Garuda Indonesia

Sebagai majalah engineer yang UK-centric, E&T agak jarang menyebut Indonesia. Sempat dulu tiap triwulan nama Indonesia disebut, tapi dengan tema yang sama: Uni Eropa memperpanjang blokir atas penerbangan Indonesia, plus alasan panjang bahwa keseluruhan sistem penerbangan Indonesia dikendalikan oleh birokrasi yang korup dan asal2an. Entah kemana menhub masa itu sekarang. Pemicunya memang Adam Air — penerbangan milik pengusaha merangkap penguasa dan golkar. Syukur akhirnya blokir dicabut. E&T tak lupa menulis soal itu, biarpun tentu didahului oleh media2 di Indonesia. Garuda Indonesia dan Mandala boleh menerbangi dan melandas di Eropa. Pada saat yang berdekatan, Garuda juga mengumumkan perubahan style perusahaan. Logo lama, dengan tata huruf baru, dan desain2 baru yang lebih segar.

Garuda-Indonesia

Pada saat amat berdekatan, Citibank mengirimiku SMS, menawarkan upgrade Citibank Mastercard ke Citibank Platinum Garuda. Sebagai pecinta BUMN ;), aku langsung tertarik, dan langsung call ke Citibank sekitar 3 minggu kemudian. Waktu aku menjejakkan kaki di Bali (turun dari Garuda), pihak Garuda menelefonku untuk interview pengajuan GFF (Garuda Frequest Flyer) yang dipadukan kartu Citibank. Sekaligus Neng Garuda menanyai kapan aku terakhir naik Garuda, buat tambah point GFF. Dia langsung cek ke database, dan minta maaf bahwa penerbangan pagi itu yang a.n. grup tidak bisa dimasukkan. EGP :). Tak lama di Jakarta, kartu GFF biru masuk ke kotak pos. Lalu kartu Citibank Garuda dengan nomor GFF lain yang menggantikan si kartu biru.

Kartu ini nggak aneh, selain bisa buat nabung point buat lain hari bisa terbang gratis. Juga bikit kita bisa memilih antrian pendek waktu check in. Dan ia jadi pass masuk ke banyak airport lounge, yang sering terpakai karena kemacetan di negeri ini sudah mulai teratasi sehingga aku sering kepagian ke airport. Tapi tanpa kartu ini pun, Garuda memang menarik. Agen resmi Garuda ada di sebelah kantorku. Kalau kita beli tiket di sana, memilih tanggal dan jam, si agen langsung memberikan harga. Tapi ia juga memberikan alternatif jam lain yang harganya lebih murah, sekaligus harga termurah pada hari itu. Penerbangan semacam Air Asia tak mendidik agennya memiliki kebaikan hati semacam itu.

Oh ya. Aku menulis ini di atas Garuda yang lain, dalam penerbangan ke Bali lagi. Sekitar minggu lalu, Garuda mengirimkan laporan jumlah point GFF. Cukup cepat naiknya point-ku. Padahal aku nggak selalu menggunakan Garuda. Dan perjalanan ke Bali sebelumnya, yang dibeli via grup, ternyata dimasukkan juga point-nya ke total point GFF-ku.

Garuda-Indonesia

Beberapa hal unik di Garuda. Aku nggak berharap mereka baca blog ini sih, haha :).

  • Kita bisa ke web Garuda Indonesia untuk memilih jadwal penerbangan. Tapi kalau kita sudah menentukan pilihan, jika tak terlalu terdesak, jangan bertransaksi di web. Pergi saja ke agen resmi. Aku beruntung, bisa cukup jalan kaki ke agen sebelah kantor. Di sana, mereka bisa memberi harga lebih murah daripada transaksi di web. LEbih dari itu, kadang ada diskon kejutan. Misalnya waktu beli tiket ke Batam, aku sempat tanya, “Ada diskon untuk Citibank Garuda?” dan setelah membaca2 tumpukan kertas, si neng agen dengan ceria memaklumatkan bahwa aku boleh mendapatkan diskon 15%. Not bad.
  • Pun kalau masih mau beli di web, bandingkan dulu harga tiket pulang-pergi dengan jumlah harga tiket satu jalan ke arah pergi dan ke arah pulang. Beberapa kali, harga tiket pulang-pergi justru lebih mahal, pada waktu yang sama.
  • Dibandingkan low-fare airlines, tentu Garuda memang lebih mahal. Significantly :D. Namun pada hari2 tertentu, seperti menjelang Idul Fitri lalu, atau menjelang 1 Syura di Yogya seperti weekend ini, harga tiket Garuda tak terlalu melonjak, sehingga selisihnya dengan low-fare seperti Air Asia bisa hanya belasan ribu saja.

Pilot memberikan isyarat pendek. Sebentar lagi pesawat bersiap melandas. Semua perangkat elektronik harus dimatikan. Tentu, tulisan ini baru akan dipublish di darat nanti. Dan sekaligus barangkali aku mau coba2 diskon dll yang ditawarkan, hanya dengan menggunakan boarding pass Garuda. Banyak yang menarik di Bali :).

BTW, sayang sekali account twitter @GarudaIndonesia tak dimanfaatkan maksimal.

