Page 59 of 210

Bahagia Pangkal Sehat

Beberapa link dari Google News menyampaikan paparan Dr Andrew Steptoe, seorang periset dari University College di London, yang menyimpulkan bahwa rasa bahagia membuat orang lebih sehat. Paparan itu menyampaikan bukti berupa hubungan hayati yang positif antara “positive sense of well-being” dengan peningkatan tingkat kesehatan wanita dan pria setengah baya. Paparan aslinya dimuat dalam “Proceedings of the National Academy of Sciences.”

“There’s a direct link between how we’re feeling and the biological processes which relate to illness and illness risk,” kata Dr. Steptoe. “Biology is going to be on the side of those people who are going to be in a more positive state of mind, and it may well stand these people in good stead for their future health.”

Tes telah dilakukan pada ratusan orang di Inggris selama beberapa waktu. Tiap peserta tes diberi beberapa percobaan, dan hidup dengan dimonitor, serta mengisi catatan harian. Hormon semacam kortisol juga diukur setiap dua jam oleh para peserta tes sendiri. Umumnya peserta tes mengakui bahwa kebahagiaan mereka tidak terpengaruh oleh jenis kelamin, status perkawinan, dan pendapatan.

Ini tentu sebenernya bukan berita besar. Sudah lama diketahui adanya link antara stress, kortisol, kekebalan, dan sebagainya. Tapi berita kayak gini memang perlu dimuat di semua koran dan weblog di seluruh dunia, kan? OK, kita teruskan.

“I can’t really prescribe how people should make themselves happier, because philosophers have failed at that for centuries,” kata Dr Steptoe. “But most of our sense of happiness seems to relate to having good relationships with family and friends, and that’s not something that can be maintained without some investment of effort, and keeping an appropriate balance. That balance, of course, is going to be different for different people.”

Dr. Albert Ray, koordinator peningkatan kesehatan di Kaiser Permanente Southern California di San Diego, menyampaikan: “I try to give people concrete things to do to help de-stress. Get a dog, get a cat, go out, play sports, go to their religious institution, do yoga, get married, have a relationship, go on a vacation, do things that can relax a person.”

Dia melanjutkan: “There’s no question that people with a positive attitude have lower blood pressure, suffer less illness, usually have lower cholesterol and better resistance to most infections. And when they do get sick, usually a positive attitude can result in shorter illness. And I think every doctor tries to tell their patient to get out and smell the flowers, go for a walk, read a book, and try and look on the bright side rather than have a negative outlook. It just seems sensible to reason. Even without being a doctor.”

Jadi? Berbahagialah. Jadi bahagia atau tidak itu keputusan Anda, bukan hasil karya lingkungan Anda. Dan kalau sudah bahagia, bersyukurlah; karena itu meningkatkan kebahagiaan Anda. Yeehaa!

Jenaka, Taqwa, Baik Hati

«Jadilah West yang jenaka, taqwa, dan baik hati.»

Gitu ditulis Papap sekian tahun lalu, waktu aku lagi dalam tahap pembentukan personality (sekarang tahap apa yach?). Papap suka nulis kalimat2 ajaib di dalam surat2nya, dan beberapa di antaranya sampai terbayang literatim verbatim di luar kepala. Mirip titah, yang memang nggak pernah dituntut, tapi menarik untuk dikejar. Dan cukup menarik, bahwa waktu orang tua lain pingin anaknya jadi pintar (biar dapat nilai tinggi, gampang cari kerja, dan cepat kaya), Papap pingin punya anak yang jenaka, taqwa, dan baik hati. Masih penasaran aku dengan urutan yang nggak lazim ini. Nggak kayak orang yang demen kategori dan kaku dalam birokras kan?

Beberapa tahun kemudian, waktu tekanan demi tekanan menempa diri, aku suka berbisik: «Pap, jenakanya udah. Taqwa sama baik hati mudah2n bisa menyusul.»

Papap sebenernya doyan berfilsafat, dan pernah jadi musuh yang menarik dalam diskusi filsafat (mind you, waktu2 itu aku nggak kenal nama Derrida atau semacamnya — Nietzsche udah yang paling modern). Kalau difilsafatin, sifat jenaka sebenernya mengacu ke kesukaan meletakkan pikiran dan perilaku secara out of frame. Dan yang menarik adalah bahwa diskursus kita, baik secara personal maupun kolektif, memang patut dipelesetkan. Dan dari situ kita melakukan penilaian kembali atas nilai-nilai. Barulah kita boleh berani memilih nilai yang jadi nilai kita dan kemudian tegak mengayuh hidup di atasnya. Dan pada sesi ini, baru kita jadi umat yang bertaqwa (bukan sekedar mengikut).

