Tag: IPTV

Groovia Lite

Ruang Avatar di STO Jakarta Gambir masih menunjukkan aktivitas luar biasa. Ada kegiatan operasional, pengembangan, dan persiapan penambahan feature untuk produk IPTV Groovia. Tapi juga ada persiapan layanan baru: Groovia Lite.

Idenya, Groovia menjadi konteks untuk menumbuhkan industri multimedia baru, berbasis video berkecepatan dan berkualitas tinggi. Dari konteks ini, dimungkinkan penanaman investasi untuk perbaikan dan peningkatan kualitas network hingga ke lokasi customer. Dimungkinkan juga diciptakan layanan di atas layanan video serta di atas jaringan berkecepatan tinggi.

Namun, mungkin belum semua dari kita memerlukan TV. Aku termasuk salah satunya sih: sudah beberapa tahun gak punya TV lagi. Hidup lincah tak terpaku membuat kita lebih akrab dengan piranti mobile (dari notebook s.d. smartphone) yang kian informatif dan interaktif. Konten TV, andaipun diperlukan, bisa diakses dari gadget kita. Ini yang mendasari Groovia Lite: konten dan aplikasi video dan multimedia lainnya di atas jaringan Internet yang tidak harus istimewa.

Groovia Lite dimaksudkan menjadi versi lite dari Groovia, untuk diakses dari notebook, tablet, smartphone, dan gadget lain. Di dalamnya, dapat diperoleh Live TV, TVOD, VOD, hingga konten-konten tambahan seperti radio, e-book, dan aplikasi untuk gadget kita. Sebuah digital store atau bahkan digital mall berwarna multimedia. Konten gratis, berbayar, berbundling, dll, akan dapat diperoleh di sini. Groovia Lite adalah sebuah model bisnis OTT.

Masih versi beta, Groovia Lite sudah dapat mulai ditengok di situs GrooviaLite.com. On air TV dari beberapa saluran TV nasional, recorded TV, dan beberapa sampel video telah dapat digunakan untuk uji coba.

Aplikasi Android dari Groovia Lite, baik untuk tablet maupun untuk smart phone, tersedia untuk diunduh. Aplikasi iOS sebenarnya telah dapat digunakan. Tapi masih menunggu approval dari Apple.

Aku sudah coba ketiga apps ini: versi iOS di iPhone (Telkomsel Flash), Android smart phone di HTC Evo 3D (Flexi EVDO), dan Android tablet di Kindle Fire (Speedy WiFi). Semuanya versi original (tanpa jailbreak untuk iOS, dan unrooted untuk Android). Ketiganya menunjukkan kualitas yang memadai. Pertama kali memasang konten video, memang gambar akan kabur. Saat itu terjadi proses penentuan kualitas optimal melalui adaptive streaming. Buat pemakai komputer, versi web juga tak kalah baik kualitasnya. Waktu Najwa Shihab dengan cerdik menampilkan kebohongan (atau mungkin inkompetensi) Mendikbud di acara Mata Najwa (soal Ujian Nasional yang menurut beliau sangat bersih tak bernoda), aku menyimak sepanjang acara dengan Groovia Lite ini.

Tapi memang khawatir juga sih. Misalnya, jangan2 jadi sering tergoda nonton pakai Kindle Fire. Bukannya dipakai baca buku.

Groovia

Juni memang selalu istimewa, wkwkwk. Juni lalu, Telkom Group melakukan grand launching atas produk IPTV-nya: Groovia. Seperti yang dicuplik deskripsi produk itu dari blog aku (nah lo), IPTV bukan sekedar televisi yang didistribusikan melalui Internet. IPTV adalah sinergi antara kekuatan interaksi Internet dan Web, dengan kekuatan broadcast media televisi. IPTV merupakan platform layanan yang merupakan tahap lebih lanjut dari bentuk interaksi multimedia yang ada saat ini.

Walaupun nama Groovia tampak ajaib, namun pemilihan nama ini mengambil pertimbangan cukup lama. Kalau domain Groovia.TV kita whois, kita dapat melihat bahwa domain ini bahkan telah direservasi 1 tahun sebelum grand launching. Pada tahun pertamanya, Groovia direncanakan akan meliputi layanan:

  • TV on demand, yaitu content televisi yang bersifat interaktif, dengan fasilitas rekaman di jaringan, yang memungkinkan pengendalian seperti pada video: pause, rewind, replay, scheduled report, dan lain-lain.
  • Video on demand, yaitu content multimedia non-televisi yang disertakan dalam layanan ini, termasuk film video, musik, karaoke, dan lain-lain, dengan berbagai bentuk interaksinya.
  • Web service, yaitu interaktivitas dunia maya yang dipadukan ke dalam sistem televisi. Di dalamnya akan dimasukkan misalnya jejaring dan media sosial, berita, informasi cuaca, saham, dan lain-lain.

