Category: Network (Page 6 of 7)
Siapa para tokoh di belakang public-key encryption? Orang akan menyebut nama RSA: Rivest, Shamir, Adleman. Atau lebih jauh: Diffie, Hellman, dan Merkle. Tapi beberapa tahun sebelum Diffie, bagian dari dinas rahasia Inggris sudah mengkaji konsep yang serupa. Cheltenham. Nama kota ini mengingatkan ke Ahmad Sofyan yang terus-menerus meyakinkanku bahwa inilah kota tercantik di England. Di sini ada Markas Komunikasi Pemerintah (GCHQ). Di sana John Ellis dulu bekerja, sebagai pegawai yang selalu penuh ide. Separuhnya konyol, dan separuhnya brilian. Sebelum ada kopi instan, ia sudah punya ide mencampur Nescafe dengan gula, dengan alasan efisiensi kerja.
Oh ya, cerita berhenti dulu untuk pesan sponsor. Pagi ini aku minumnya kopi Flores. Jadi agak-agak fly. Kurang banyak kali :).
Sampai mana tadi? Oh ya, di Bell Labs, akhir PD II, ada insinyur iseng membuat catatan bagaimana melakukan scrambling suara analog. Masukkan noise yang banyak dengan noise generator, gitu idenya. Campurkan noise ini ke suara dan kirimkan. Musuh akan menangkap sinyal kita, tetapi tak dapat memisahkan sinyal dari noise. Sementara, lanjut insinyur anonim itu, sekutu di ujung sana, yang punya noise generator yang sama, bisa melakukan pengurangan noise dari sinyal, dan menyisakan sinyal suara yang asli. Sederhana sekali. Tapi tak berguna waktu komunikasi lebih banyak dilakukan secara digital.
Tokoh Ellis kita membaca catatan itu, dan tidak menganggapnya konyol. Dia mulai memikirkan cara agar musuh, biarpun memperoleh sinyal yang sama, dan bahkan mengetahui teknologi enkripsi yang digunakan, tetap kesulitan melakukan dekripsi. Mungkinkah, tanyanya suatu malam. Dan malam itu, di tahun 1969, ia memperoleh jawabannya: bisa! Konsepnya seperti ini, dengan skema Bob mengirim ke Alice tapi diintip Eve. Alice membangkitkan angka yang besar dengan melakukan transformasi matematika dari sebuah bilangan yang dibuatnya. Bilangan yang dibangkitkan dikirimkan ke Bob. Bob mengenkripsi dengan angka yang dikirim Alice. Tapi enkripsi oleh Bob hanya bisa didekripsi oleh bilangan semula yang dibuat Alice. Eve, yang memperoleh baik angka panjang dari Alice mupun data terenkripsi kiriman Bob, tetap tidak bisa melakukan dekripsi. Dia memerlukan angka asli Alice, yang tentu tidak dikirimkan ke mana pun. Bilangan panjang dari Alice boleh dikirimkan melalui jaringan yang tidak aman. Bahkan boleh dipublikasikan :). Dan tetap saja siapa pun akan kesulitan melakukan dekripsi. Ellis menamai skema ini non-secret encryption.
Proyek berlanjut dengan mencari transformasi matematika yang dibutuhkan. Matematikawan Clifford Cocks, yang baru bergabung setelah lulus pascasarjana dari Oxford, memecahkan dalam semalam (juga). Ia melakukannya dengan mengalikan dua bilangan prima yang besar. Mengalikan dua bilangan prima yang besar itu relatif mudah. Yang jauh lebih sulit adalah menguraikan hasil kalinya menjadi dua faktor prima yang benar. Ia menyampaikan laporannya ke mentornya, Nick Patterson, sesama matematikawan. Patterson langsung berteriak di depan pintu: “Ini penemuan kriptografis terbesar sepanjang sejarah!”
Tapi tentu, ini adalah lembaga birokratik, seperti juga agen rahasia di mana pun. Hasil penemuan tersimpan di bawah selimut. Memberikan ruang kepada Diffie cs untuk menemukan kembali penemuan Ellis, dan RSA untuk menemukan kembali pememuan Cocks. Dan seterusnya sampai Zimmerman, PGP, GPG, GPP, EGP, dan semacamnya. Buat yang tidak pernah membaca soal ini, yang GPP dan EGP itu bohong. Tapi kita harus tahu: skema semacam inilah yang kini memungkinkan e-commerce berkembang di Internet.