Update:

  • E&T minggu ini memuat lagi tentang Indonesia, yaitu tentang proyek Palapa Ring.
  • Pernah merasai pesawat yang bisa tanpa jeda sedikitpun, dari taxi langsung take off? Garuda Denpasar-Jakarta yang aku tumpangi menunjukkan bahwa itu bisa :).

12 Comments

  1. Affandhi Arief

    Sayang sekali tidak ada penerbangan Garuda dari Tarakan to Banjarmasin :) hehehe…

    • Koen

      Hai, salam kenal :). Bentar lagi ada loh dari Tajikistan ke Bratislava. *bohong*

  2. Lisa

    Senangnya yang sering keliling Indonesia, dengan maskapai milik bangsa Indonesia. Lebih sering cerita ya. Mas Koen jarang blogging sekarang.

  3. dhani

    Sebenernya sih ban Uni Eropa ke maskapai Indonesia bisa lebih karena ketidakpercayaan terhadap otoritas penerbangan kita ketimbang maskapainya sendiri. Ada selentingan kalau pencabutan ban atas 4 maskapai, termasuk Garuda, lebih didasarkan pada faktor politis. Garuda dan Mandala telah memesan beberapa unit Airbus. Begitu Airbus2 pesanan itu selesai dibangun di pabriknya di Toulouse, Perancis, dan kemudian diberi registrasi PK (Indonesia), maka praktis pesawat2 baru itu langsung tidak diperbolehkan terbang di atas udara Eropa. Supaya pesawat2 tersebut bisa dikirim ke Indonesia, maskapai2 pemesannya harus diberikan dispensasi dulu. Bukan cuma di Eropa, di US maskapai2 kita juga sudah lama masuk list FAA catagory II, yang artinya di-ban untuk penerbangan berjadwal disana (tapi ini lebih jarang diekspos ketimbang ban EU).

    • Koen

      Soal ketidakpercayaan pada otoritas penerbangan, sudah saya sebut di atas. Sayangnya menhubnya bukannya didepak atas skandal yang memalukan Indonesia itu, malah jadi …. haha :). Tapi dengan menteri2 senior terlibat bencana lumpur dan lain2, dan pimpinan yang mudah kena scamming, memang ini wajar untuk ukuran kabinet masa itu.

  4. Domba Garut!

    Semoga Garuda Indonesia tetep bisa menjadi kebanggaan rakyatnya, meski tiket rata-rata masih lebih mahal maskaiap tetangga sebelah, kita sekeluarga masih mempertimbangkan terbang dengan maskapai nasional ini untuk urusan perjalanan domestik..

    Sayangnya belum ada rute menuju ke afrika ya? :D
    Seneng udh bisa mampir kesini lagi – salam hangat dari Liberia..

    • Koen

      Bangga dikunjungi lagi oleh makhluk satu ini. Kenapa sih jadi Domba Garut? *bertanya-tanya*

  5. nico

    hm.. ya semua ini mungkin akibat dari ada nya KKN di lembaga-lembaga (kurang tau sich), bagaimana pesawat Adam Air yang “mantab” itu bisa terbang…

    Kalau masalah Garuda…. namanya juga BUMN, birokrasi yang njelimet kadang ngebuat perform dari BUMN tersebut juga njelimet…

    maka gak heran lah, kalau misalnya penerbangan ke Uni Eropa di banned karena ada korupsi dan lain sebagainya…

    • Koen

      Mas Nico seharusnya baca dulu comment Mas Dhani di atas sebelum menulis comment ini. Banning ke Eropa lebih karena ketidakpercayaan pada otoritas penerbangan di Indonesia daripada ke masing2 penerbangan. Saat itu pun, Garuda masih jauh lebih baik dibanding penerbangan non BUMN. Ada cerita menarik tentang Garuda dari Pak Tanri Abeng. Tapi hari lain aja deh :).

  6. Me :)

    Bisa dibandingakn dengan penerbangan nasional lain yang disamarkan namanya oleh penulis ini. (Klik di Me)

  7. R. Purba

    menggelitik….
    entah tiap baca reader dari blog ini membuatku bergairah.
    satu hal yang aku ingat dari dunia penerbangan adalah managementnya. dari satu sebab yang mengakibatkan dampak yang menjadi sebab yang lain. sehingga semuanya itu menjadi sebuah efek domino. sejauh yang saya tau semua sebab akibat ini sudah ada sejak era 90an dimana nuansa politis sangat kental di negeri ini. setelah era itu beberapa kebijakan kebijakan baik dari asosiasi penerbangan asia maupun asosiasi penerbangan internasional semakin ketat mengawasi penerbangan negeri ini. salah satu kasus kunci adalah menghilangnya Sem**** Air kala itu. semenjak itu kepercayaan dunia penerbangan internasional terhadap penerbangan indonesia seakan runtuh. dan akhir akhir ini walaupun larangan penerbangan ke eu di tangguhkan untuk sementara bukan berarti mereka sudah mulai percaya terhadap kita. hanya politis lah yang berbicara kepada mereka.

    note : menanggapi komen Me :) entah kenapa penerbangan nasional itu bisa dapet ijin ke ladang minyak?

  8. didut

    garuda memang msh penerbangan no 1 saat ini di indionesia untuk pelayanan :)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