Page 82 of 210

Bintang Terang, Bintang Gelap

Kembali, kenapa malam itu gelap? Dan kenapa bintang bersinar terang? Sekilas tidak ada yang aneh. Malam gelap karena sebagian besar semesta terdiri atas ruang hampa, dan sebagian kecilnya adalah bintang-bintang serta materi gelap, dan bintang-bintang menyala karena tumbukan partikel akibat gravitasi yang besar mengakibatkan terjadinya pembakaran luar biasa. Tapi masalahnya, sekian ribu tahun setelah big bang, sebenarnya semesta berbentuk mirip sop panas yang homogen. Kenapa kemudian justru terjadi ruang hampa dingin dan bintang panas? Ini pelanggaran hukum termodinamika! Di mana-mana justru benda panas dan benda dingin yang dicampurkan akan membentuk kesetimbangan yang makin lama makin homogen, seperti yang sedang terjadi sekarang: bintang memberikan cahaya, kehilangan energi, sementara semesta dingin sisanya menerima cahaya dan suhunya meningkat. Ajaib bahwa di zaman dulu, pernah terbentuk bintang panas dan malam-malam dingin dari homogenitas.

Sop kita itu, yang terdiri dari radiasi-radiasi dan ion-ion yang terlalu panas untuk membentuk atom, sebenarnya tidak sepenuhnya homogen. Secara global memang homogen. Tapi di dalamnya selalu terjadi fluktuasi-fluktuasi lokal. Sementara semesta mengembang, kerapatan energi di dalamnya terus menurun, sampai suatu saat terjadi suhu yang cukup rendah yang memungkinkan terjadinya rekombinasi dan terbentuknya atom-atom. Fluktuasi yang terakhir tercetak sebagai bentuk semesta saat ini.

Kayak apa sih fluktuasinya? Sebenarnya kita tidak bisa menebaknya. Bisa isotermal (fluktuasi pada materi tapi tidak pada energi, sehingga energi/suhu tidak berubah), atau bisa juga adiabatik (fluktuasi pada materi dan energi). Yang mungkin adalah keduanya. Tapi mana yang dominan?

Ilmuwan Russia dan Eropa berbagi tugas soal ini. Orang Russia melakukan perhitungan dengan menganggap fluktuasi bersifat adiabatik, sementara orang Eropa menganggap fluktuasi bersifat isotermal.

Hasilnya: kalau fluktuasi bersifat isotermal, akan terbentuk inti pembentukan bintang yang sangat besar, lalu meledak menjadi jutaan inti yang jauh lebih kecil, lalu meledak lagi, dst … membentuk pola yang kita kenal masing-masing sebagai superkluster, galaksi, dan bintang. Super-superkluster, kalau ada. Sementara, kalau fluktuasi bersifat adiabatik, terbentuk ledakan yang tidak bersifat hirarkis, sehingga terbentuk galaksi dalam jumlah besar, tapi bersifat paralel. Jadi, melihat kondisi sekarang, nampaknya fluktuasi pada fase sop itu bersifat isotermal.

Ada hal lain yang mengejutkan dari perhitungan soal-soal galaksi ini. Galaksi itu mirip gunung es: bagian yang tampak hanya 10%-nya. Jadi kalau kita melihat galaksi sebagai kumpulan bintang cerlang, well, itu baru 10%. 90% anggota galaksi adalah bintang-bintang gelap yang mengelilingi bintang-bintang cerlang itu.

Gelap Malam

Gelapnya langit konon menyimpan berjuta rahasia. Masa? Dari kacamata ilmiah, gelapnya langit justru mengungkap banyak rahasia.

Waktu Isaac Newton menurunkan formulasi mekanika gravitasi, orang mulai bertanya: kenapa gravitasi tidak membuat bintang2 saling menarik dan saling menumbuk? Newton berkilah dengan berbagai asumsi-asumsi ajaib, termasuk bahwa besarnya semesta tak terhingga, sehingga semesta tidak terpusat, dan tidak memiliki pusat gravitasi tempat mereka seharusnya runtuh. Salah satu penerus Newton berkilah juga bahwa pada jarak dekat memang gravitasi bersifat saling menarik; tapi pada jarak jauh dia bisa berubah jadi saling menolak.

Fakta bahwa malam itu gelap membuka rahasia yang satu ini: semesta mengembang. Dengan kecepatan tinggi pula. Kalau semesta tidak mengembang, seluruh cahaya bintang dari segala arah akan mencapai mata kita di bumi, dan malam jadi terang benderang. Fakta bahwa semesta mengembang menghasilkan kesimpulan yang niscaya: semesta memiliki awal pada ruang kecil tempat segalanya berasal. Didukung fakta-fakta “geseran sinar merah” dan “radiasi latar belakang”, akhirnya kita mengenali sejarah semesta, yang kemudian dinamai dengan “big bang”.

Tapi kalau big bang benar terjadi, dan semesta mengembang dengan kecepatan tinggi, kanapa sampai tercipta bintang gemintang dan galaksi hingga supercluster?

Kembali kita meminta jawaban pada gelapnya malam.

On Atheism

Dari sekian banyak bukti tentang skenario yang menyusun semesta ini, dari skala terkecil, hingga skala terbesar, kenapa atheism masih jadi mode di kalangan ilmuwan?

Aku nggak mempermasalahkan kalau atheism jadi mode di kalangan para ignoramus, baik yang sok cuek maupun yang sok keren — mereka tetap ignoramus dan induhvidual.

