Teka Teki Google

Buku menarik ini aku lihat di toko buku Periplus di Djuanda Airport dalam perjalanan dari Bangkalan ke Jakarta. Judulnya: Are You Smart Enough to Work at Google? Tapi, sebelumnya, tebak dulu urutan angka ini: 10, 9, 60, 90, 70, 66, …

Jawabannya? Betul! Ini pertanyaan jebakan. Pertanyaan serupa yang sempat tampil di Facebook beberapa minggu lalu, berisi deretan angka2. Pengantarnya: Anak prasekolah bisa menyelesaikan dalam beberapa menit, sementara ahli matematika memerlukan waktu lebih lama. Clue itu membuat aku berpikir bahwa jawabannya tak berhubungan dengan angka, melainkan dengan hal yang dikenal anak prasekolah: bentuk. Nah, urutan di atas pun ternyata demikian.

Kalau sudah mencoba, dan merasa telah memiliki jawaban, mari kita bandingkan. Angka-angka itu harus dieja dalam Bahasa Inggris: ten, nine, sixty, ninety, seventy, sixty six, dan langsung tampak deret yang ternyata cuma menunjukkan panjang ejaan angka. Tapi, angka dengan tiga huruf misalnya, bukan hanya ten. Ada one, two, six, dan ten. Angka dengan empat huruf bisa zero, four, five, nine. Kita amati bahwa yang diambil adalah angka terbesar. Dari sini, banyak yang mengambil jawaban bahwa angka pada deret berikutnya adalah ninety six. Jawaban yang tak terlalu salah.

Tapi di Google, tentu mereka punya jawaban lain. Dan itu berkait dengan sejarah nama Google sendiri. Google-lah sejarah Google, dan kita akan teringat nama googol, yaitu sepuluh pangkat seratus. Jadi kemungkinan jawaban lain adalah one googol. Tapi, jangan lupa, kita harus cari angka terbesar. Segera kita akan menemukan: ten googol. Sepuluh pangkat seratus satu!

Siapa yang bisa menemukan jawaban macam itu? Bisa mereka yang beruntung, atau mereka yang suka menggoogle (ini yang dicari), atau mereka yang kebetulan pernah mendengar “tebakan” ini. Intinya, pertanyaan semacam ini tak menarik untuk memilik karyawan yang potensial :D

Pertanyaan yang lebih menarik: “Andaikan kamu menciut hingga sekecil koin, lalu ditaruh di dasar blender. Beratmu mengecil juga, jadi berat jenis tak berubah. Pisau blender akan berputar 60 detik lagi. Bagaimana cara menyelamatkan diri?

Jangan teruskan baca dulu. Luangkan beberapa menit untuk mencoba ikut menjawab.

Beberapa kandidat menjawab dengan hal2 menarik. “Saya keluarkan isi saku dan melemparkannya ke motor blender agar macet atau rusak.” Tapi asumsinya blender sudah dicegah agar tak akan rusak. “Saya sobek baju dan dipilin jadi tali, lalu diikat pada sepatu. Sepatu dilembar ke luar blender, lalu saya memanjat tali.” Tapi bagaimana berat manusia (kecil) bisa diimbangi cuma dengan sepatu (kecil). Beberapa lagi tak terlalu kreatif: “Saya berbaring di bawah pisau atau berdiri di tepi blender di luar jangkauan pisau.” Atau yang agak spekulatif: “Saya berdiri di atas sumbu pisau, lalu berpegangan erat2. Gaya sentrifugal akan mendekati nol, jadi dimungkinkan untuk bertahan.” Jawaban2 terakhir itu dipatahkan penanya dengan menyampaikan bahwa pisau akan berputar selamanya, sampai mereka lelah atau bosan, lalu jatuh atau tersambar dan mati. “Saya bisa memanjat. Pada ukuran sekecil itu, saya bisa jadi lalat.” Dan lain-lain. Jawaban lain malah tak kalah seru: “Saya melompat saja keluar blender,” Hahaha.

