Page 144 of 210

7775597

Bagian depan Kandatel Bandung memiliki tiga pintu depan. Satu pintu
utama yang tidak menyolok. Satu lagi pintu Pusyantel. Dan di antara
keduanya, adalah Masjid An-Nuur, yang tertanam di tengah-tengah gedung
Kandatel. Sebelum ada masjid ini, karyawan shalat di ruang masing-masing,
atau pojok-pojok ruang yang dijadikan mushola. Hanya di hari Jumat,
aula di lantai atas Gedung C dijadikan ruang shalat Jumat yang kekurangan
ventilasi — panas sekali. Waktu Ariawest berencana merenovasi Gedung C
untuk menempatkan sebagian kantor di sana, Pak Saleh mengusulkan untuk
membuat masjid permanen, dan tempatnya nggak tanggung-tanggung: di bagian
depan kantor. Dan bukan Pak Saleh kalau usulnya nggak pakai keras kepala.
Dana diambil dari swadaya maupun biaya pembinaan SDM. Lantai dan dinding
dilapis kayu. Dilengkapi AC dan sound system sampai CCTV. Dan kadang kita
bisa lihat Pak Saleh jadi pengawas pembangunan di tempat (memang sebelahan
dengan kantor beliau). Pooling dibuat untuk menentukan nama masjid. Pakai
kertas, bukan pakai web. Waktu akhirnya masjid jadi, diumumkan bahwa semua
mushola dibubarkan, dan karyawan dianjurkan shalat di masjid.

Bulan Ramadhan gini, di tahun-tahun sebelumnya, Masjid An-Nuur selalu punya
acara kuliah untuk mengisi waktu istirahat. Tepat waktu istirahat, kuliah
diawali dengan shalat Dhuhur, dan diikuti ceramah dan tanya jawab sampai
saat masuk kantor.

7765319

Cerita Pak Saleh lagi. Tapi, seperti juga cerita Ziggyt, aku tulis
cerita lucu tentang Pak Saleh justru karena sebenernya kelucuan
Pak Saleh itu hal yang langka. Beliau nyaris selalu serius. Kadang
angker, terutama kalau membahas komplain-komplain customer pemakai
layanan Telkom di Bandung.

Kelihatannya, justru akhirnya beliau tersingkir dari pentas Bandung
karena keseriusannya, bukan karena candaannya. Waktu banyak komplain
tentang WLL, Pak Saleh menseriusinya dengan mengajukan protes dari
yang lunak sampai yang akhirnya keras sekali ke Ariawest sebagai
pembangun WLL Jawa Barat. Terus … tersapu deh.

Terakhir aku ketemu beliau di Japati, waktu aku lagi diskusi soal
updating software analisis trafik (proyek bertahun-tahun), dan Pak
Saleh lagi ikut semacam rapat pimpinan di hall di sebelah. Senyum
beliau lebar sekali, dan sempat bikin aku khawatir bahwa lagi-lagi
berat badanku yang belum naik itu jadi sasaran candaan. Tapi ternyata
yang ditanyakan beliau malahan “Gimana jamaah?”

Kemas-Kemas

Sebenernya kurang kerjaan kali. Acara tulis menulis pun akhirnya membosankan juga. Notebook lebih banyak berfungsi jadi CD player, menemani acara baca-baca bacaan ringan. Yang terakhir: Effective C++ dari Scott Meyers (recommended). Plus sambil melayani dering telepon dan ketukan pintu yang nyaris 24 jam.

Sore tadi ngenganggu Alan si Mr Postman lagi, dan berhasil pulang dengan kardus Fedex yang bagus bener. Jadi ada kerjaan baru mulai malam ini. Mengemasi buku-buku buat dikirim pulang.

Sabtu kemaren, masih ketemu Harry dan Dani di Birmingham. Besok udah Sabtu lagi, ke Birmingham lagi ketemu Fajar. Dan dua Sabtu berikutnya, udah di Birmingham Airport, terbang pulang !