Ada waktunya rahasia tentang Ellis ini dibocorkan ke Diffie. Whitfield Diffie yang terperanjat ingin menemui tokoh ini. Pertemuan itu terlaksana tahun 1982 di Cheltenham.
“Gimana rasanya menemukan non-secret encryption?” tanya Diffie.
“Siapa bilang?” sahut Ellis.
Diffie menyebutkan nama seorang tokoh NSA.
“Kamu kerja untuk dia?” tanya Ellis.
Percakapan mereka bersahabat, tapi Ellis enggan membahas soal enkripsi :). Ia kemudian hanya menyentil sekali, dengan mengatakan “You did more with it than we did,” lalu meneruskan kerahasiaannya. Cerita lebih lanjut, baca aja buku Crypto.
NSIS (Next Step in Signalling), merupakan sistem persinyalan pada IP, yang diharapkan dapat mengatasi kelemahan pengganti RSVP. NSIS diharapkan bersifat generik dan extensible. Untuk itu, protokol NSIS memisahkan fungsionalitas seperti reliabilitas, fragmentasi, kontrol kongesti, dan integritas; dengan aplikasi persinyalan. Maka dalam NSIS terdapat dua layer protokol:
- NSIS Transport Layer Protocol (NTLP), digunakan untuk layer messaging, yang disebut GIST, untuk mentransportasikan pesan layer aplikasi sinyal. Layer GIST dijalankan di atas protokol transpor dan security standar, seperti UDP, TCP, SCTP, dan DCCP.
- NSIS Signaling Layer Protocols (NSLPs), masing-masing menjalankan fungsionalitas persinyalan yang spesifik menurut aplikasi, termasuk menyampaikan format dan aturan pengolahan antar NSLP sendiri. Contoh NSLPs adalah QoS NSLP untuk reservasi, NAT/Firewall NSLP untuk konfigurasi middlebox, dan mungkin saja NSLP untuk konfigurasi pemeteran.
Perbedaan NSIS dengan RSVP antara lain:
- Transport. RSVP diangkut di atas UDP atau langsung di atas IP. NSIS memisahkan NTLP dengan NSLP, yang memungkinkan pemisahan aplikasi signalling. NTLP sendiri diangkut di atas protokol yang sudah ada, termasuk TCP dan UDP.
- Model Reservasi. RSVP diinisialisasi oleh receiver. Sementara NSIS QoS NSLP dapat diinisiasi oleh sender maupun receiver. Proxy juga dimungkinkan, dalam arti inisiasi dan terminasi dapat terjadi tidak di ujung flow. Jadi kalau RSVP harus end-to-end, NSIS dapat bersifat end-to-end, edge-to-edge, host-to-edge, atau edge-to-host.
- Multicast. Tak seperti RSVP, NSIS tak mendukung multicast. Ini mengurangi kompleksitas aplikasi yang kita ketahui sebagian besar masih unicast. Namun, kelihatannya model NSIS ini bersifat extensible terhadap IP multicast juga.
- Reservasi Dua Arah. QoS NSLP memungkinkan reservasi dua arah dengan melakukan binding pada sesi-sesi di kedua arah. Yang seperti ini tidak ada dalam RSVP.
- Model-Model QoS. NSIS QoS NSLP memungkinkan persinyalan model QoS yang mana pun.
- Mobilitas. NSIS mengidentifikasikan sesi persinyalan dengan identifier sesi yang bersifat random, alih-alih dengan identifier flow yang meliputi alamat IP. Maka NSIS dapat mendukung mobilitas secara lebih mudah.
- Keamanan. Soal keamanan telah ditambahkan pada RSVP. Namun pada NSIS, soal keamanan telah dipertimbangkan sejak awal perancangan. Telah dilakukan integrasi dengan protokol keamanan baku, seperti TLS or IPsec/IKEv2.
Framework NSIS dipaparkan pada RFC 4080, Juni 2005.
From: James M Galvin
To: Teddy Purwadi
Cc: David McAuley; Fred Baker; Lynn St.Amour; Nelson Sanchez
Sent: Wednesday, October 12, 2005 2:11 AM
Subject: Re: regarding issues with ISOC Indonesia
Dear Purwadi,
As you see below, I asked you on August 18th to reply with a detailed plan to fairly address the issues that have been raised with respect generally to the management of the ISOC Indonesian Chapter. I gave you two weeks to reply and obviously I have waited an additional period but I have not received any reply from you.
