4G? Satu lagi istilah dengan angka, menemani Web 2.0 dan Nagabonar Jadi 2, melanjutkan 3G dan 3.5G, serta jadi bahan permainan politisi, pakar-pakaran, media, dan kalangan industri. Negeri Malays, menurut salah satu media, mulai memberikan lisensi 4G. Tapi ternyata cuman WiMAX. Entah siapa yang kacau. Kalau pemerintah Malays yang kacau sih, wajar aja – siapa dulu Menteri Informasinya.
WiMAX sendiri merupakan implementasi suite standard 802.16 dari IEEE. Di lain pihak, IEEE tidak pernah menyebut 802.16 sebagai 4G. Tahun 2000 atau 2001, waktu 802.16 masih pre-standard, dan WiMAX masih WiMAN, IEEE memaparkan beberapa alternatif penerus 3G yang akan layak dinamai 4G. MBS salah satunya. Dan beberapa alternatif lain.
Tahun2 ini, IEEE kadang juga masih menggunakan jargon 4G. Tapi sering juga secara rendah hati disebut B3G (beyond 3G). Kalau kita menyebut sebuah perubahan generasi, kita harus secara jelas menyebutkan peralihan generasi teknologi; sedahsyat waktu analog (1G) pindah ke digital (2G), dan waktu connection-oriented (2G) pindah ke end-to-end packet-based connection (3G). Peralihan generasi bukan cuma soal kecepatan atau ukuran terminal.
Tapi memang harus diakui, bahwa desakan komersial memaksa 3G segera distandardkan dan diimplementasikan sebelum bisa disenadakan dengan prinsip2 3G asali, yang sempat disebut sebagai NGMN (NGN untuk mobile) dan bentuk ubiquitous communications system. Prinsip2 ini kemudian akan dituju dalam evolusi antara 3G dan 4G. Kita ketahui, 3G sendiri distandarkan dalam rilis2 yang sifatnya evolusioner. Release tahun 2000 memperkenalkan akses radio berkecepatan 2 Mb/s. Release 5 di tahun 2003 menambahkan IMS (Internet Multimedia Subsystem). Release 6 di tahun 2005 menspesifikasikan internetwork 3GPP dengan WLAN. Release 7 yang tengah disiapkan membahas lebih lanjut mobile internetworking antara 3GPP dan jaringan lain termasuk WiMAX, PAN, jaringan sensor, dan jaringan2 ad-hoc.
Jadi, bagaimana bentuk pastinya 4G? Sebenarnya bukan pertanyaan yang penting. Yang lebih penting adalah: ke mana pengembangan 3G berikutnya? Apakah 3GPP dan 3GPP2 kemudian dapat diblend lebih smooth. Bagaimana interwork yang elegan antara 3G dan bentuk komunikasi lainnya. Bagaimana akhirnya pendekatan yang terbaik untuk menuju ubiquitous communication system.
Weblog ini akan lebih diarahkan ke diskusi tentang hal ini. Tentu sambil tidak meninggalkan urusan buku2 yang menarik, musik yang mengesankan, temuan sains yang mendebarkan, dan … kopi :).
Di Jawa, kopi mula2 ditanam di sekitaran Jayakarta, meluas ke Jawa Barat, dan kemudian lebih diperluas ke Jawa Timur, serta kemudian ke luar Jawa. Varietasnya arabika. Sebuah pameran yang digelar di AS (dengan dana yang cukup besar, ditanggung industri kopi Jawa) membuat publik Amerika mulai mengenal kopi dan menjuluki minuman ini sebagai Java. Nusantara, khususnya Jawa, menjadi pengekspor kopi terbesar dan terbaik di dunia. Malangnya, terjadi wabah di tahun 1880an, yang memusnahkan kopi arabika yang ditanam di bawah ketinggian 1km dpl, dari Shri Lanka hingga Timor. Brasil dan Colombia mengambil alih peran sebagai eksportir kopi arabika terbesar, sampai kini. Sementara itu, varietas kopi di sebagian besar Jawa diganti dengan liberika. Tapi tak lama, wabah yang serupa memusnahkan varietas ini juga, sehingga akhirnya 90% kopi di Jawa diganti dengan varietas robusta, kecuali di tempat yang betul2 tinggi.


Yang dibahas tentu bukan cuma soal blogging. Ada banyak dunia di luar blogging :). Tetapi, keluar dari Citiwalk, kami berdua menghadapi ribuan siswa seBandung Raya yang berpawai membawa obor. Braga Lautan Obor? Tentu tidak. Ini adalah cara siswa siswi Bandung menunjukkan bahwa Bandung tak pernah kehilangan semangat asalinya: BANDUNG LAUTAN API.
Buku ini unik. Menyembunyikan kelengkapan dalam kesederhanaan. Lebih mirip kumpulan feature daripada paparan imiah, sehingga enak dicerna dalam waktu senggang sekalipun. Cerita CDMA dimulai dengan Hedy Lamarr, pemegang patent frequency hopping (lengkap dengan gambar skema), sekaligus pemain film bugil pertama (lengkap dengan foto), yang latar belakang patriotiknya mendorongnya mengembangkan ide CDMA ini. Kemudian Claude Shannon yang teorinya dapat digunakan untuk mengembangkan konsep komunikasi spread spectrum. Dan tentu Irwin Jacobs yang mengusung teknologi CDMA melalui Qualcomm. Dan sejarah digulirkan.
Saat mulai bermain dengan relativitas, Einstein mulai berbagi narasi bahwa waktu adalah dimensi yang sama dengan ruang. Dan dengan demikian ia mulai selau menulisnya sebagai besaran dimensi zeit-raum yang tunggal. Meneruskan permainan relativitas dan efek fotolistrik, ia berbagi diskursus yang lebih menarik: materi dan energi adalah entitas yang sama. E=mc2, dengan c sebuah tetapan yang hanya mengkonversi satuan. Tapi kalau ruang dan waktu memang sama, kenapa c harus punya nilai dan satuan. Berikan saja nilai 1. Kalau perlu satuan, c = 1 kaki per nanodetik :). Tapi kalau c tanpa satuan, kita bisa bayangkan bahwa waktu 1 nanodetik setara dengan jarak 1 kaki :) :). Kita teruskan dengan E = m. Kita bisa bercerita tentang massa sekian GeV tanpa harus mengkonversikan dalam hati menjadi kg. Dan, oh, kalau memang massa dan energi memang harus punya satuan (katakan eV), maka baik jarak maupun waktu sebagai dimensi ‘sebenarnya’ dapat dirumuskan sebagai inversi dimensi massa atau energi. Dengan demikian satuannya adalah eV-1. Kemudian … banyak hal2 menarik dari sini :), asal nggak terantuk sama angka 137.