Tapi jawaban terakhir mungkin paling tepat. Kita mengecil. Memang otak ikut mengecil, tapi asumsikan bahwa kita tetap berpikir secerdas ini. Otot mengecil, tapi berat kita mengecil. Jangan lupa, soal di atas secara jelas menyebutkan berat dan berat jenis. Energi untuk melawan gravitasi pada ketinggian h adalah E = m*g*h. Atau h = E/m*g. Energi otot kita boleh turun, tapi massa kita sama turunnya. Maka kita bisa melompati ketinggian h sama mudahnya, berapapun ukuran kita. Kalau dalam ukuran ini kita merasa mudah melompat lebih dari tinggi blender, maka dalam ukuran yang lebih kecil kita akan juga mudah melompat lebih tinggi dari Blender.

Pada abad ke-17, Giovanni Alfonso Borelli menyimpulkan bahwa makhluk hidup yang dapat melompat, akan melompat kira-kira sama tingginya: kutu, katak, tupai, manusia. Kandidat karyawan tentu tak harus pernah mendengar atau menggoogle nama Borelli. Tapi setidaknya mereka diharapkan dapat berpikir seperti Borelli. Atau setidaknya mereka diharapkan pernah memikirkan: mengapa kutu bisa melompat tinggi, mengapa semut bisa mengangkat benda yang beratnya 50x berat tubuhnya, mengapa serangga kecil bisa terbang hanya dengan sayap kecil yang tipis, dll.

Lalu kita berkelit: Tapi kan kita, walau seukuran koin, tetap terdiri atas tulang keras. Jatuh dari ketinggian blender akan seperti manusia jatuh dari Lantai 15. Hancur. Padahal tidak. Berat badan turun secara kubik (berpangkat tiga), sementara luas permukaan badan turun secara kuadratik (berpangkat dua). Makin kecil kita, makin aman untuk jatuh dari ketinggian. Tikus dapat dijatuhkan ratusan meter. Ia akan kaget, lalu melarikan diri. Hewan yang lebih kecil akan baik2 saja. Dijatuhkan dari ketinggian yang sama, tikus besar akan mati, manusia akan patah, dan kuda akan hancur pecah berantakan.

Pertanyaan ini juga memicu persepsi kita akan ukuran. Begitu kita sadar bahwa hukum-hukum fisika yang sama memiliki efek yang berbeda pada ukuran yang berbeda, akan mulai terbuka wawasan kita  akan efek hukum-hukum fisika, biologi, psikologi, sosial, ekonomi, pada ukuran masyarakat yang berbeda, ukuran organisasi dan perusahaan yang berbeda, dan seterusnya. Kita akan lebih bijak mensikapi perubahan2, misalnya terus berekspansinya bisnis kita, atau spinoff bisnis ke anak perusahaan yang lebih kecil, dll.

OK, ini sebagian dari Bab I dari buku ini. Sisanya … tak kalah menarik!

The picture above is copied from a photo illustration by F. Martin Ramin for The Wall Street Journal

 

11 Comments

  1. nf

    ceritain sisanya sekalian dong …..

    • Koen

      @nf : Kan kita mau orang kembali rajin baca buku. Wkwkwkwkwk.

  2. Budiwijaya

    Wah ke bangkalan gak bilang2.. kan bisa kopdar.
    udah mampir bebek sinjay atau nasi campur nyalete’ pak?

    • Koen

      @Budiwijaya : Ke Bangkalan juga buat Kopdar dengan PlatM dan blogger2 lainnya. Kapan kopdar lagi yuk!

  3. Ilham Himawan

    Oh, pantesan kemarin di update di twitter…hehehhe kebetulan aku juga sedang baca Pak Koen, belinya di Periplus Ngurah Rai Airport dua minggu lalu…Mari membaca :)

  4. Raffaell

    Menarik,

    Disini ada acara tv yang begitu, profesinya marketing, setelah tes khusus, ternyata dia ahli renang, di buktiin, dia bisa nyelam kedasar laut hingga 36 meter dalam 1x napas.

  5. Chic

    aku punya buku ini! :D beli di ak.sa.ra dua minggu yang lalu..

  6. rotyyu

    Itu kopdar di acara Bloglicious ya om? Sayang sekali saya ndak bisa ikut acara itu.

  7. abdina

    nungguin cerita bab II nya om :D

    domainnya keren

  8. catatan febri

    di tunggu cerita selanjutnya mas

  9. heri

    cerita bersambungnya kayak gimana ya…?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