Dan baik hati? Ntar ah. Taqwa juga belum :).

Keracunan Obat

It was midnight. You tried to sleep. Badan mulai menggigil, tapi di sekitar tulang belakang terasa hangat. Ada yang terasa terus menerus ditarik dan dikontaksikan secara mikro. Dan kewaspadaan meningkat. Pikiran berputar ke segala penjuru dengan kelincahan luar biasa. If you think it is better to get up and do some creative things, think it again. Badan nggak bisa diangkat. Tekanan darah langsung drop. Dan nyaris nggak ada energi untuk benar-benar menegakkan badan. Ini semua efek sekumpulan obat yang dimaksudkan untuk melawan radang ringan. Mirip bom napalm yang dijatuhkan pemerintah AS untuk melawan para petani Vietnam.

Trus matahari terbit. Aku bangun masih tanpa energi. Dan betul-betul baru bisa berdiri lebih dari 5 menit jam 15.00. Dan aku kehilangan emosiku. Datar. Tanpa kekhawatiran, keceriaan, keinginan. Aku jadi Cyborg. Hidup hanya dengan pikiran.

Tapi apa sih jadinya kalau manusia hidup hanya dengan pikiran? Apa terus jadi mesin ekonomi? Nggak juga sebenernya. Yang sering bisa dipikirkan adalah life improvement dengan breakthrough yang realistik, dengan motivasi pribadi yang lebih bisa ditekan. Dan yang paling menarik adalah, kita menikmati jadi jujur tanpa khawatir. Jeleknya, kita kadang tampak temperamental tanpa bener-bener temperamental.

OK, dan suatu hari si emosi terbit lagi. Dengan otak yang masih mendendam sama mesin ekonomi raksasa, berupa realitas sosial yang dipaksakan, yang kadang bernama negara, hukum, atau agama.

Kenapa, misalnya, kita harus mengalirkan uang. Apa yang terjadi kalau Wagner harus bekerja dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam mencacahi pemasaran minyak bakar? Maksudku apa yang terjadi dengan dunia? Bukankah kita semua akan kehilangan salah satu mahakarya musikal terindah, dan terpaksa hidup dengan musik kampungan kayak Peter Pan? Dan apa Wagner harus disalahkan bahwa untuk menyusun mahakarya semacam itu dia harus terus menumpuk hutang untuk membiayai hidup?

Jadi biarlah semua uang di dunia diambil para pengagum uang (sekutu Anne Ahira masih terus membanjiri web ini dengan spam — persetan dengan mereka). Dan biarlah kita sisanya menertawai ketamakan mereka, lalu mengambil hal2 indah yang tersebar di dunia dan di antara hati-hati kita. Anda, para sahabatku, adalah sahabat, bukan prospek, bukan konsumen. Good businessman menjadikan konsumen menjadi sahabat. Evil businessman menjadikan sahabat jadi prospek dan konsumen. Hell to them. Hell juga untuk para rentenir yang mengejari Wagner dan Cosima, dan membuat kemanusiaan agung mereka jadi tercemari sifat antisemit. (Aku nggak punya keantian pada bangsa Yahudi, tapi entah kalau aku jadi Wagner yang tiap hari keluarganya dimaki-maki, dikejar-kejar, dan diteror rentenir yang di masa itu 90%-nya adalah orang Yahudi).

Hey, lucu kan apa yang dipikirkan dari sebuah melankoli yang masih merupakan efek obat yang masih tersisa. Nggak, obatnya nggak aku minum lagi. Mudah2an tulisan macam gini nggak akan kelihatan lagi di web ini.

L’Essentiel

The fox to the prince: «Voici mon secret. Il est très simple: on ne voit bien qu’avec le coeur. L’essentiel est invisible pour les yeux.»

The Prince to himself: «Aussi, le plus beau n’a pas pu être capturé par des appareils-photo. Le plus impressionnant n’a pas pu être écrit sur le weblog.»

φ, si Bilangan Emas

Bilangan Fibonacci diambil dari deret 1, 1, 2, 3, 5, 8, 11, dst, di mana suku ke n merupakan jumlah dari n-1 dan n-2. Konon zaman dahulu orang mau mencoba menyusun formula deretnya, yaitu untuk menentukan suku ke n, tanpa harus menghitung ulang dari 1 sampai n. Sampai sekarang konon formulanya belum ditemukan.

