Category: Network (Page 2 of 7)

Carrier Ethernet World di Hongkong

“Siap-siap ke Hongkong ya!”
“Mendadak amat?”

Tapi mana ada sih akhir2 ini tugas yang nggak mendadak? Maka, di tengah kesibukan urusan akhir tahun (IPTV content, SDP service prototype, Indigo Fellows & Indigo Awards, main web reconfiguration, etc), aku menyempatkan mengumpulkan bahan, arrange tiket dan akomodasi. Sayangnya, karena waktu yang sempit (<72 jam), Garuda Indonesia menolak menjual tiket online. Akhirnya cari alternatif: Cathay Pacific. Tak seperti traveling lainnya, aku tak menyempatkan diri baca Google atau Wikitravel. Sempat sih, dikonversi Wikitravel itu ke PDF, disimpan di PDF, dibaca di Kindle di pesawat di antara awan di atas sana (biar di-nya banyak, dan tampak beda antara di sebagai pembentuk kata kerja dengan di sebagai kata sambung).  Mungkin detailnya aku ceritakan di TRAVGEEK.NET saja, biar blog yang itu punya content juga.

Acara di Hongkong ini berjudul Carrier Ethernet World 2010. Secara ringkas, carrier ethernet adalah jaringan core dan akses berkecepatan tinggi, digunakan umumnya oleh provider besar dan operator telekomunikasi untuk menghantar data, dan menggunakan standar-standar penghantaran paket data. Secara fisik, jaringan yang digunakan tetap berupa kabel optik, tetapi bukan seperti transmisi masa lalu yang menggunakan frame berbasis waktu (seperti SDH dll). Banyak hal yang masih layak didiskusikan. Pertama, alasan memigrasikan transmisi TDM menjadi carrier ethernet, yang ujungnya akan ke optimasi jaringan yang mengarah ke arsitektur horisontal dari next-generation network. Dan tentu untuk mendukung alasannya, aspek-aspek lain akan masuk, terutama service, aplikasi, content, hingga objective bagi semua stakeholder, dan ujungnya ke regulasi. Kebetulan, sepulang kuliah dulu, aku justru tak banyak lagi bermain di layer infrastruktur network. Jadi aku ditugaskan mempresentasikan hal-hal yang ada di layer atas: service dan environment yang akan mendukung pada negosiasi regulasi.

Di sisi ini, banyak yang bisa diceritakan. Telkom Indonesia bisa jadi contoh menarik. Divisi Multimedia, tempat aku didamparkan saat ini, dulu memiliki lingkup tugas dari infrastruktur hingga layanan multimedia — hal-hal yang bersifat IP-based commercial services. Sejak Telkom berbisnis TIME (dengan harapan TIME is MONEY), infrastruktur dipusatkan di Divisi Infrastruktur; sementara Divisi Multimedia memperoleh tugas menciptakan dan mengelola rentetan service, aplikasi, dan content yang akan jadi enabler untuk memungkinkan bisnis-bisnis TIME tumbuh di masa depan. Tapi tentu aku tak mempresentasikan organisasi Telkom dan posisi divisi2 di dalamnya. Aku lebih suka bercerita tentang potensi aplikasi Internet yang bisa tumbuh di negara yang sedang panas-panasnya berkonversasi multimedia seperti Indonesia, lalu bagaimana ini harus dan bisa didukung dari sisi pengembangan dan bisnis (mis. Indigo) dan dari sisi teknis (mis SDP dan IMS). Aku menikmati bagian ini: menggambar kotak2 dan struktur. Kemudian presentasi dilarikan ke bagaimana ini akan disampaikan untuk menjadi bagian dari regulasi (dan keseimbangan di sisi deregulasi). Cukup lucu bahwa salah satu kesimpulannya adalah perlunya ko-opetisi (kerjasama tanpa melupakan kompetisi).

Sebagian bahan presentasi aku ambil dari Mas Arief Hamdani juga (no link — syukurin — suruh siapa nggak bikin2 blog?). Penataan narasi (urutan cerita), pengayaan, dan ilustrasi, aku buat di perjalanan dan di hotel. Aku juga baru sadar bahwa sebagian besar dari presenter, peserta, mengenakan suite resmi. Terpaksa jaket dilemarikan, dan aku belanja jas sebentar (sempat salah nomor pula, dan harus dibalikin besoknya dengan cara yang lucu).

Presentasiku mengambil waktu sore hari. Para peserta yang siang harinya sempat menghilang sudah kembali, sehingga forum cukup penuh, padat, dan antusias. Aku menyampaikan presentasi, dan aku pikir seharusnya dapat nilai 8. Tapi 8 dalam skala Richter, kalau dihitung getaran pada meja dan lantai akibat efek demam panggung temporer. Hanya ada 1 pertanyaan; karena peserta diinformasikan bahwa kemudian ada sesi panel. Setelah satu presenter lagi dari New Zealand (yang bercerita dengan asik tentang inovasi content untuk mendukung aplikasi multimedia di NZ), panel dimulai. Sesi ini lebih menarik daripada tanya jawab dengan 1 penjawab. Jadi setiap pertanyaan didiskusikan kembali oleh forum di atas panggung.

