Masih nerusin cerita bulan Juli: koleksi gambar awan dan langit.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Masih nerusin cerita bulan Juli: koleksi gambar awan dan langit.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Berbincang tentang multiframe. Relativitas Einstein suka dipahami sebagai perbaikan atas hukum Newton, tetapi dengan memasukkan frame yang tidak bersifat absolut, melainkan relatif terhadap observer. Mungkin yang ini berlaku untuk relativitas khusus. Tapi relativitas umum sebenernya punya interpretasi yang berbeda. Tentu sambil tidak mengabaikan bahwa relativitas umum punya lebih dari satu interpretasi.
Ruang, dan waktu, menurut relativitas umum, bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya sebagai frame. Alih-alih, ruang dan waktu merupakan bagian dari relasi antar materi-energi. Kita suka bilang bahwa jika tidak ada perubahan, maka tidak ada ruang dan tidak ada waktu. Tapi kita suka melupakan bahwa ruang dan waktu adalah aspek dari perubahan itu sendiri. Perubahan itu sendiri. Relasi itu sendiri.
Mirip dengan konsep medan di zaman Faraday, barangkali. Tapi kalau medan di zaman Faraday menempati ruang, maka di zaman Einstein ruang itulah medan.
Abis relativitas, datanglah teori kuantum. Mula2, materi-energi yang dikuantumkan. Kemudian, sebagai konsekuensinya, maka ruang-waktu yang merupakan relasinya juga dikuantumkan. Skala butirannya tentu sekitar skala Planck, di mana konon hukum fisika berbeda dengan hukum fisika di skala di atasnya. Konon. Padahal hukum semesta pastilah tunggal. Perbedaannya hanya bahwa satu bekerja di skala statistik, satu lagi di skala tunggal. Seperti kita bisa membelah 1 kg arang menjadi dua, tapi tidak semudah itu membagi atom karbon jadi dua. Kuantum ruang juga, yaitu volume tunggal dari ruang (atau ruang-waktu), tidak dapat begitu saja dibagi.
Barangkali kalau satu satuan kuantum ruang itu dibelah, dia bukan jadi terbagi dua, tapi jadi berlipat dua.
Kapan2 deh diterusin. Waktu, entah apa itu artinya, lagi sangat terbatas. Sok sibuk, dikit.
Abis melepas titel sebagai “Analis Perkembangan Teknologi”, ternyata aku baru sempat melirik direktori RFC lagi sekarang, lama juga yach. Masih bisa ketawa baca ke-kekeuh-an orang2 dunia MPLS yang bekutat dengan dunia singkatannya yang nggak manusiawi: RFC 3814 — MPLS FEC-To-NHLFE MIB. Nggak dink: untuk judul RFC, pasti mereka nulis kepanjangannya. Tapi nggak terlalu berguna, soalnya sebenernya setiap singkatan mengacu ke sebuah konsep, bukan ke kata2, obviously.
OK, tapi yang menarik (dan bikin aku merasa sedikit telat), adalah bahwa akhirnya arsitektur GMPLS diRFCkan juga. Kelompok E Mannie, tentu, yang punya kerjaan. Yang ini udah ditunggu agak lama. Paper tentang GMPLS buat telkom.info yang udah setengah siap pun nggak diselesaiin, soalnya nanggung, nunggu RFC-nya sekalian. Setidaknya alasan resminya gitu lah :), di samping banyak kerjaan, dan sekali-sekali pingin istirahat.
So, network-mania, silakan simak RFC 3945 — GMPLS Architecture; dan RFC 3946 — GMPLS Extensions for SONET and SDH Control. Keduanya dari E Mannie dan D Papadimitriou. Oktober 2004.
Kopi regular atau kopi dekaf, jika diminum teratur, dapat mengurangi resiko diabetes tipe 2. Hasil penelitian ini dipaparkan dalam the American Heart Association’s Scientific Sessions 2004, dan ditulis Jennifer Warner di WebMD Medical News. Alamatnya? Cari sendiri di Google. Riset yang telah dilakukan menunjukkan bahwa para wanita yang meminum empat cangkit kopi sehari, baik kopi regular maupun kopi dekaf, memiliki level suatu komponen insulin yang jauh lebih rendah (13% untuk kopi regular dan 14% untuk kopi dekaf) daripada yang tidak meminum kopi. Angka persennya mencapai 22% dan 18% untuk wanita penderita obesitas.Komponen insulin itu namanya C-peptida. Level C-peptida yang tinggi menunjukkan bahwa tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin dengan baik. Kondisi ini dinamai ketahanan insulin, yang merupakan pertanda mulai berkembangnya diabetes tipe 2.