We respect all that you have done to form and run a chapter for ISOC. But with that effort comes the responsibility to manage the chapter in an open and fair way for all members. You must afford members who feel they have a grievance with the chapter a fair way to be heard and to have that grievance considered. It is not up to ISOC to specify these procedures but we do have a right, which we insist upon, to have such mechanism available to members.
In light of your not having replied, it is my intent to revoke the Internet Society Charter from ISOC Indonesia effective at 23:59 local time in Jakarta on Tuesday, October 18th, unless I receive from you a detailed plan as described in my e-mail below of August
18th. I will be the sole judge of whether any plan or correspondence you submit is sufficient to meet these requirements and I will be happy to respond before then to suggestions you might have for such a plan. But the burden is on you to do it and to
finish it by that time. There has been some delay and I will not further delay this. If this revocation takes place you must then cease and desist using the Internet Society and ISOC Chapter name, logo and other proprietary materials and you should inform your
members of such action. We also will inform your members of such action should it occur.
We regret this but those members who have a grievance are entitled to be heard and given a fair chance to seek redress.
Jim Galvin
Internet Society
VP Chapters
Well, mudah2an TAP nggak berkelit yang nggak-nggak lagi. Biarlah ISOC Chapter Indonesia dicabut. Mudah2an kemudian dapat dibangun lagi oleh orang2 yang punya moral dan tanggung jawab.
Abis melepas titel sebagai “Analis Perkembangan Teknologi”, ternyata aku baru sempat melirik direktori RFC lagi sekarang, lama juga yach. Masih bisa ketawa baca ke-kekeuh-an orang2 dunia MPLS yang bekutat dengan dunia singkatannya yang nggak manusiawi: RFC 3814 — MPLS FEC-To-NHLFE MIB. Nggak dink: untuk judul RFC, pasti mereka nulis kepanjangannya. Tapi nggak terlalu berguna, soalnya sebenernya setiap singkatan mengacu ke sebuah konsep, bukan ke kata2, obviously.
OK, tapi yang menarik (dan bikin aku merasa sedikit telat), adalah bahwa akhirnya arsitektur GMPLS diRFCkan juga. Kelompok E Mannie, tentu, yang punya kerjaan. Yang ini udah ditunggu agak lama. Paper tentang GMPLS buat telkom.info yang udah setengah siap pun nggak diselesaiin, soalnya nanggung, nunggu RFC-nya sekalian. Setidaknya alasan resminya gitu lah :), di samping banyak kerjaan, dan sekali-sekali pingin istirahat.
So, network-mania, silakan simak RFC 3945 — GMPLS Architecture; dan RFC 3946 — GMPLS Extensions for SONET and SDH Control. Keduanya dari E Mannie dan D Papadimitriou. Oktober 2004.
OK, akhirnya dapet juga si infrared. Connect ke Nokia 6585. Yup, tepat seperti yang ditulis di manual, sebuah modem baru terpasang di device XP: Standard Modem over IR. Ketik extra initialisation commands sedikit: at+crm=1;+csc=33 trus dial ke #777, dan … kok … 115 kb/s. Kenapa nggak 153 kb/s yach. Kan kecepatan maksimu 153 kb/s seharusnya. OK. Wait. Ummm … kayaknya kecepatan maksimal si infrared emang cuman segitu. Atau ini setelah Windows untuk “Standard Modem”? OK, lain kali kita coba dengan koneksi infrared yang lebih cepat.
Dan … hello … ini blog pertama yang dikirim dengan koneksi Flexi with Nokia 6585. Cheers …
Nerusin yang kemaren. Ada hukum yang juga menarik dan patut diobservasi. Namanya Hukum Sturgeon, diambil dari nama penulis fiksi ilmiah Theodore Sturgeon: 90% or everything is crud. Jangan lupa juga hukum yang sangat terkenal itu, Hukum Murphy, diturunkan dari ucapan Edward Murphy di tahun 1949, bahwa Kalau ada dua (atau lebih) cara untuk melakukan sesuatu, dan salah satu cara menimbulkan bencana, maka akan ada orang yang melakukannya., yang kemudian disingkat orang dengan … ya tau sendiri lah.
