Page 176 of 210

3477130

Si lembut hati merasa kehilangan catatan ini sih, jadi deh, aku publish lagi secepat ini. Tapi masa sih, berhenti go publicnya cuman kurang dari seminggu? Ah, aku nggak care lah. Anggap aja inevitable fate. Maju tak gentar, khalifah berlalu, apa lah …

3468397

Ke site Mas Budi, aku jadi inget, kenapa site aku bentuknya nggak jauh dari kotak-kotak dengan desain seadanya. Gara-gara Mas Budi tuh, bikin aturan strict amat buat site Isnet, padahal waktu itu aku lagi rada bernafsu ekspansi, haha. Tapi aku jadi ngerti alasan-alasan mendasar kenapa site dibuat kayak gitu. Dan aku menerapkan terus di website-website yang (masih) aku pegang. Kali memang pola pikir ini aneh, weird, dan sok. Tapi kan memang aku juga orangnya aneh, weird, dan sok. Pas donk buat aku.

Bukan berarti aku selalu seide sama Mas Budi. Waktu aku bilang mau sekolah, Mas Budi malah bilang, “Ngapain sekolah sekarang? Udah, bantuin saya dulu. Ada banyak proyek nih.” Aku nggak nurut, haha. Mumpung hari Pendidikan Nasional, aku mau ngingetin Mas Budi ah, bahwa beliau pernah jadi satu-satunya orang yang nggak setuju aku sekolah, biarpun kayaknya sambil becanda. Ntar tahun depan saya bantu-bantu deh, Mas.

3468240

Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku,

sebagai prasasti terima kasihku untuk pengabdianmu.

Engkau bagai pelita dalam kegelapan,

engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan,

engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa.

Tanggal 2 Mei hari apa, anak-anak?
tanya Mas Budi
.

Petani Jagung

Dari Mas Firson di Kibar:

Seorang wartawan mewawancari seorang petani untuk mengetahui rahasia di balik buah jagungnya yang selama bertahun-tahun selalu berhasil memenangkan kontes perlombaan hasil pertanian. Petani itu mengaku ia sama sekali tidak mempunyai rahasia khusus karena ia selalu membagi-bagikan bibit jagung terbaiknya pada tetangga-tetangga di sekitar perkebunannya.

“Mengapa anda membagi-bagikan bibit jagung terbaik itu pada tetangga-tetangga anda? Bukankah mereka mengikuti kontes ini juga setiap tahunnya?” tanya sang wartawan.

“Tak tahukah anda?,” jawab petani itu. “Bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila tanaman jagung tetangga saya buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang saya juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagung saya. Bila saya ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, saya harus menolong tetangga saya mendapatkan jagung yang baik pula.”

Foton Maju Mundur

Partikel bermuatan, misalnya elektron, memberikan reaksi lebih atas gaya dorong. Pasti muatan elektron itu berinteraksi dengan sesuatu, tapi dengan apa? Bukan dengan ruang hampa, tentu. Interaksi antar muatan selalu menggunakan gelombang elektromagnetik (atau dengan kata lain, foton). Tapi foton perlu waktu untuk bergerak antar partikel bermuatan, dan kalau si elektron itu sendirian di antara galaksi-galaksi, perlu waktu miliaran tahun bagi foton untuk terbang ke galaksi-galaksi, dan terbang kembali ke si elektron.

Lalu Feynman mengingatkan: teori relativitas khusus bilang, benda dengan kecepatan cahaya (termasuk cahaya atau foton itu sendiri donk) tidak memiliki skala waktu. Buat foton, waktu selalu nol, dan tidak perduli apa itu +0 atau -0. Dia bisa berlari selama 1 miliar tahun ke galaksi terdekat, lalu lari selama -1 miliar tahun ke mana-mana termasuk kembali ke elektron tadi. Dan bagi si elektron, itu berarti interaksi tanpa waktu. Tapi itu berarti si elektron bisa dibilang berinteraksi dengan semua partikel di semesta :), dan dari segala waktu :) :). Tentu semua interaksi itu dijumlahkan plus dan minus menghasilkan total reaksi yang cuman berujud geseran.

Setelah Feynman menyampaikan ini di tahun 1940, Pauli menyampaikan keberatan. Bahkan Feynman yang konon genius pun tidak bisa mengerti kata-kata Pauli lebih dari because of this this and this. Tetapi Einstein ada di situ juga, dan dia menjawab ringan, The theory seems possible. Setelah QED dirumuskan, fakta bahwa waktu buat foton bisa maju dan mundur dianggap tidak aneh lagi.