Yang menarik dari bilangan Fibonacci adalah bahwa rasio antara bilangan n dan n-1 dapat dihitung. Biarpun bentuknya tidak asimtotik (alih-alih lebih mirip gelombang teredam), dia memiliki nilai akhir yang terus didekati. Dan nilai finalnya tentu adalah sebuah bilangan x, di mana selisihnya dengan 1/x adalah tepat 1. Dengan kata lain, x-1=1/x. Atau x²-x-1=0. Dan dengan x=-b±√ (b²-4ac)/2a, kita peroleh x=½(√ 5+1). Atau 1,6180339887. Ini disebut sebagai bilangan emas, dinotasikan sebagai φ

Tapi kalau aku yang jadi penemunya, aku lebih suka menamai φ sebagai 1/x itu, yaitu 0,6180339887. Jadi angka 61803399 bisa dijual jadi nomor cantik.

φ sering nampak sebagai fenomena yang seolah-olah luar biasa (sebenarnya memang semesta itu luar biasa, tetapi jadi relatif biasa saja kalau dibandingkan dengan apa pun yang ada di dalam semesta sendiri). Banyak bagian dari semesta yang bertumbuh (ataupun meluruh) dengan deret Fibonacci: berkembang dari yang telah ada. Maka dalam jumlah sel yang besar (baik sel hidup maupun ‘sel’ tidak hidup), banyak rasio-rasio di dalamnya yang merupakan rasio dua bilangan Fibonacci serial tinggi, yaitu φ itu. Cangkang kerang bisa dijadikan permulaan. Kemudian telur. Dan bagian-bagian tubuh manusia sendiri.

Di salah satu serial ilmiah BBC, berjudul Face (lagi didiscount gede-gedean di swalayan terdekat), Leonardo Da Vinci palsu memanggil Lisa. “Hai Lisa, kemarilah, biar kulihat wajahmu.” Lalu dia sibuk mengukur lebar mata, hidung, mulut, pipi, dan lain-lain, dan melakukan perhitungan rasio-rasio di selembar papan tulis kecil; dan akhirnya dengan penuh kekaguman ia berseru, “Lisa, ternyata kamu cantik sekali!” sambil terus melihat hasil hitungnya di papan: φ. Lalu jadilah lukisan Mona Lisa.

Dokter bedah wajah (bukan palsu) yang jadi narasumber di situ yakin bahwa kecantikan kuantitatif memang bisa diukur dengan rasio-rasio Da Vinci itu. Dan sifatnya universal. Jadi kalau mau menguji apakah wajah Anda cantik, sila beli CD itu. Tapi perhatikan bahwa yang diukur adalah kecantikan kuantitatif.

Kawan Sofyan

«Tapi siapa yang memberi hak untuk memilih? Sistem kapitalis sekarang tidak adil tuan. Tidak akan pernah adil. Tuan pernah baca buku Naomi Klein yang sampulnya hitam dan judulnya tertulis no logo? Tidak.. tidak.. saya tidak menyalahkan tuan. Saya hanya ikut nyeri saat si rambut kusut menggigit kue sisa bersama laler dan tikus yang ngintip diantara tumpukan sampah. Jadi beruntunglah tuan jika masih bisa memilih. Sebab pilihan, di jaman ini, sangat tergantung berapa kapital yang kita miliki, dalam dompet, bank ataupun bentuk kapital lainnya. Jadi, siapa yang memberi hak untuk memilih.. Oh.. jangan menuduh saya sosialis. Apalagi dengan sufiks kiri.»

Abis menonaktifkan fade2bl.ac, Ahmad Sofyan memilih menggunakan tool weblog rakyat jelata (non-geek), yaitu blogger (yang juga aku pakai untuk weblog ini), dan memilih nama salah satu makanan favoritku untuk nama weblognya. So, kawan-kawan, inilah dia: somay.blogspot.com.

Kalau ada cukup leisure time (lagi langka nih), mungkin kita bisa menelaah (gubrak), kenapa beberapa kawan aku suka bener pakai nama makanan untuk jurnal mereka. Sebelum somay, kita kenal pangsit punya Harry Sufehmi, yang konon dipakai gara2 nama bakso diambil orang duluan. Kelaparan bener sih kalian?

Sekilas sejarah. Kawan Ahmad Sofyan diperkenalkan kawan Harry Sufehmi pada penulis tatkala musim semi mulai mengasuk udara Coventry di tahun 2001. Waaa, bahasanya, kacawww. Itu via mail doank. Trus kita ketemu bareng2 di pengajian Birmingham (sama Harry sekalian, yang ternyata sebelumnya pun belum pernah ketemu di daratan). Malam2, kita menyempatkan diri ngabur dari masjid, cari kebab di … di mana sih Har? Sekitaran Aston gitu bukan?

