Diin Progresif

Toh sejak paruh akhir abad 20, para psikolog sudah memandang sifat dasar
manusia yang positif, progresif, dan sosial. Manusia punya kecenderungan dasar untuk mencari kebenaran, untuk menegakkan visi, untuk terus berkembang.

Dan sebenarnya: untuk merengkuh Rabbnya dan Ilahnya. Untuk hidup sesuai dengan diin-nya.

Tiap individu dibekali dengan cara yang berbeda, hidup yang berbeda, dan fungsi yang berbeda, untuk akhirnya bersama-sama menjalani diin-nya, tanpa harus membentuk penyeragaman nilai-nilai. Justru sambil terus menerus memperbaharui nilai-nilai kita.

Duh, yang terakhir kok jadi mirip Nietzsche yah.