Selesai. Lega. Tapi belum berakhir. Di sesi networking sesudahnya, beberapa peserta masih mengejar, menyampaikan apresiasi, dan terutama memenuhi kepenasaranan yang ternyata belum habis. Di meja cuma ada Coca Cola dan minuman beralkohol. Jadi aku nggak sengaja terus menjawab pertanyaan dan obrolan (yang terlalu serius untuk level networking) itu sambil terus-terusan meng-Coca Cola. Satu peserta dari US iseng menyuruhku belanja ke tempat2 menarik di sekitar Victoria Harbour (tempat konferensi diselenggarakan).

Keluar. Terjadi efek tak menyenangkan, tapi standar sekali. Penyebab: overload pekerjaan (sisa urusan kantor), kurang tidur (persiapan presentasi), kurang makan (gara2 persiapan presentasi, serta belum tahu tempat makanan halal), dan post-demam panggung-syndrome (ada ya, yang namanya kayak gitu). Berkeliling sebentar,  aku kelelahan. Balik ke hotel, lewat pasar tradisional segala. Pesan dinner dari kamar. Dan — seperti yang terjadi di bulan puasa — langsung tidur setelah kopi dan beberapa sendok makanan bisa masuk. Uh, rugi, perjalanan perdana ke Hongkong, dan isinya cuman bikin presentasi serta tidur. Haha :).

Telkom IPTV

Oktober, dan Telkom IPTV sudah harus siap meluncur. Wow, cukup untuk bikin mata merah :). Tapi test-test telah mulai dilakukan, dan sejauh ini hasilnya menggembirakan. Bulan-bulan mendatang, sampai akhir 2010, kami akan memulai test ke rumah-rumah, sambil menguji kualitas jaringan. Mudah-mudahan hasilnya akan tetap prima.

Walaupun IPTV berkepanjangan Internet Protocol Television, IPTV bukan sekedar televisi yang didistribusikan melalui Internet. IPTV adalah sinergi antara kekuatan interaksi Internet dan Web, dengan kekuatan media televisi. IPTV merupakan platform layanan yang merupakan tahap lebih lanjut dari bentuk interaksi multimedia yang ada saat ini. IPTV akan menawarkan a.l. hal-hal berikut:

  • Broadcast televisi dan video di atas akses Internet
  • Content on demand, yang meliputi video, TV, musik
  • Interaksi multimedia dengan kecepatan true broadband, yang meliputi layanan game, shopping, advertising, dll
  • Kualitas layanan (quality of service) dan kualitas pengalaman (quality of experience) bagi customer yang terus terpelihara

Setiap layanan akan memiliki sifat multiscreen, yaitu harus dapat ditampilkan melalui beragam perangkat:

  • Pesawat televisi
  • Komputer, notebook, dan perangkat sejenis
  • Mobile terminal dan berbagai gadget

Bagi Telkom, IPTV adalah langkah pertama dalam penggelaran aplikasi multimedia dengan interaktivitas tinggi di atas jaringan true broadband (sekaligus mencari konteks / reason buat investasi perbaikan network agar layak dimuati informasi broadband). IPTV menawarkan hal-hal berikut:

  • Pengalaman digital yang lebih interaktif, mudah, nyaman, dan lengkap.
  • Peluang, terutama bagi komunitas-komunitas kreatif digital yang sedang tumbuh di Indonesia, untuk menemukan lahan baru yang luas dalam komersialisasi produk dan karya kreatif mereka.
  • Peluang kerjasama bagi bisnis media dan industri informatika untuk memberikan layanan yang lebih lengkap.
  • Konteks baru dalam pengembangan kapasitas dan kualitas network, baik core network, cable network, hingga mobile network.

Konfigurasi yang disederhanakan dari sistem ini adalah sbb:

Dalam jaringan ini, konten televisi, video, dan berbagai layanan yang bersifat multimedia interaktif didistribusikan menggunakan arsitektur jaringan Internet. Di samping menawarkan efisiensi jaringan dan kualitas media yang dapat terkelola secara maksimal, IPTV juga diyakini membuka peluang baru untuk memaksimalkan interaktivitas layanan Internet ke dalam media televisi.

