Rangkasbitung juga adalah kota yang punya jalan dengan nama Kuncoro :)
Page 133 of 210
Syukurlah, akhirnya aku sampai Rangkasbitung. Tadinya, ini satu-satunya Kandatel di Divre 3 yang belum pernah aku kunjungi. Suasana yang berbeda udah kerasa dari pasar Balaraja, wilayah Banten di luar tol. Memang ada nuansa yang beda dengan negeri pasundan.
Kakandatel Rangkasbitung sendiri orangnya kalem bener, tapi terbuka dan kreatif. Di belakang Kandatel, dibangun sebuah masjid. Di situ, rutin ada jamaah Dhuhur dan Ashr, dengan kakandatel yang jadi imam, plus memberikan kuliah beberapa menit setelah shalat (plus adzan juga, kadang-kadang).
Rangkasbitung itu ibukota kabupaten Lebak. Bupati Lebak tinggal di eks rumah Douwes Dekker a.k.a. Multatuli, kolonis Belanda yang mendadak jadi humanis itu. Nggak ada yang khas di bangunan itu, selain klasik dan terpelihara seperti aslinya. Kita talk beberapa saat tentang e-government dan infrastrukturnya. Tapi konsentrasi suka terpecah ke interior klasik di dalam gedung itu.
Buku-buku berjajar panjang di rak panjang, dengan penjaga
yang tampak bosan. Buku-buku turut bosan, menggumamkan
diskursus yang tak juga berubah, betapapun kita berteriak
“reinvent! reinvent!” dan semacamnya.
Aku tanya ke cermin, siapa yang bikin hikin reinvent jadi
kata usang, dan cermin menampakkan wajah yang itu-itu lagi.
Dengan rambut yang rada lucu, memang.
Setidaknya proses reinventing pun bisa punya rambut.
Pikiran Rakyat 27 April 2002, Bandung Raya.
KONDISI jalanan yang rusak, khususnya di kota Bandung, terus menjadi topik pembicaraan. …. Dalam sepekan terakhir ini, topik jalan rusak ini jadi guyonan menarik di beberapa milis. Salah satunya di milis bandung-raya¤yahoogroups·com. … ynugraha¤yahoo·com usul kepada Dinas Pariwisata Kota Bandung untuk bikin “Paket Wisata Off Road Kota Bandung”. Karena prasarananya sudah tersedia.
Sementara itu, kuncoro¤online·fr punya usulan unik lain. Menurutnya, mumpung lagi musim ganti nama jalan, jalan yang paling jelek itu diganti saja namanya dengan Jl. AA Tarmana, Jl. H Nuriana, dsb. Maksudnya, biar pemerintah memberi perhatian serius. Usulan itu kontan ditambahi guyonan lainnya. “Jalan yang bagus namanya Jl. AA Gymnastiar,” komentar made¤telkom·co·id. Sedangkan, “Jalan panjang berliku-liku namanya Jl. AWI (Aria West International, red),” canda djokobs¤divre3·telkom·co·id.
Kayak apa sih Sigit itu? Gitu tanya temen yang konon suka ke site ini. Heh, taunya ada juga foto Sigit di archive. Ini jaman kita masih rada proletar. Sekarang Sigit agak gemukan, dan udah nggak bertanduk.
Toh sejak paruh akhir abad 20, para psikolog sudah memandang sifat dasar
manusia yang positif, progresif, dan sosial. Manusia punya kecenderungan dasar untuk mencari kebenaran, untuk menegakkan visi, untuk terus berkembang.
Dan sebenarnya: untuk merengkuh Rabbnya dan Ilahnya. Untuk hidup sesuai dengan diin-nya.
Tiap individu dibekali dengan cara yang berbeda, hidup yang berbeda, dan fungsi yang berbeda, untuk akhirnya bersama-sama menjalani diin-nya, tanpa harus membentuk penyeragaman nilai-nilai. Justru sambil terus menerus memperbaharui nilai-nilai kita.
Duh, yang terakhir kok jadi mirip Nietzsche yah.
Sebuah diin tidak diciptakan untuk manusia. Tapi, diin dan manusia dan
semesta diciptakan dari suatu kesatuan. Jadi memang akan selalu harmonik.
Kaum agamawan konservatif dan liberal sama-sama mengira bahwa kemanusiaan tidak sesuai dengan diin. Kaum konservatif jadi percaya bahwa manusia harus dipaksa, didorong, dikejar-kejar untuk melaksanakan nilai-nilai agama; dan sebaliknya kaum liberal jadi percaya bahwa nilai-nilai agama harud didefinisikan ulang agar nyaman bagi manusia dan pola hidup kontemporernya.
Dua-duanya terjebak ke dalam jebakan yang sama yang menimpa kaum psikolog awal abad 20 yang dipimpin Freud.
Memang gampang sekali cari musuh dengan menyebut soal keanekaragaman diskursus dalam diin. Orang lebih suka membayangkan sebuah diin sebagai satu cara, satu pola, satu hukum. Itu muskil. Manusia dan masyarakat memang diciptakan berbeda. Barangkali, dalam perkembangan diin, kita terlalu banyak menyerap ide-ide dari agama-agama kuno dengan sistem kependetaannya, juga dari konsep nasionalis dan ideologi-ideologi, lengkap dengan struktur-struktur kesatuan ide-nya. Jadi diin dipaksakan untuk dipetakan ke dalam sistem agama atau sistem ideologi lain, bukan sebagai sebuah cara hidup yang manusiawi.
All truths that are kept silent become poisonous. –F W Nietzsche
![]() |
Lautan tanpa batas dan membekukan.Karang tegar terhujam tajam.Barangkali memang kekuatan itu anugerah. Tapi justru nilai kehidupan terletak pada kemauan kita menghadapi segala rintangan dengan berbekalkan kelemahan dan keterbatasan kita.
K2001 |