Page 144 of 210

Stuff of the River

Tapi barangkali masih seperti itu juga kondisi kita sekarang. Umat
dihancurkan. Persatuan dan persaudaraan diceraiberaikan. Saudara-
saudara kita dibunuhi setiap hari tanpa henti. Tapi kita masih bisa
nyenyak tidur. Dan masih sibuk bertikai dan mencaci.

Barangkali (stuff of the river), di Afghanistan, AS akan mengulangi
strategi mereka di Iraq. Di Iraq, Saddam Hussein tidak dijatuhkan,
walapun barangkali bisa. Kalau Saddam dijatuhkan, lalu penggantinya
bisa membuat Iraq yang lebih baik dan berkembang pesat, maka Israel
akan terancam. Kondisi di sana memang harus dibikin labil.

Maka Saddam tidak dijatuhkan. Si perampok itu dibuat tetap dapat
menekan rakyatnya, sehingga nyaris tidak mungkin terbentuk pemberontakan
yang kuat; tetapi Saddam juga ditekan agar tidak bisa kuat. Jadi di
sana hanya ada segerombolan masyarakat lemah.

(Di tahun 1991, Tariq Azis mengatakan bahwa pendudukan Kuwait oleh Iraq
sudah dikonfirmasikan ke AS, dan AS tidak menanggapi negatif, yang
ditafsirkan Iraq sebagai restu. Ini strategi AS untuk bisa membuat
pangkalan permanen di kawasan teluk).

Di Afghanistan, barangkali Taliban tidak akan dikalahkan total, agar
terjadi ketidakstabilan permanen di negara itu. Barangkali juga
Taliban dihabisi, karena toh kekuatan sekutu utara juga sudah
potensial sebagai biang perpecahan, seperti semasa Taliban belum
berusaha menegakkan hukum di sana.

Di mail buat Prof Yoder, aku menulis bahwa bukan berarti semua orang
Amerika jahat. Cuma memang politisinya sungguh-sungguh kriminal. Bukan
juga karena mereka orang Amerika. Pendahulu mereka pun sudah suka
mengabaikan urusan-urusan moral dan etika demi kepentingan hegemoni
negara.

Tapi yang jadi soal sebenarnya: mengapa kita mudah sekali
dipecah belah ? Mengapa perbedaan pandangan saja harus diperuncing
jadi permusuhan ? Kenapa kita lebih suka bersekutu dengan kriminal
daripada dengan sesama ?

7796392

Cerita ini terjadi sebelum Masjid An-Nuur dibangun. Di Lt V, udara
selalu panas karena kurangnya ventilasi. Tapi sang khatib tetap
bersemangat. “Kita, umat Islam sekalian, adalah makhluk yang paling
beruntung,” demikian beliau sampaikan. “Di luar sana banyak orang
yang tertekan hidupnya. Kaya raya, makan cukup, tetapi hatinya tidak
tenang. Tinggal di rumah mewah, dengan tempat tidur yang empuk dan
nyaman, tetapi tidak bisa tidur nyenyak.” Kemudian beliau membandingkan,
“Tapi kita di sini, biarpun hidup dengan penghasilan sekedarnya, biarpun
tidak diberi tempat tidur, biarpun belum makan siang, bisa tidur
nyenyak di masjid.”

Langsung banyak mata setengah terpejam jadi terbelalak.

7775597

Bagian depan Kandatel Bandung memiliki tiga pintu depan. Satu pintu
utama yang tidak menyolok. Satu lagi pintu Pusyantel. Dan di antara
keduanya, adalah Masjid An-Nuur, yang tertanam di tengah-tengah gedung
Kandatel. Sebelum ada masjid ini, karyawan shalat di ruang masing-masing,
atau pojok-pojok ruang yang dijadikan mushola. Hanya di hari Jumat,
aula di lantai atas Gedung C dijadikan ruang shalat Jumat yang kekurangan
ventilasi — panas sekali. Waktu Ariawest berencana merenovasi Gedung C
untuk menempatkan sebagian kantor di sana, Pak Saleh mengusulkan untuk
membuat masjid permanen, dan tempatnya nggak tanggung-tanggung: di bagian
depan kantor. Dan bukan Pak Saleh kalau usulnya nggak pakai keras kepala.
Dana diambil dari swadaya maupun biaya pembinaan SDM. Lantai dan dinding
dilapis kayu. Dilengkapi AC dan sound system sampai CCTV. Dan kadang kita
bisa lihat Pak Saleh jadi pengawas pembangunan di tempat (memang sebelahan
dengan kantor beliau). Pooling dibuat untuk menentukan nama masjid. Pakai
kertas, bukan pakai web. Waktu akhirnya masjid jadi, diumumkan bahwa semua
mushola dibubarkan, dan karyawan dianjurkan shalat di masjid.