7735916

Iseng melakukan riset: mencobai beberapa online auction house di sekitar sini. Yang cukup terkenal: Ebay, QXL, Yahoo, plus beberapa yang lebih amatir, termasuk Amazon dan Freeserve. Yang dibeli juga benda-benda yang nggak mahal (atau benda mahal, tapi yang bisa dipastikan kalah).

Prosesnya diikuti dari ujung ke ujung. Pertama, bagaimana penjual dikomunikasikan dengan calon pembeli (calon pembeli yang satu ini cerewet bener, barang murah aja nanyanya sering amat, ngakunya riset lagi). Tentu juga komunikasi antara penjual dengan pemenang bid.

Bagian yang juga menarik adalah soal pembayaran. Ada yang mau online. Ebay menawarkan BillPoint. Ada juga yang memilih Paypal atau Nochex. Ada yang minta ditransfer via Paypal, tapi terus dia nggak bisa ngambilnya (hehe). Yang lebih klasik minta dikirimi cek, dan umumnya mereka cepat menguangkan (bagian dari riset untuk meneliti secepat apa mereka menguangkan cek). Juga ada yang minta dikirim cash lewat amplop. Heh, uang kertas kan paling kecil £5. Jadi akhirnya ujicoba deh kirim uang logam via pos. Eh, aman juga, cuman antik aja rasanya. Ada juga yang minta dikirim uang kertas, dilapis foil, dipagari dua kartu tebal, dan kartunya diselotip rapat, dan dikirim dalam amplop yang tampak wajar. Kesannya kayak jadi penyelundup aja.

Kapan-kapan ditulis sebagai laporan lengkap ah. Riset, apa kurang kerjaan ?

7700614

Chaikovskii* lagi, 1812 lagi, membosankan sekali. Di Bandung banyak sekali
CD dengan nama ini dan judul ini. Tapi kali ini yang maen kok kayaknya
pernah kedengeran. Göteborgs Symfoniker, dengan conductor Neeme Järvi.
Chorus, alih-alih instrument, jadi memperlembut bagian muka. Chorus digantikan
instrumen waktu adegan peperangan dimulai. Bagian ini justru dipercepat,
membentuk kontras yang tegas. Ini yang membuat interpretasi Göteborgs jadi
yang paling menarik dibandingkan sinfoni lainnya. Nggak rugi nih beli CD second
hand dengan harga sangat miring ini :). Di adegan setelah kemenangan perang,
Chorus yang bersemangat kembali mengisi, dengan canon yang … yang sayangnya
nggak menggelegar kayak versi … apa ya dulu yang aku denger pertama
kali. Yang jelas masih zaman kaset, belum CD.

* Tchaikovsky Chaikowskij Czaikovskii, tergantung cara melatinkan
huruf Cyrillic. Orang Inggris mengejanya Tchaikovsky, tapi juga Anton Chekhov (bukan Tchekhov)

7673367

Tapi nggak lama ada yang kerasa
asing. Tas yang tadinya ringan bener sekarang jadi terasa sangat berat. Kayaknya
badan aku yang udah lama disiksa mulai protes. Pulang ke Westwood Heath, sujud
syukur sejenak, dan badan nggak mau digerakkan lagi. Luruh seluruhnya.

Kelelahan macam ini nggak luar biasa sebenernya. Cuman gejala flu, yang berhasil
disembunyikan agak lama, dan memutuskan untuk tampil hari ini. Sekarang suara
serak lagi. Masih terdengar bisikan “Dan setelah selesai satu urusan, kerjakan
yang berikutnya” Tapi aku mau istirahat. “Dan hanya pada Tuhanmu kamu berserah.”