Penelitian yang dilakukan sebelumnya juga pernah menunjukkan bahwa kopi dapat mengurangi resiko terjadinya diabetes tipe 2 dan memberikan beberapa keuntungan kesehatan lainnya, namun waktu itu belum dipahami penyebabnya.
Perbedaan persentase antara kopi regular dan kopi dekaf menunjukkan bahwa kafein dan unsur lain di dalam kopi bekerja secara terpisah dalam kegiatan menurunkan ketahanan insulin ini. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengamati lebih banyak perbedaan antara kopi regular dan kopi dekaf, yang dua-duanya yummie yummie itu.
Ctrl-C Ctrl-V dari Kompas:
Sebuah bahan yang dipakai membuat cokelat, diketahui bisa juga menghentikan batuk. Menurut para ilmuwan, bahan itu, theobromine, hampir sepertiga kali lebih ampuh untuk menghentikan batuk dibanding obat batuk biasa, bahkan yang mengandung kodein. Theobromine juga menimbulkan lebih sedikit efek sampingan dibanding obat konvensional, dan tidak akan menyebabkan kantuk pada mereka yang mengkonsumsinya. Riset yang dilakukan oleh ilmuwan Imperial College London ini dipublikasikan dalam journal FASEB.
Dalam percobaan, para ilmuwan memberikan theobromine, placebo dan kodein kepada 10 orang sehat pada waktu berbeda. Mereka kemudian diminta menghirup capsaicin, suatu zat penyebab batuk yang dipakai dalam riset medis. Hasilnya, jumlah capsaicin yang dibutuhkan untuk menghasilkan batuk pada sukarelawan yang diberi theobromine adalah sepertiga lebih banyak dibanding dengan orang-orang yang mendapatkan placebo. Sedangkan mereka yang memperoleh kodein, hanya butuh sedikit tambahan capsaicin untuk menghasilkan batuk, dibanding placebo.
Theobromine bekerja dengan menekan aktivitas saraf vagus, yang bertanggungjawab dalam menyebabkan batuk. Tim peneliti juga menemukan bahwa tidak seperti obat batuk pada umumnya, theobromine tidak menimbulkan efek baik pada kinerja jantung maupun sistem saraf pusat. Profesor Maria Belvisi, yang juga meneliti kasus ini, mengatakan, “Theobromine tidak hanya terbukti lebih ampuh dibanding codeine, namun juga tidak memiliki efek sampingan. Padahal, pada umumnya keampuhan obat seringkali dibatasi oleh dosis yang bisa diberikan karena adanya efek sampingan.”
Tidak adanya efek samping ini, menurut Profesor Belvisi, mungkin bakal memungkinkan dokter untuk memberikannya dalam dosis besar agar obat makin efektif. Selain itu, theobromine tidak menyebabkan kantuk, sehingga bisa diberikan pada orang-orang tanpa harus ada batasan kapan ia boleh diminum. Nah, bila suatu saat batuk menyerang Anda, mungkin Anda bisa mencoba resep baru yang lezat ini: cokelat! (bbc.co.uk/newscientist.com/wsn)
Huh, ternyata kemampuan aku melakukan estimasi hanya sebesar 32%. No cheating, for sure. Emang sih weblog Chris bilang bahwa score segitu udah cukup untuk dapat nilai B, pas2an nabrak C, soalnya rata2 user mencapai score 25%. Malah terang2an dia nuduh bahwa nyaris nggak mungkin mencapai 70% tanpa cheating.
Tapi yang bikin kesel: aku justru dapat score jelek di soal2 kayak jarak bulan dengan bumi (yang aku hafal angkanya dalam detik cahaya, tapi lagi2 salah hitung), atau jarak antara matahari dengan bumi (yang juga ingat angkanya, cuman lupa angka mantissa-nya), atau jumlah bintang di galaksi, atau setidaknya jarak antara Edinburgh dengan Cardiff (yang bisa diestimasikan dari waktu tempuh bus dari Coventry ke Edinburgh, tapi lagi2 malah salah konversi waktu dari jam bis di tol ke kilometer jarak udara).
Aku dapat dukungan justru dari trivia yang rada useless, kayak tahun Magna Charta (yang aku ingat sezaman dengan Ken Arok), jumlah state di US (di luar Israel, Afghanistan, dan Iraq), tinggi menara Eiffel (sebelum ditambahi instalasi transmisi France Telecom), dan naiknya raja Harold II (yang aku ingat ada di buku astronomi, bersamaan dengan penampakan komet yang aku udah upa namanya).
Eh, biar ding West. Pikiran memang lagi “menempuh jalur lain” kali :) :).
Ayo ikut menghitung kemampuan mengestimasi di
roughly.beasts.org.