Di tahun berikutnya, e-advertising, e-transaction, dan e-shopping diharapkan dapat diintegrasikan ke dalam Groovia. Dari sisi infrastruktur, diharapkan integrasi antara IPTV, SDP, dan platform lain, seperti content & applications store, dapat dilakukan dengan lancar, membentuk ekosistem interaksi multimedia yang efisien dan nyaman.

Mahalkah Groovia? Jika kita telah memiliki akses Speedy dengan data rate 1 Mb/s, 2 Mb/s, atau 3 Mb/s, maka dengan menambahkan Rp 50.000,- per bulan, kita telah dapat memiliki layanan Groovia. Gak mahal untuk jadi taste-maker :). Content yang lebih kaya dapat dipilih sesuai kebutuhan individual setiap user. Hanya, sayangnya, memang saat ini Groovia memang baru dalam tahap deployment awal, dan masih tersedia hanya di kawasan tertentu di Jakarta. Deployment ke kota-kota lain akan dimulai tahun ini juga.

Informasi yang lebih update atas Groovia dapat disimak di webnya, di Groovia.TV :).

Telkom IPTV

Oktober, dan Telkom IPTV sudah harus siap meluncur. Wow, cukup untuk bikin mata merah :). Tapi test-test telah mulai dilakukan, dan sejauh ini hasilnya menggembirakan. Bulan-bulan mendatang, sampai akhir 2010, kami akan memulai test ke rumah-rumah, sambil menguji kualitas jaringan. Mudah-mudahan hasilnya akan tetap prima.

Walaupun IPTV berkepanjangan Internet Protocol Television, IPTV bukan sekedar televisi yang didistribusikan melalui Internet. IPTV adalah sinergi antara kekuatan interaksi Internet dan Web, dengan kekuatan media televisi. IPTV merupakan platform layanan yang merupakan tahap lebih lanjut dari bentuk interaksi multimedia yang ada saat ini. IPTV akan menawarkan a.l. hal-hal berikut:

  • Broadcast televisi dan video di atas akses Internet
  • Content on demand, yang meliputi video, TV, musik
  • Interaksi multimedia dengan kecepatan true broadband, yang meliputi layanan game, shopping, advertising, dll
  • Kualitas layanan (quality of service) dan kualitas pengalaman (quality of experience) bagi customer yang terus terpelihara

Setiap layanan akan memiliki sifat multiscreen, yaitu harus dapat ditampilkan melalui beragam perangkat:

  • Pesawat televisi
  • Komputer, notebook, dan perangkat sejenis
  • Mobile terminal dan berbagai gadget

Bagi Telkom, IPTV adalah langkah pertama dalam penggelaran aplikasi multimedia dengan interaktivitas tinggi di atas jaringan true broadband (sekaligus mencari konteks / reason buat investasi perbaikan network agar layak dimuati informasi broadband). IPTV menawarkan hal-hal berikut:

  • Pengalaman digital yang lebih interaktif, mudah, nyaman, dan lengkap.
  • Peluang, terutama bagi komunitas-komunitas kreatif digital yang sedang tumbuh di Indonesia, untuk menemukan lahan baru yang luas dalam komersialisasi produk dan karya kreatif mereka.
  • Peluang kerjasama bagi bisnis media dan industri informatika untuk memberikan layanan yang lebih lengkap.
  • Konteks baru dalam pengembangan kapasitas dan kualitas network, baik core network, cable network, hingga mobile network.

Konfigurasi yang disederhanakan dari sistem ini adalah sbb:

Dalam jaringan ini, konten televisi, video, dan berbagai layanan yang bersifat multimedia interaktif didistribusikan menggunakan arsitektur jaringan Internet. Di samping menawarkan efisiensi jaringan dan kualitas media yang dapat terkelola secara maksimal, IPTV juga diyakini membuka peluang baru untuk memaksimalkan interaktivitas layanan Internet ke dalam media televisi.