Last physical meeting dengan Sofyan, kalaw ingatanku tak berkhianat, adalah di Edinburgh. Aku woro2 ke banyak temen, mau jalan ke Skotlandia; tapi yang berminat bergabung cuman Sofyan dari London dan Fajar dari Birmingham. Dan kita ketemu di Edinburgh, sarapan telor sambil cuci muka setengah mandi di McD, dan berkeliling sampai ke sebagian kawasan highland. Lucu ya, selalu triumvirat, dan orang ketiganya harus orang Birmingham :).

So, mumpung Harry di Jakarta, Fajar di Jakarta, dan entah mau impor orang Birmingham yang mana lagi … gimana kalau kita bikin acara, Kawan Sofyan.

Ketidakpastian Heisenberg

18 Desember 1944. Dua puluhan orang mendengarkan presentasi fisikawan Jerman, Werner Heisenberg di Universitas Zurich. Pemenang Nobel Fisika itu memberikan paparan yang mengalir lancar, cepat, sambil mencoret-coret formula nyaris tanpa henti. Hanya dalam beberapa menit, papan tulis sudah penuh dengan formula. Salah satu pendengar, Morris Berg, menjadi gelisah. Dia sudah belajar bermalam-malam untuk mengikuti presentasi ini. Tetapi tetap ada sesuatu yang belum jelas baginya. Ketidakjelasan yang tidak mungkin ditanyakan. Hatinya diliputi ketidakpastian. Tangannya yang berkeringat meraba saku jaketnya, dan merasakan senjata otomatisnya di sana.

Berg adalah anggota OSS (dinas rahasia AS, pendahulu CIA). Tugasnya hari itu adalah menemukan apakah pihak Jerman sudah memiliki teknologi bom atom. Jika itu positif, maka satu-satunya cara menghentikannya adalah dengan menembak Heisenberg di situ juga, tepat di antara kedua mata cemerlangnya.

Misi jorok AS itu bukan semata keputusan para politisi. Ilmuwan sekelas Hans Bethe (yang begitu dikagumi Feynman) turut terlibat dalam upaya ini, dan bahkan mengajukan diri untuk melakukannya.

Lima tahun sebelumnya, tahun 1939, setelah banyak ilmuwan Eropa, termasuk Einstein, Fermi, Szilard, dll, bereksodus ke Inggris, dan kemudian ke AS; Heisenberg melakukan kuliah keliling di AS. Banyak rekan2nya yang mengajaknya pindah ke AS, tetapi Heisenberg menolak. Ia selalu merasa bahwa sebagai ilmuwan terkenal, ia bisa ikut andil meredam keganasan Nazi. Fermi sudah mengingatkan bahwa di Italia ia juga ilmuwan paling terkenal, tetapi fasisme tidak mungkin dilawan akal sehat. Heisenberg tetap kembali.

Kemudian Hahn dan Meitner tak sengaja menemukan teknologi membelah nuklir. Sementara pemerintah AS cuek dengan soal ini, pemerintah Jerman cepat tanggap. Ekspor Uranium dihentikan, impor Radium dilakukan besar2an, dan penyulingan air berat di Norwegia diintensifkan. Baru beberapa tahun kemudian pemerintah AS membentuk proyek Manhattan untuk membangun bom atom.

Heisenberg sempat mamaksa diri ke Kopenhagen untuk bertemu Bohr. Ini langkah yang sangat dicurigai pemerintahnya. Tapi juga dicurigai Bohr yang begitu dikagumi Heisenberg. Yang dilakukan Heisenberg adalah meminta Bohr menjadi mediator, untuk meyakinkan bahwa para ilmuwan sepakat tidak membantu pemerintah masing2 membangun bom atom. Bohr menolak, karena sangat tidak yakin akan niat Heisenberg. Apa jadinya kalau AS berhenti membuat bom atom, misalnya, tapi Jerman terus membuat? Misi pribadi Heisenberg justru dianggap sebagai misi mata-mata untuk menguji apakah pemerintah sekutu benar2 sedang membuat bom atom.

Dan pemerintah sekutu pun memiliki misi tersendiri yang akan dilakukan di Zurich sini. Di sini Berg ragu. Apakah ia sedang menghadapi duta perdamaian, atau antek fasis? Tapi akhirnya ia mengambil sikap di atas ketidakpastian. Ia tidak percaya Heisenberg siap membuat bom atom.

Kebetulan ia benar. Tapi, apakah Berg benar atau salah … hidup memang tidak harus ramah. Dan tentu, hidup memang identik dengan ketidakpastian. Terutama kalau Heisenberg dilibatkan.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