Di dunia elektronika dengan spesialisasi di teknologi informasi, terkenal lima hukum empirik, yang umumnya berkaitan dengan perkembangan teknologi dan waktu. Hukum-hukum itu:
- Hk Moore: Jumlah transistor dalam sebuah chip meningkat dua kali setiap tahun, ditulis pada tahun 1965, lima tahun sebelum Intel 4004 diciptakan. Setelah 38 tahun, ternyata bukan melipat setiap tahun, tapi setiap 18 bulan. Kata Moore: eksponensial takkan berlangsung selamanya, tapi akhirnya selalu bisa ditunda.
- Hk Rock: Harga perangkat semikonduktor meningkat dua kali setiap empat tahun
- Hk Machrone: Kapan pun juga, harga PC yang ada dan kita inginkan selalu sekitar $5000. Altair 8800 (prosesor Intel 8080) berharga $5000 di tahun 1976, sama dengan Mac-G5 2GHz dengan semua asesorinya termasuk layar datar ukuran besar tahun 2003.
- Hk Metcalfe: Nilai sebuah network meningkat sebanding dengan kuadrat jumlah pemakainya
- Hk Wirth: Perangkat lunak melambat lebih cepat daripada percepatan perangkat keras. Ini udah ditulis kemaren.
Ini sambungannya, beberapa menit kemudian.
“Tapi tadi pantes Pak, kalau jabatannya diganti jadi Kabid Notwork.”
“Kenapa?”
“Dulu kan analisis trafik kita selalu monthly. Sekarang jadi weakly.”
“Terus?”
“Weakly, Pak. Bukan weekly.”
“Ha-ha-ha-ha-ha.”
Tahu-tahu si beliau, Senior Manager Bidang Network, yang kali ini jabatannya ditulis soalnya relevan dengan cerita ini, udah bertengger di ujung kubikel-ku.
“Koen, saya sekarang bukan Kabid Network lagi.”
“Lho … pindah ke mana, Pak?”
“Sekarang saya jadi Kabid Not-Work.”
Ada keterkaitan erat antara networker dan kopi. Maka, pada tanggal 1 April 1998, diterbitkanlah RFC 2324, tentang HTCPCP versi 1, dengan kepanjangan Hyper Text Coffee Pot Control Protocol. HTCPCP diturunkan dari HTTP, dengan tambahan beberapa metode baru, field baru pada header, dan return code yang baru.
Server HTCPCP diacu dengan prefiks coffee:. namun karena kopi sudah terdistribusi ke seluruh dunia sebelum standar ini diajukan, maka harus disiapkan internasionalisasi skema, dengan bentuk sebagai berikut:
coffee-url = coffee-scheme ":" [ "//" host ]
["/" pot-designator ] ["?" additions-list ]
coffee-scheme= ( "koffie" ; Afrikaans, Dutch
| "q%C3%A6hv%C3%A6" ; Azerbaijani
| "%D9%82%D9%87%D9%88%D8%A9" ; Arabic
| "akeita" ; Basque
| "koffee" ; Bengali
| "kahva" ; Bosnian
| "kafe" ; Bulgarian, Czech
| "caf%C3%E8" ; Catalan, French, Galician
| "%E5%92%96%E5%95%A1" ; Chinese
| "kava" ; Croatian
| "k%C3%A1va ; Czech
| "kaffe" ; Danish, Norwegian, Swedish
| "coffee" ; English
| "kafo" ; Esperanto
| "kohv" ; Estonian
| "kahvi" ; Finnish
| "%4Baffee" ; German
| "%CE%BA%CE%B1%CF%86%CE%AD" ; Greek
| "%E0%A4%95%E0%A5%8C%E0%A4%AB%E0%A5%80" ; Hindi
| "%E3%82%B3%E3%83%BC%E3%83%92%E3%83%BC" ; Japanese
| "%EC%BB%A4%ED%94%BC" ; Korean
| "%D0%BA%D0%BE%D1%84%D0%B5" ; Russian
| "%E0%B8%81%E0%B8%B2%E0%B9%81%E0%B8%9F" ; Thai
)
pot-designator = "pot-" integer ; for machines with multiple pots
additions-list = #( addition )
Lebih lanjut, silakan tengok spesifikasi HTCPCP di website IETF.