Page 134 of 210

75944941

Pikiran Rakyat 27 April 2002, Bandung Raya.

KONDISI jalanan yang rusak, khususnya di kota Bandung, terus menjadi topik pembicaraan. …. Dalam sepekan terakhir ini, topik jalan rusak ini jadi guyonan menarik di beberapa milis. Salah satunya di milis bandung-raya¤yahoogroups·com. … ynugraha¤yahoo·com usul kepada Dinas Pariwisata Kota Bandung untuk bikin “Paket Wisata Off Road Kota Bandung”. Karena prasarananya sudah tersedia.

Sementara itu, kuncoro¤online·fr punya usulan unik lain. Menurutnya, mumpung lagi musim ganti nama jalan, jalan yang paling jelek itu diganti saja namanya dengan Jl. AA Tarmana, Jl. H Nuriana, dsb. Maksudnya, biar pemerintah memberi perhatian serius. Usulan itu kontan ditambahi guyonan lainnya. “Jalan yang bagus namanya Jl. AA Gymnastiar,” komentar made¤telkom·co·id. Sedangkan, “Jalan panjang berliku-liku namanya Jl. AWI (Aria West International, red),” canda djokobs¤divre3·telkom·co·id.

Ziggyt

Kayak apa sih Sigit itu? Gitu tanya temen yang konon suka ke site ini. Heh, taunya ada juga foto Sigit di archive. Ini jaman kita masih rada proletar. Sekarang Sigit agak gemukan, dan udah nggak bertanduk.

Diin Progresif

Toh sejak paruh akhir abad 20, para psikolog sudah memandang sifat dasar
manusia yang positif, progresif, dan sosial. Manusia punya kecenderungan dasar untuk mencari kebenaran, untuk menegakkan visi, untuk terus berkembang.

Dan sebenarnya: untuk merengkuh Rabbnya dan Ilahnya. Untuk hidup sesuai dengan diin-nya.

Tiap individu dibekali dengan cara yang berbeda, hidup yang berbeda, dan fungsi yang berbeda, untuk akhirnya bersama-sama menjalani diin-nya, tanpa harus membentuk penyeragaman nilai-nilai. Justru sambil terus menerus memperbaharui nilai-nilai kita.

Duh, yang terakhir kok jadi mirip Nietzsche yah.

Diin Konservatif & Liberal

Sebuah diin tidak diciptakan untuk manusia. Tapi, diin dan manusia dan
semesta diciptakan dari suatu kesatuan. Jadi memang akan selalu harmonik.

Kaum agamawan konservatif dan liberal sama-sama mengira bahwa kemanusiaan tidak sesuai dengan diin. Kaum konservatif jadi percaya bahwa manusia harus dipaksa, didorong, dikejar-kejar untuk melaksanakan nilai-nilai agama; dan sebaliknya kaum liberal jadi percaya bahwa nilai-nilai agama harud didefinisikan ulang agar nyaman bagi manusia dan pola hidup kontemporernya.

Dua-duanya terjebak ke dalam jebakan yang sama yang menimpa kaum psikolog awal abad 20 yang dipimpin Freud.

Diskursus Diin

Memang gampang sekali cari musuh dengan menyebut soal keanekaragaman diskursus dalam diin. Orang lebih suka membayangkan sebuah diin sebagai satu cara, satu pola, satu hukum. Itu muskil. Manusia dan masyarakat memang diciptakan berbeda. Barangkali, dalam perkembangan diin, kita terlalu banyak menyerap ide-ide dari agama-agama kuno dengan sistem kependetaannya, juga dari konsep nasionalis dan ideologi-ideologi, lengkap dengan struktur-struktur kesatuan ide-nya. Jadi diin dipaksakan untuk dipetakan ke dalam sistem agama atau sistem ideologi lain, bukan sebagai sebuah cara hidup yang manusiawi.

Karang Tajam

Lautan tanpa batas dan membekukan.Karang tegar terhujam tajam.Barangkali memang kekuatan itu anugerah. Tapi justru nilai kehidupan terletak pada kemauan kita menghadapi segala rintangan dengan berbekalkan kelemahan dan keterbatasan kita.

K2001

Biglieri

Weekend ini IEEE Indonesia Section menampilkan Ezio Biglieri di Bandung, untuk short course bertema Coding and Modulation for Wireless Channels. Pas bener sama hobby baru aku ;). Lokasi di Bandung pula.

Tapi mahal :) :) :) :) :).

Decision … decision … decision.

Mehra tentang Dirac

Mehra bercerita tentang Paul Dirac:

Tahun 1955, Mehra pindah ke Cambridge dari Göttingen. Seorang sahabat yang tahu bahwa Mehra mengagumi Dirac mengajak datang ke St John’s College, untuk makan di High Table, karena biasanya Dirac hadir di sana. Cuaca sangat buruk, tapi mereka memang berjumpa di sana. Mereka duduk. Mehra merasa bahwa umumnya orang Inggris memulai percakapan dengan cuaca. Jadi ia memulai: “It’s very windy, Professor.”

Mereka diam lagi. Tak lama Dirac berdiri meninggalkan mereka. Ia pergi ke arah pintu. Membukanya. Melihat ke luar. Menutup lagi. Lalu ia kembali. Duduk lagi. Lalu ia berkata, “Yes.”

Dirac tentang Hilbert

Dirac bercerita tentang Hilbert:

Hilbert bertemu rekannya sesama fisikawan, Franck. Dengan tak sabar, ia menceritakan kekesalannya tentang istrinya. Franck heran, ada apa sih?

Lalu Hilbert cerita. “Pagi ini tanpa sengaja saya sadar bahwa istri saya tidak memberi telur untuk sarapan. Hanya Tuhan yang tahu sudah berapa lama hal itu terjadi.”

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