Bulan Ramadhan gini, di tahun-tahun sebelumnya, Masjid An-Nuur selalu punya
acara kuliah untuk mengisi waktu istirahat. Tepat waktu istirahat, kuliah
diawali dengan shalat Dhuhur, dan diikuti ceramah dan tanya jawab sampai
saat masuk kantor.

7765319

Cerita Pak Saleh lagi. Tapi, seperti juga cerita Ziggyt, aku tulis
cerita lucu tentang Pak Saleh justru karena sebenernya kelucuan
Pak Saleh itu hal yang langka. Beliau nyaris selalu serius. Kadang
angker, terutama kalau membahas komplain-komplain customer pemakai
layanan Telkom di Bandung.

Kelihatannya, justru akhirnya beliau tersingkir dari pentas Bandung
karena keseriusannya, bukan karena candaannya. Waktu banyak komplain
tentang WLL, Pak Saleh menseriusinya dengan mengajukan protes dari
yang lunak sampai yang akhirnya keras sekali ke Ariawest sebagai
pembangun WLL Jawa Barat. Terus … tersapu deh.

Terakhir aku ketemu beliau di Japati, waktu aku lagi diskusi soal
updating software analisis trafik (proyek bertahun-tahun), dan Pak
Saleh lagi ikut semacam rapat pimpinan di hall di sebelah. Senyum
beliau lebar sekali, dan sempat bikin aku khawatir bahwa lagi-lagi
berat badanku yang belum naik itu jadi sasaran candaan. Tapi ternyata
yang ditanyakan beliau malahan “Gimana jamaah?”

Kemas-Kemas

Sebenernya kurang kerjaan kali. Acara tulis menulis pun akhirnya membosankan juga. Notebook lebih banyak berfungsi jadi CD player, menemani acara baca-baca bacaan ringan. Yang terakhir: Effective C++ dari Scott Meyers (recommended). Plus sambil melayani dering telepon dan ketukan pintu yang nyaris 24 jam.

Sore tadi ngenganggu Alan si Mr Postman lagi, dan berhasil pulang dengan kardus Fedex yang bagus bener. Jadi ada kerjaan baru mulai malam ini. Mengemasi buku-buku buat dikirim pulang.

Sabtu kemaren, masih ketemu Harry dan Dani di Birmingham. Besok udah Sabtu lagi, ke Birmingham lagi ketemu Fajar. Dan dua Sabtu berikutnya, udah di Birmingham Airport, terbang pulang !

7735916

Iseng melakukan riset: mencobai beberapa online auction house di sekitar sini. Yang cukup terkenal: Ebay, QXL, Yahoo, plus beberapa yang lebih amatir, termasuk Amazon dan Freeserve. Yang dibeli juga benda-benda yang nggak mahal (atau benda mahal, tapi yang bisa dipastikan kalah).

Prosesnya diikuti dari ujung ke ujung. Pertama, bagaimana penjual dikomunikasikan dengan calon pembeli (calon pembeli yang satu ini cerewet bener, barang murah aja nanyanya sering amat, ngakunya riset lagi). Tentu juga komunikasi antara penjual dengan pemenang bid.

Bagian yang juga menarik adalah soal pembayaran. Ada yang mau online. Ebay menawarkan BillPoint. Ada juga yang memilih Paypal atau Nochex. Ada yang minta ditransfer via Paypal, tapi terus dia nggak bisa ngambilnya (hehe). Yang lebih klasik minta dikirimi cek, dan umumnya mereka cepat menguangkan (bagian dari riset untuk meneliti secepat apa mereka menguangkan cek). Juga ada yang minta dikirim cash lewat amplop. Heh, uang kertas kan paling kecil £5. Jadi akhirnya ujicoba deh kirim uang logam via pos. Eh, aman juga, cuman antik aja rasanya. Ada juga yang minta dikirim uang kertas, dilapis foil, dipagari dua kartu tebal, dan kartunya diselotip rapat, dan dikirim dalam amplop yang tampak wajar. Kesannya kayak jadi penyelundup aja.

