Satu tahun setelah Peristiwa Lapu-Lapu, IEEE Region 10 kembali menyelenggarakan annual meeting. Kali ini, Indonesia menjadi tuan rumah, dan pertemuan besar ini dilaksanakan di Sheraton Yogyakarta. Menariknya, minggu2 ini kegiatan di kantor sedang cukup gila, dan rescheduling kegiatan kantor yang sungguh amburadul nyaris membatalkan kehadiranku di Yogyakarta. Tapi syukur aku memilih terbang dengan Garuda Indonesia, jadi semuanya berjalan baik.

Kami sendiri  mengajukan kota Yogyakarta sebagai tuan rumah kegiatan ini dalam kegiatan serupa tahun lalu di Pulau Mactan. Saingan kami a.l. Australia, New Zealand, Bangkok, India, dan Tokyo. Namun kampanye kami efektif, sehingga tahun ini, tanggal 5-6 Maret lalu, R10 bersua di kaki gunung Merapi yang mendadak mengalirkan lahar lagi ini. Dalam annual meeting ini, hadir President-Elect of the IEEE, Gordon Day; Director of Region 10, Lawrence Wong; para pengurus  berbagai divisi, baik di level pusat maupun region; perwakilan section berbagai negara di Asia Pasifik; dan perwakilan chapter dan branch di Indonesia. Tim Indonesia sendiri diwakili chairman Muhammad Ary Murti, yang baru satu bulan ini menggantikan Arnold Ph Djiwatampu sebagai Indonesia Section Chair. Aku tentu hadir mewakili IEEE Comsoc Indonesia Chapter.

Annual meeting diselenggarakan mengikuti Robert’s Rules of Order yang juga banyak digunakan di parlemen-parlemen dunia. Chairman Lawrence Wong mengawali dengan Call to Order, dan diikuti dengan Roll Call, lalu diikuti reports. Menarik bahwa urutan kegiatan ini dapat terlaksana tepat waktu dari menit ke menit. Tanpa peduli jabatan, semua presenter hanya dapat memberikan presentasi 5-10 menit sesuai kesepakatan.

Dalam laporannya, Gordon Day, President-Elect 2011, yang tentu akan jadi President/CEO IEEE 2012, mengingatkan kembali akan transformasi yang masih terus terjadi di IEEE. Meluas dari dunia elektroteknika, IEEE kini mencakup dunia aeronautical, biomedical, electrical, electronic, computer, information technology, mathematics, physics, telecommunication, hingga automotive and biological engineering. Jumlah anggota mencapai 407 ribu. Namun jumlah ini masih kurang dari 10% para engineer di bidang kerja IEEE. Di US, hanya 7.5% engineer pada bidang ini yang menjadi anggota IEEE. Di Indonesia, hanya 0.5%.

Dengan tag advancing technology for humanity, pendekatan yang dilakukan IEEE a.l. memperkuat organisasi untuk dapat melayani generasi baru engineer, terutama di bidang-bidang baru yang akan lebih maju meningkatkan harkat hidup kemanusiaan. IEEE juga diarahkan untuk menjadi lebih global, merangkul para teknologis yang tersebar luas di seluruh dunia; serta meningkatkan peran dan kepemimpinan. Perubahan2 ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi makin cepat dalam waktu-waktu ini dilatarbelakangi secara strategis oleh pemanfaatan teknologi yang makin mendukung peningkatan harkat hidup manusia, secara individu dan sosial. Ini tak berhenti di sini. Dan para engineer harus terus diingatkan bahwa mereka masih memiliki tanggung jawab profesional untuk mendukung tata hidup yang lebih baik di abad-abad berikutnya.

Lawrence Wong menambahkan dengan menunjukkan keunikan wilayah Asia Pasifik: ini adalah region dengan jumlah anggota terbesar di dalam IEEE, dan dengan pertumbuhan tertinggi, terutama di kalangan mahasiswa dan engineer muda. Ini mencerminkan karakteristik kawasan ini yang merupakan kawasan teknologi paling dinamis sedunia. Yang akan dilakukan di region ini adalah meningkatkan sinergi antar wilayah, terutama dengan memanfaatkan sarana Internet.

VP MGA Howard E. Michel mendetilkan bahwa alih-alih mengurusi soal membership, IEEE akan lebih berfokus kepada member: How to Inspire, Enable, Empower and Engage the members of IEEE. Langkahnya panjang dan detail. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan IEEE Center for Leadership Excellence (CLE) untuk membangun kepemimpinan member. VP Educational Activities Tariq Durrani memaparkan beberapa prakarsa untuk mengembangkan pendidikan engineering sejak sebelum masa kuliah, misalnya TISP (program pelatihan dan penyertaan bagi guru), situs TryEngineering dan TryNano, akreditasi, sertifikasi, WIE (women in engineering), dll. Kelihatannya, selepas dari tugas di Comsoc, aku bakal suka mendalami TISP atau program semacam Faraday Lectures (dari IET). Eh. Meeting juga membahas laporan TENCON 2010 di Fukuoka, TENCON 2011 yang akan dilaksanakan tahun ini di Sanur (dipaparkan Chairman TENCON 2011 Dr Wahidin Wahab), dan TENCON 2012 di Cebu. Dan … hmm … banyak juga :).

Para peserta, yang mencapai sekitar 150 orang, juga diajak mengunjungi Candi Prambanan dan Kraton Yogyakarta, untuk mengenal budaya lokal. Dinner juga dihidangkan di kawasan Kraton Yogyakarta. Tapi di samping kunjungan bersama ini, beberapa peserta juga sudah mengincar untuk mengunjungi tempat2 menarik, seperti Candi Borobudur, dan Dalan Maliyoboro ingkang kondang sakjagad kuwi. Tampaknya Yogyakarta menjadi tuan rumah yang sukses untuk helat akbar IEEE Asia Pacific kali ini. Thank you, Yogya :)