Dari site yang masih terkait, inilah konon daftar kutipan (quote) yang paling disukai para pengunjung:
Selamat Idul Fitri. Selamat meraih kemenangan. Selamat merayakan hidup baru yang
Insya Allah merupakan perbaikan terus-menerus dari hidup kita. Terima kasih untuk
segala simpati dan persaudaraan. Mari kita awali babak baru hidup ini dengan kesucian
batin, jiwa, dan pikiran.
And for my beloved Dad: Happy birthday …
All the best!
Mild und leise wie er l?chelt, wie das Auge hold er ?ffnet Seht ihr’s, Freunde? Seht ihr’s nicht? Immer lichter wie er leuchtet, stern-umstrahlet hoch sich hebt? Seht ihr’s nicht? Wie das Herz ihm mutig schwillt, voll und hehr im Busen ihm quillt? Wie den Lippen, wonnig mild, s??er Atem sanft entweht Freunde! Seht!
“Anda bisa lihat, kami sudah berusaha maksimum, tapi kondisi beliau makin turun saja,” kata dokter itu, dingin, lebih dingin dari udara ruang CCU itu. Masih terbayang suara yang sama pagi itu mengingatkan untuk tidak memindahkan Papap ke RSPAD atau ke manapun, dengan alasan bahwa kalau kondisi beliau jadi kritis di jalan, tidak akan ada dukungan medis yang memadai. Tapi di akhirnya di ruang ini pun, dalam kondisi kritis, tidak ada juga dukungan medis yang bisa dia berikan. Dokter hanya manusia, yang juga terkungkung tembok jahat RS Borromeus ini. Shalat malam yang belum selesai kulaksanakan, kuteruskan di ruang CCU ini, dengan wajah yang terus memandangi wajah resah pahlawanku yang masih mencoba terus berjuang. Resah, mendesak, terus berjuang. Tahajjud kuselesaikan. Tanpa ampun layar monitor di atas menampilkan angka-angka yang membuyarkan optimisme. Aku tak perlu optimisme. Aku hanya perlu dzikir: pintu yang membuka batas antara makhluk dan khaliknya, yang menghilangkan batas antara kelemahan manusiawi dan kekuatan tanpa batas dari Rabb-nya, yang mengalirkan kasih sayang ilahiah ke setiap titik ruang waktu di semesta. Dzikir mengalir. Shalawat. Dan doa-doa.
Namun angka-angka itu tidak lagi asimptotik. Mereka mendadak terjun bebas. Aku manusia biasa, lengkap dengan kegentaran juga. Kucoba lihat kembali wajah pahlawanku. Ajaib, tidak ada lagi keresahan. Yang ada hanya ketenangan. Kemantapan. Kucium dahi pahlawanku, masih terasa panas. Kulafadzkan asma ilahi terus menerus. Dan grafik di monitor menampakkan garis lurus. Masih belum putus asma ilahi kulafadzkan. Gagah sekali wajah pahlawanku. Waktu menunjuk pukul 23.17 WIB, 16.17 GMT.
Selanjutnya adalah urusan manusiawi lagi. Bertelefon ke keluarga, SMS ke rekan2 dekat, mail satu kalimat ke Blogger (sempat2nya). Juga urusan administrasi. Pihak RS terang2an tidak mau lama2 lagi dibebani kami. Sambil berurusan dengan administrasi, aku lihat running text di TV: Yasser Arafat meninggal dunia. Ya Allah, Kau panggil juga pahlawanku yang lain. Sempat ngelamun: kira2, apa yang diperbincangkan Papap dengan Yasser Arafat di sana sekarang? Tapi lamunan tak bisa lama. Ambulance segera menjemput kami ke Cimahi.
Udara Cimahi masih beku, waktu keluarga dan tetangga siap memandikan Papap. Aku bersiap, mencoba tabah melihat wajah gagah itu lagi. Aneh, wajah itu sudah berubah. Kali ini beliau bisa tersenyum. Dan terus tersenyum selama dimandikan dengan kebekuan air Cimahi itu. Jadi ingat, aku nggak sengaja menggumamkan “Mild und leise wie er l?chelt” dari Tristan und Isolde terus menerus beberapa hari di RS sambil menunggui. Aku sisiri rambut beliau untuk yang terakhir kali. Cakep, gagah, dan masih dengan senyum. Lalu kafan menutupi wajah bersenyumnya.
Waktu terus mengalir. Tamu-tamu yang simpatik. Shalat, doa, dan shalawat. Upacara dan tembakan salvo. Penghormatan terakhir.
Suatu hari aku akan menyusul, Pap. Bisakah aku juga menyusul dengan kegagahan dan dengan senyuman?
Pahlawanku telah berpulang dengan gagah.
© 2025 Kuncoro++
Theme by Anders NorĂ©n — Up ↑