Beberapa fungsi-fungsi di dalam jaringan IPTV

  • Head-end, terdiri dari IRD (integrated receiver decoder) yang berfungsi menerima kanal televisi melalui satelit, dan encoder yang mengubah format video ke standard MPEG-4/H.264 untuk dilewatkan ke jaringan IP.
  • Middleware, berfungsi sebagai content management / delivery system (CMS/CDS). Sistem pada middleware mendukung open architecture dan mempunyai open standard interface untuk berkomunikasi dengan 3rd party application, dan mendukung pengembangan layanan baru dengan cepat.
  • VoD (video on demand) merupakan sistem yang memberikan layanan on demand kepada pelanggan. VoD didistribusikan dengan mekanisme yang memungkinkan minimalisasi biaya.
  • CA (conditional access) / DRM (digital right management) adalah suatu mekanisme yang memungkinkan sistem memberikan hak akses terautentikasi terhadap sebuah program yang diminta user.
  • CDN (content delivery network) merupakan perangkat yang digunakan untuk membantu distribusi konten di atas jaringan.
  • NMS (network management service) merupakan sistem yang digunakan untuk memelihara dan memonitor jaringan.

Beberapa standard yang digunakan dalam jaringan ini:

  • Video codec menggunakan ITU-T H.264 (ISO/IEC MPEG-4 Part 10 ) yang mendukung baseline dan main profile untuk encoding dan enkapsulasi video.
  • Multicast menggunakan protokol IGMP (RFC 2236).
  • Multicast mendukung TS (ISO 13818-1) over RTP (RFC 1889) over UDP (RFC 768), atau harus mendukung TS over RDP.
  • Untuk layanan berbasis On Demand (VoD, TVoD, PVR, TSTV), maka End User Terminal (Televisi, PC, Gadget ) harus mendukung pengaturan layaknya VCR, dengan menggunakan protokol standar, yaitu HTTP (RFC 2616) atau RTSP (RFC 2326).

Haha, teknis sekali ya? Namanya juga aku. Nanti aku cerita lagi dari sisi features dan interaktivitasnya deh.

TV Sosial

Yang membuat IPTV jadi menarik — buat aku — bukan karena TV, tetapi justru karena IP. IP telah merevolusi komunikasi data, komunikasi manusia, hingga budaya manusia. Kini kita mengharapkan IP akan merekonstruksi dunia TV yang amat membosankan itu menjadi media yang interaktif. Memang cukup banyak yang cuma bisa sinis menganggap IPTV adalah cita-cita yang terlalu tinggi di atas infrastruktur Internet Indonesia yang masih buruk. Dan ini mengingatkanku pada gambar telur dan ayam yang aku presentasikan juga di Taipei minggu lalu.

Berbicara tentang network dan content, orang sering merasa terperangkap oleh jebakan ayam dan telur: mana yang harus lebih dahulu. Padahal ini bukan jebakan. Yang orang pesimis lihat sebagai lingkaran setan bukanlah lingkaran: itu sebuah spiral. Di dalamnya ada yang berputar seperti lingkaran, tapi membesar dan bertumbuh. Network, yang buruk dan asal ada, memungkinkan kita menyusun aplikasi kecil, seperti mail atau text messaging, lalu akan diisi content teks, lalu akan membentuk interaksi dan market, yang berikutnya akan membebani network, tapi juga menciptakan demand, dan menciptakan alasan investasi pengembangan dan perbaikan network, yang lalu akan menciptakan network yang sedikit lebih baik, untuk diisi aplikasi yang lebih rakus (misalnya diisi gambar), yang lalu diisi content, market, network, aplikasi, content (kini video), market, network, aplikasi, content (video dengan delay rendah untuk komunikasi dua arah?), dst, dst. Semuanya tumbuh bertahap. Yang diperlukan adalah dorongan untuk aplikasi baru, content baru, interaksi baru, dst. Ini adalah konteks yang juga saat ini membuat kita wajar memiliki IPTV, dan membangun network yang lebih baik.

Apa saja peluang interaktivitas TV? Cukup banyak. Dari yang bersifat nilai tambah pada TV: TV dengan kendali orang tua, TV dengan penyimpanan, TV dengan review, TV dengan setting favorit. Lalu TV dengan interaksi terkait media sosial (Twitter, Facebook, Yahoo Messenger, Koprol, Flickr, Youtube). TV dengan e-commerce (bayangkan jika ini dikaitkan dengan iklan, review dari media sosial, dan kemampuan untuk langsung bertransaksi).