Kapan-kapan ditulis sebagai laporan lengkap ah. Riset, apa kurang kerjaan ?

7700614

Chaikovskii* lagi, 1812 lagi, membosankan sekali. Di Bandung banyak sekali
CD dengan nama ini dan judul ini. Tapi kali ini yang maen kok kayaknya
pernah kedengeran. Göteborgs Symfoniker, dengan conductor Neeme Järvi.
Chorus, alih-alih instrument, jadi memperlembut bagian muka. Chorus digantikan
instrumen waktu adegan peperangan dimulai. Bagian ini justru dipercepat,
membentuk kontras yang tegas. Ini yang membuat interpretasi Göteborgs jadi
yang paling menarik dibandingkan sinfoni lainnya. Nggak rugi nih beli CD second
hand dengan harga sangat miring ini :). Di adegan setelah kemenangan perang,
Chorus yang bersemangat kembali mengisi, dengan canon yang … yang sayangnya
nggak menggelegar kayak versi … apa ya dulu yang aku denger pertama
kali. Yang jelas masih zaman kaset, belum CD.

* Tchaikovsky Chaikowskij Czaikovskii, tergantung cara melatinkan
huruf Cyrillic. Orang Inggris mengejanya Tchaikovsky, tapi juga Anton Chekhov (bukan Tchekhov)

7673367

Tapi nggak lama ada yang kerasa
asing. Tas yang tadinya ringan bener sekarang jadi terasa sangat berat. Kayaknya
badan aku yang udah lama disiksa mulai protes. Pulang ke Westwood Heath, sujud
syukur sejenak, dan badan nggak mau digerakkan lagi. Luruh seluruhnya.

Kelelahan macam ini nggak luar biasa sebenernya. Cuman gejala flu, yang berhasil
disembunyikan agak lama, dan memutuskan untuk tampil hari ini. Sekarang suara
serak lagi. Masih terdengar bisikan “Dan setelah selesai satu urusan, kerjakan
yang berikutnya” Tapi aku mau istirahat. “Dan hanya pada Tuhanmu kamu berserah.”

7673362

Pertanyaan terakhir, kata Tóny Shúttleworth akhirnya, dan tidak
terlalu teknis. Soal siapa yang kira-kira akan benyak memanfaatkan network
jenis ini. Dan dengan demikian assesment berakhir. Alhamdulillâh.
Presentasi bisa dijalankan dengan santai mirip waktu ngajar, dan tanya jawab
mirip diskusi sama sesama networker saja. Dan Trèvor Bídgood
menyalami “Good, good.”

Keluar ruangan, rasanya masih nggak percaya bahwa deretan panjang tugas-tugas
dan tes-tes dan assesment itu udah berakhir. Finish !!

7645891

Di tengah malam yang lain, di Cimahi, kita upgrade sentral Lucent’s 5ESS.
Kali ini yang memantau Pak Imam. Belum jadi Kabid Pelayanan Network, masih
Kadin Teknik Kandatel Bandung. Waktu pekerjaan hampir selesai, kita turun.
Baru Pak Saleh keliahatan datang. Pak Imam sekilas melaporkan progress
kegiatan. Juga memuji-muji anak buahnya yang berdedikasi tinggi kerja
nyaris 24 jam hari itu. Pak Saleh menjawab pendek-pendek. Trus matanya
menangkap aku yang lagi mojok dengan bajigur. “Tapi yang satu itu merusak
nama baik perusahaan!” Aku udah mikir, “Usil lagi nih.” Tapi Pak Imam
menengok kaget. “Ada apa, Pak?”

“Masa, sudah kerja berapa tahun masih kurus kayak gitu. Apa kata orang nanti
tentang kesejahteraan karyawan Telkom?”

Pak Imam, lepas dari kekageten, ketawa kerassss sekali. Baru tau diaaaa :).

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