Foton dalam waktu mundur bisa dipertimbangkan sama dengan anti foton dengan waktu maju. Namun kita ingat, anti foton adalah foton itu sendiri

3431060

Ke mana aja Isnet sekarang?

Di Yogya, aktivis Isnet mendirikan Klinik Isnet tanggal 25 kemarin. Punya gedung sendiri pula, yang bakal dijadikan pusat kegiatan KZIS Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Abis TK Isnet punya Mas Pudjo di Tutugan, Mbak Ida (yang perpustakaannya baru jadi) mendorong lagi usulan SD Isnet. Sebetulnya di Jakarta udah ada Salam yang bergerak khusus buat masyarakat miskin, tapi report ke Isnet jarang masuk, jadi nggak tau ceritanya lagi. Banyak sekali pakar pendidikan di Isnet, dan beberapa di antaranya udah mengelola yayasan sendiri. Konon Gemintang juga dikelola alumni Isnet.

Mas Pudjo malah punya usulan menarik: Universitas Isnet. Sumberdaya manusia di Isnet pasti lebih dari cukup buat mewujudkan Universitas Isnet, kalau ada komitmen ke arah itu. Mas Arif Bijaksana udah mau ngerancang perpustakaannya.

Di dalam negeri (haha), Kibar (versi Isnet buat UK) baru mengaktifkan workshop untuk kegiatan praktis, a.l. di Sheffield kemarin. Aktivitas yang dikerjakan a.l. proyek bantuan buat pengungsi Poso (bukan hanya soal pengiriman dana), dan percobaan penerbitan buku.

3417322

File-file optel diupload ke https://kun.co.ro/optel. Belum sempat bikin interface-nya tapi. Padahal sebenernya nggak susah, cuman perlu ls dan character case.

3417316

Lho, kok masih nulis?

Masih lah yaw. Kegiatan menulis itu nggak bisa dihindari. Kalau nggak di Internet, aku pasti nulis di file. Kalau nggak ada komputer, aku nulis di halaman kosong di organiser aku. Kalau nggak bisa nulis, misalnya gara-gara punya setumpuk baju buat diseterika, aku nyanyi sendirian. And the song that I’m singing is the praise to non-believers kata John Denver.

Yang aku istirahatkan cuman mempublishkan bagian ini dulu. Itu pun sementara.

Ada waktunya, lain kali.

Hiatus

Khatib muda itu bermuka simpatik. Tidak sibuk menyalahkan orang lain, dia mengajak kita untuk mengamati diri sendiri, untuk melihat sejauh mana kita mempengaruhi orang-orang dekat kita. Apakah kita ikut berperan untuk membuat mereka lebih baik, atau malah lebih buruk. Kita memiliki tanggung jawab atas pengaruh kita pada orang lain, begitu dia sampaikan Jumat ini.

Kayaknya sebelumnya ada yang juga mempertanyakan: apa aku membawa pengaruh positif ke orang-orang dekat aku, atau cuman bikin berisik tetangga dengan Wagner. Wow, ekstropeksi yang menarik juga.

Kalau mau jujur sih, aku juga nggak tahu jawabannya. Misalnya catatan ini. Banyak yang berbasa-basi bilang bahwa catatan ini jadi inspirasi buat mereka. Tapi di luar soal basa-basi, apa sebenarnya catatan ini membuat orang lebih arif, lebih bisa bersyukur atas kasih sayang Allah, lebih mendekatkan diri pada Allah, lebih bekerja keras memicu pikiran daripada memakai acuan buta, lebih mencoba memahami kompleksitas pikiran dan perasaan orang lain? Kayaknya nggak sama sekali. Catatan ini jadi dekaden, lebih banyak berceloteh tanpa ujung pangkal tentang selera yang ganjil, humor yang kering, dan pikiran setengah jalan.

Barangkali sementara ini aku hentikan dulu catatan ini. Ada waktunya kita mulai, ada waktunya kita berhenti sebentar untuk menatap balik langkah kita, dan ada waktunya kita mulai lagi.

Hanya dengan kasih sayang Allah kita melangkahkan hidup kita, hanya kepada Allah kita menghadapkan hati kita.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