat yang nyaris sama: cahaya akan dibelokkan oleh benda bermassa besar, karena Newton memandang cahaya sebagai materi (korpuskel, bukan foton) yang dalam batas tertentu memiliki massa tertentu.

Waktu Eddington akan mengukur posisi suatu bintang di balik matahari, pada suatu peristiwa gerhana matahari, model Newton meramalkan terjadinya pembelokan cahaya sebesar 0.88 detik derajat, jadi 88 per 100 per 3600 derajat. Model Einstein meramalkan pembelokan 1.75″. Melihat kecilnya angka itu, kita bisa membayangkan kerja keras yang harus dilakukan Eddington. Eddington melakukan pengukuran dengan beberapa teleskop di Brasil dan Principe, dan angka2 hasilnya menunjukkan varian yang luar biasa. Tapi akhirnya Eddington menyimpulkan bahwa prediksi Einstein lah yang benar.

Kalau tulisan Einstein nyaris disambut sepi, hasil penelitian Eddington ini disambut luar biasa oleh berbagai media di seluruh dunia. Revolusi. Newton dijatuhkan. Einstein jadi pahlawan.

Makalah 1905

Sampai tahun 1905, Albert Einstein tak lebih adalah seorang troublemaker yang anti kemapanan, dan cukup beruntung bisa bekerja di Kantor Paten di Bern, dan entah kenapa bisa menamatkan PhD di Zurich. Konon sih tadinya tesisnya ditolak karena terlalu singkat. Setelah ditambahi satu kalimat, tesisnya diterima, dan ia dinyatakan lulus.

Tahun 1905, Einstein mendadak rajin menulis soal-soal fisika, dengan ide-ide yang revolusioner, yang seharusnya membuatnya memenangkan setidaknya empat nobel fisika ;). Tentu ini tidak aneh. Sebelumnya, Newton, Gauss, dan beberapa ilmuwan lain juga mendadak produktif dan revolusioner.

Ada enam makalah yang ditulisnya tahun itu. Yang pertama tentang geometri materi (bukan geometri ruangan), dimana ia menjelaskan teori baru untuk menentukan ukuran molekul. Ide ini baru akan terkenal tahun 1960-an kelak.

Dua makalah lain membahas gerak Brown, dimana Einstein menyatakan bahwa gerak acak partikel dalam larutan, yang disebut gerak Brown itu, disebabkan oleh tumbukan acak dari molekul dalam larutan. Ilmuwan Perancis, Perrin, memperdalam soal ini dan memperoleh hadiah Nobel tahun 1926.

Paper yang lain membahas mengapa logam yang kena pancaran cahaya bisa melontarkan elektron. Di sini Einstein menggunakan hasil temuan Planck, yang saat itu masih gamang statusnya dalam dunia fisika. Namun inilah satu-satunya teori yang membuat Einstein memperoleh hadiah Nobel, yaitu di tahun 1921, sekaligus membuat Einstein menjadi salah satu pelopor mekanika kuantum, yang tidak diakuinya itu :).

Dua tulisan yang lain membahas elektrodinamika benda bergerak, dan hubungan antara inersia benda dengan energi internalnya; yang kemudian dinamakan sebagai teori relativitas khusus.

Apa yang terjadi setelah enam tulisan itu? Dalam jangka pendek: tidak ada. Waktu akhirnya Einstein mengajukan pengunduran diri dari Kantor Paten untuk memulai karir di universitas, boss-nya hanya bisa menertawai. Gerak Brown, foton, dan relativitas — semuanya ditemukan di kantornya, dan dia tidak mengetahuinya sama sekali.

IEEE, Integrasi, TPE

It’s time to renew IEEE membership. Sebelum dan sesudah era Coventry, memang IEEE nyaris jadi satu-satunya sumber info mutakhir atas dunia infokom. Dimulai dari zaman-zaman awal konvergensi, waktu orang masih sibuk berdebat apakah dunia telekomunikasi akan mencaplok informatika atau sebaliknya, kemudian era federasi, dan sampai era konvergensi yang sesungguhnya. Mungkin kalau aku udah lebih lama lagi, aku sempat menikmati diskusi zaman ‘integrasi’ masih in, i.e. zaman ISDN, ATM, sampai IntServ.

BTW, di masa-masa mendatang kita akan mulai menikmati zaman ubiquitous infocom era. Lebih beruntunglah orang yang mulai masuk dunia infokom masa kini. Melesat!

BTW, ada seminar TELKOM Techno Pre-Eminence besok di Grand Hyatt (Jakarta). Kalau lihat content-nya sih, aku lihat bahannya nggak terlalu pre-eminent. Mudah-mudahan aku salah. Peduli amat aku salah apa bener — yang penting aku coba menikmatinya dua hari besok.

Alpher Bethe Gamow Delter

Kalau pernah (beruntung) baca buku Pustaka Alam, kita pasti pernah baca kisah George Gamow, ilmuwan Rusia yang bermigrasi ke Rusia, dan menjadi salah satu pionir dalam ilmu kosmologi yang menelaah asal usul alam semesta. Dalam kisah itu, Alfred Alpher menulis makalah tentang kondisi awal alam semesta, atas bimbingan Gamow. Waktu hendak dipublikasikan, Gamow punya ide jahil. Dia menculik nama fisikawan Hans Bethe, yang juga sibuk dengan partikel-partikel dan gaya-gaya elementer, sebagai penulis. Maka jadilah buku itu ditulis oleh Alpher-Bethe-Gamow, sebagai alfa-beta-gamma terciptanya alam semesta.

Yang di Pustaka Alam tidak disebutkan adalah bahwa Gamow juga mendekati ilmuwan Robert Herman, memintanya bergabung, dengan syarat mengganti dulu namanya menjadi Delter. Syukurlah Herman menolak. Kali lain, Gamow, Alpher, dan Herman (masih dengan nama aslinya) melakukan penelitian bersama mengukur suhu teoretis sisa radiasi penciptaan alam, yang menghasilkan angka 2.7K itu.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