Sedang utak-atik soal ini, aku terantuk ke satu artikel di Computer. Ini mengenai salah satu alternatif interaktivitas TV, yang dinamai Social TV (TV Sosial). Pelopornya Marie-José Montpetit dari MIT. Bersama mahasiswanya, ia menyusun prototip TV Sosial ini. Mereka mengeksplorasi konsep-konsep seperti remote kontrol cerdas, TV partisipatif, dan narasi yang disusun pemirsa. Tentu juga mereka mendalami pengkaitan TV dengan berbagai media sosial terkini. Yang buat mereka menarik adalah agregasi database video yang diambil dari YouTube. Yang tersimpan bukan saja video, tetapi metadata, review, dll; dan informasi antar user yang berisi content yang baru dilihat, yang dianggap menarik, dll. Interaksi antar user dapat terjadi. Dan pesan semacam ini dapat dimatikan kapan saja jika pemakai menganggapnya mengganggu.

Lebih jauh, Montpetit melakukan hack yang memungkinkan interaksi antara iPhone dengan set-top box (STB), sehingga pengguna dapat menyaksikan acara mereka pada perangkat mobile. Juga ini memungkinkan user berinteraksi lebih bebas dengan perangkat mobile-nya, kalau ini dianggap lebih nyaman daripada langsung bekerja pada perangkat TV dan remote control-nya. Saat ini ia sedang mendalami feature-feature penting untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan. Hah, keamanan. BTW, apa bedanya security dengan privacy? Haha.

IEEE Comsoc: Digital TV

Tahun ini IEEE Indonesia Section dan chapter2 di bawahnya mengintensifkan serial2 seminar/lecturing di beberapa kota di Indonesia, secara paralel. Hey, melakukan serial secara paralel itu menarik :). Jadi, sementara serial 4G Mobile Technologies masih akan diselenggarakan di kota2 dan kampus2 lain, hari ini kami membuka serial baru: Digital TV. Seperti biasa, serial ini dibuka juga di Bandung; kali ini di Hotel Nalendra, Cihampelas.

Agak takjub dengan para peserta yang hadir dalam seminar hari ini. Kelas berat. Dari Bu Kusmarihati of Mastel (sebelumnya, beliau adalah Dirpem Telkom, Dirut Telkomsel, dan Ketua BRTI), beberapa Kepaja Jurusan dan pejabat dari Universitas2 (Universitas Hasanudin, Universitas Ahmad Yani, Universitas Maranatha, ITENAS, IT Telkom), wakil dari operator & provider (Telkom, XL Axiata, DAAITV, Nasio), dan beberapa profesional lain. Cukup kelas berat :).

Materi dalam seminar hari ini:

  • Muhammad Ary Murti, IEEE sebagai Organisasi Profesi
  • Arief Hamdani Gunawan, Digital TV & IPTV Network
  • Kuncoro Wastuwibowo, Video Coding, Compression, & Format
  • Irwan Prasetya Gunawan, Quality of Service & Quality of Experience
  • Satrio Dharmanto, Implementasi IPTV di Beberapa Negara

Dan barangkali karena cuaca Bandung yang merupakan paduan antara sinar matahari yang cerah dan udara yang sejuk, diskusi kali ini berlangsung amat seru dan hangat. Bukan saja di level implementasi bisnis dan engineering decision misalnya, tetapi sampai pemilihan formula matematis pun dibahas dengan asyiknya (Kenapa sih pakai DCT, bukan DFFT — haha. Dan asyiknya, aku punya jawabannya, haha). Andai seminar2 sebelumnya juga seseru ini :).

Seminar IEEE ini juga didukung Multikom sebagai sponsor. Ini untuk pertama kalinya IEEE Indonesia mulai menerima sponsorship dalam seminar2 mandiri yang dilakukannya. Berikutnya Digital TV akan disampaikan dalam bentuk lecturing di Universitas Bina Nusantara weekend depan. Aku harus memilih antara memberikan lecturing atau hadir di Wordcamp Indonesia. Keputusan yang sulit.

Di Bandung sendiri sedang ada kegiatan menarik. Telkom menyelenggarakan Speedy Games Championship II di Paris van Java hari ini dan besok. Dari Nalendra ini, kayaknya aku bakal meluncur ke PvJ. Dari mode serius, beralih ke mode game. Eh, game itu serius loh :D

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