7673362

Pertanyaan terakhir, kata Tóny Shúttleworth akhirnya, dan tidak
terlalu teknis. Soal siapa yang kira-kira akan benyak memanfaatkan network
jenis ini. Dan dengan demikian assesment berakhir. Alhamdulillâh.
Presentasi bisa dijalankan dengan santai mirip waktu ngajar, dan tanya jawab
mirip diskusi sama sesama networker saja. Dan Trèvor Bídgood
menyalami “Good, good.”

Keluar ruangan, rasanya masih nggak percaya bahwa deretan panjang tugas-tugas
dan tes-tes dan assesment itu udah berakhir. Finish !!

7645891

Di tengah malam yang lain, di Cimahi, kita upgrade sentral Lucent’s 5ESS.
Kali ini yang memantau Pak Imam. Belum jadi Kabid Pelayanan Network, masih
Kadin Teknik Kandatel Bandung. Waktu pekerjaan hampir selesai, kita turun.
Baru Pak Saleh keliahatan datang. Pak Imam sekilas melaporkan progress
kegiatan. Juga memuji-muji anak buahnya yang berdedikasi tinggi kerja
nyaris 24 jam hari itu. Pak Saleh menjawab pendek-pendek. Trus matanya
menangkap aku yang lagi mojok dengan bajigur. “Tapi yang satu itu merusak
nama baik perusahaan!” Aku udah mikir, “Usil lagi nih.” Tapi Pak Imam
menengok kaget. “Ada apa, Pak?”

“Masa, sudah kerja berapa tahun masih kurus kayak gitu. Apa kata orang nanti
tentang kesejahteraan karyawan Telkom?”

Pak Imam, lepas dari kekageten, ketawa kerassss sekali. Baru tau diaaaa :).

7645886

Aku pertama ketemu Pak Saleh waktu switch over Sentral Batujajar, suatu tengah
malam di 1994. “Masih baru ya?” tanya beliau. “Duduk di sini, sebelah saya,”
katanya. Abis pidato-pidato, deretan pisang rebus, kacang rebus, dan gorengan
mulai keluar. “Nah ini,” kata beliau sambil memindahkan semua makanan ke depan
aku, “Dimakan semua biar cepat gemuk.”

Sekitar dua tahun berikutnya, aku udah mulai ikut sibuk di acara-acara tengah
malam kayak gitu. Di Tanjungsari, switch over yang lain, Pak Saleh udah datang
duluan. Baru aku turun dari mobil, Pak Saleh udah manggil di tengah staf-stafnya,
“Koen, Koen, cepet sini, penting!” Wah, ada yang kacau nih. Lari aku. Begitu
dekat, Pak Saleh dengan gaya serius meneruskan, “Cepetan nih dimakan, sebelum
kehabisan. Kamu awet kurus aja.” Syuh, legaaaa.

Kadang aku pikir, sebagai kepala kantor, beliau rada overdosis dengan kegiatan
tengah malam. Mana paginya pasti masuk kerja, waktu kita pada bolos.

7645877

Mengisi rehat sejenak dengan cerita tentang Pak Saleh. Dulunya beliau kepala
kantor daerah telekomunikasi Bandung.
Pak Saleh itu orangnya tegas, jujur, dan selalu care pada siapa pun. Paling
anti kalau ada yang memanfaatkan fasilitas dinas untuk urusan pribadi.
Masa sih ?

Kayak biasa, suatu malam aku pulang kemalaman lagi. Dan bukan pertama kali, aku
ketemu Pak Saleh yang suka kemalaman pulang juga, lagi menyetir sendiri Escudo
warna gelapnya.

“Naik apa Koen?” “Ya naik angkot, Pak.” Dia senyum dikit, terus ..
“Bareng aja yuk!” “Terima kasih Pak. Tapi kan arahnya beda.”

“Udah lah, sekali-sekali saya antar,” kata beliau sambil ketawa lebar. Terus
ditambahin “Cuman tiga ratus aja kok.”

Gile benerrrrrrr, Escudo dinas kepala kantor diomprengin!!!

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorĂ©nUp ↑