Atheism pada para ilmuwan didorong kenyataan penting bahwa tokoh tuhan tidak bisa dibuktikan dengan sains. Benarkah? Ha-ha :). Aku pikir memang benar. Allah begitu adilnya pada manusia dari berbagai bangsa dan berbagai era: Allah selalu memberikan hanya tanda-tanda yang jelas tapi tidak pernah berupa pemaksaan “ilmiah”, agar manusia dari era manapun selalu sama-sama bisa memilih untuk merasakan atau untuk tidak merasakan kehadiran-Nya, tapi juga sama-sama tidak bisa melihat dengan cara apa pun kehadiran-Nya. Tapi … sambil menyusun keadilan itu sebagai skenario, Allah juga tidak pernah membiarkan manusia percaya diri akan apa yang disebut “kebenaran ilmiah”. Setiap era, selalu ada yang diragukan dari kompilasi metafora yang kita namai sebagai “metode ilmiah” itu. Bahkan ilmu fisika pun belum selesai mendefinisikan diri secara pe-de.

Hmmm, aku tahu Stephen Hawking bilang “memang belum selesai, tapi framenya jelas, dan tinggal perlu sedikit detail lagi”. Tapi kalimat serupa juga abad lalu diucapkan Maxwell, dan di abad sebelumnya diucapkan Newton, dan entah barangkali pernah diucapkan Aristoteles sekalian :). Feynman lebih jujur, dan selalu mengatakan “masih jauh dari solusi tunggal”, dan karena itu bukunya jadi tidak selaris Hawking :), biarpun Hawking belum pernah memperoleh hadiah Nobel.

Tentang tanda-tanda sendiri? Adanya skenario pengaturan semesta akan terbaca kalau kita mau mengamati semua ilmu-ilmu sekaligus tanpa melakukan pra-asumsi atheistik (yang sering mengaibatkan filtering fakta dengan menganggapnya invalid). Trus apa yang mau kita lakukan, btw? Memulai gerakan mnyusun wacaran lengkap untuk membuat orang-orang terbuka untuk mengenali tanda-tanda itu, lalu mengakui kehadiran Tuhan, lalu memeluk agama, dan mulai saling membunuh dengan mengatasnamakan agama? Kayaknya nggak deh. Kalau Allah berkehendak, semua orang di dunia akan beroleh hidayah. Tapi ternyata bukan itu yang dikehendaki-Nya.

Well … rayakanlah kehidupan apa adanya :).

Analyst

Well … akhirnya SK yang nggak diharapkan itu turun juga. Aku harus keluar dari IS department, dan beralih fungsi jadi semacam infocom business analyst. Tadinya sih aku bersuka cita aja dipekerjakan di tempat baru ini, dengan posisi masih di tempat lama — kayak yang dijanjiin salah satu senior yang mencalonkan aku masuk tempat ini. Tapi memang kayaknya kita belum terbiasa menghargai kata-kata kita sendiri.

OK, barangkali itu tugas pertama kita di sini :).

Dan kayaknya aku nggak bakal satu senti pun menjauh dari dunia IT. Business analyst punya tool yang berkait erat dengan customised database di tempat yang databasenya masih raw gini. Aku justru bakal harus sering2 jadi programmer lagi, kayak waktu belum masuk IS. Diambil hikmahnya aja deh, dan kelucuan-kelucuannya.

Jangan-jangan, kapan-kapan aku ketawa mendadak dan lama sekali, waktu akhirnya baru sadar bahwa aku paling nggak produktif nulis program justru waktu aku di IS.

Bantal Amazon

Dan buat kita-kita yang punya kegiatan tambahan waktu nerima paket buku dari Amazon — i.e. main-main bantalan plastik berbagai ukuran yang kayaknya dimaksudkan sebagai bonus — kali ini terjawablah salah satu yang bikin kita penasaran: bantalan-bantalan udara itu bukan dipasang oleh mesin, tapi oleh si ‘mbak yang tugasnya seharian (rada sok tau, biasa) masangin bantal buat pengganjal buku yang bakal dikirim ke seluruh penjuru dunia.

Tau nggak ya si ‘mbak, itu bantal-bantal yang dia pasang udah kita apain aja di sini :).

Gudang Amazon

Lagi asyik-asyik window-shopping di Amazon, tau-tau seorang rekan nyeletuk: Amazon kan bukan toko beneran — nggak punya gedung, nggak punya gudang.

Nah lo, abis baca majalah loakan di mana tuh?

Waktu Jeff Bezos mendirikan Amazon, dia memang cuma modal notebook dan uang secukupnya. Istrinya nyetir mobil kayak para pionir penjajah Amerika mengejar harapan di dunia baru di barat, sementara Jeff terus-menerus merancang business case di notebooknya. Dengan business case itu, dia memulai toko buku yang barangkali jadi toko buku pertama di web-world. Sejarah dimulai.

Tapi dengan jumlah customer yang mencapai puluhan juta sekarang, dari seluruh pelosok dunia, udah nggak mungkin Amazon beroperasi tanpa gedung. Ada beberapa gudang buku Amazon di beberapa negara di AS aja, belum yang di cabang-cabang Eropa dan Jepang.

My Blogger Code

Kurang kerjaan amat, malah bikin Blogger Code yang nyontek Geek Code itu. Ini hasilnya: B9 d++ t k+ s- u- f i- o+ x- e l- c-. Geek code masih tersimpan rapi di CV. Dih, CV kok pake Geek Code.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