Beberapa fungsi-fungsi di dalam jaringan IPTV

  • Head-end, terdiri dari IRD (integrated receiver decoder) yang berfungsi menerima kanal televisi melalui satelit, dan encoder yang mengubah format video ke standard MPEG-4/H.264 untuk dilewatkan ke jaringan IP.
  • Middleware, berfungsi sebagai content management / delivery system (CMS/CDS). Sistem pada middleware mendukung open architecture dan mempunyai open standard interface untuk berkomunikasi dengan 3rd party application, dan mendukung pengembangan layanan baru dengan cepat.
  • VoD (video on demand) merupakan sistem yang memberikan layanan on demand kepada pelanggan. VoD didistribusikan dengan mekanisme yang memungkinkan minimalisasi biaya.
  • CA (conditional access) / DRM (digital right management) adalah suatu mekanisme yang memungkinkan sistem memberikan hak akses terautentikasi terhadap sebuah program yang diminta user.
  • CDN (content delivery network) merupakan perangkat yang digunakan untuk membantu distribusi konten di atas jaringan.
  • NMS (network management service) merupakan sistem yang digunakan untuk memelihara dan memonitor jaringan.

Beberapa standard yang digunakan dalam jaringan ini:

  • Video codec menggunakan ITU-T H.264 (ISO/IEC MPEG-4 Part 10 ) yang mendukung baseline dan main profile untuk encoding dan enkapsulasi video.
  • Multicast menggunakan protokol IGMP (RFC 2236).
  • Multicast mendukung TS (ISO 13818-1) over RTP (RFC 1889) over UDP (RFC 768), atau harus mendukung TS over RDP.
  • Untuk layanan berbasis On Demand (VoD, TVoD, PVR, TSTV), maka End User Terminal (Televisi, PC, Gadget ) harus mendukung pengaturan layaknya VCR, dengan menggunakan protokol standar, yaitu HTTP (RFC 2616) atau RTSP (RFC 2326).

Haha, teknis sekali ya? Namanya juga aku. Nanti aku cerita lagi dari sisi features dan interaktivitasnya deh.

Indonesia Wireless Forum

IWF belum  menjadi forum yang resmi atau reguler. Ini hanyalah sebuah seminar, tempat rekan-rekan yang sempat menghadiri APT Wireless Forum di Seoul bulan ini melakukan sharing dan diseminasi atas update yang diperolehnya kepada pelaku industri wireless di Indonesia. Karena sifatnya yang akademis sekaligus profesional, maka Telkom RDC (Research & Development Centre) menyanggupi menjadi host. Sedangkan penyelenggara kegiatan adalah IEEE Indonesia Section dan IEEE Comsoc Indonesia Chapter. Persiapan sangat singkat, karena sedang amat banyak kegiatan lainnya yang membuat 24 jam terasa jauh dari cukup. Kegiatan dilakukan 1 hari penuh, Jumat 24 September 2010, di Gegerkalong, Bandung.

Sharing yang disampaikan meliputi update dari:

  • Spectrum Working Group
  • IMT Working Group (tentu terutama IMT-Advanced)
  • Convergence Working Group (termasuk konvergensi IMS-IPTV, spt Open-IPTV)

Menarik bahwa soal konvergensi ini sudah mengerucut ke satu pilihan, yaitu OpenIPTV. Di pertemuan teknis sebelumnya, ada beberapa pola yang diajukan sebagai pilihan konvergensi:

Nampaknya pendekatan ke OpenIPTV adalah pendekatan yang telah umum dilakukan di Korea sebagai tuan rumah APT Wireless Forum.

Untuk IMT-Advanced (4G Mobile Network), disampaikan bahwa hingga kini ada 5 usulan yang telah dimasukkan sebagai kandidat-kandidat untuk teknologi mobile IMT-Advanced. Namun secara umum, kandidat-kandidat ini tetap dapat dikelompokkan sebagai dua madzhab utama: LTE-Advanced dari 3GPP dan WiMAX 802.16m dari WiMAX Forum.

IWF ditutup SGM RDC Telkom, Mr Mustapa Wangsaatmaja; yang sekaligus mengingatkan bahwa standardisasi bukan hanya untuk diikuti secara top down, melainkan — dengan melihat contoh-contoh sepanjang sejarah — untuk dikaji secara kritis dan diajukan kembali untuk memperoleh alternatif-alternatif yang lebih baik.

Connected

Sebagai seorang pemula, aku memang melakukan banyak kesalahan di Twitter. Salah satunya adalah sering lupa melakukan follow-back. Sambil mengikuti kuliah bersama Goenawan Mohamad dan Roby Muhamad di Komunitas Salihara, aku coba cari account Twitter Oom/Mas/Aa Roby. Tweetnya semenarik kuliahnya. Ternyata beliau sudah follow aku, entah dari tahun berapa, dan aku belum follow back. Secara professional, ini durhaka :). Jadi buru2 aku follow account @robymuhamad.

Roby seorang fisikawan yang memperdalam studi ke sosiologi. Aku tak menyebut ini “beralih” atau “tersesat” :). Semesta memiliki kompleksitas yang berkembang. Matematika mewujud (melalui string atau bukan) ke fisika, lalu dalam jumlah besar berinteraksi dan membentuk hukum turunan yang baru (kuantum, kalor, kosmologi), hingga evolusi yang memunculkan makhluk hidup, manusia, masyarakat, budaya, dst. Tentu kita ingat kekaguman Dawkins pada replikasi meme yang serupa seplikasi gene: apa pun obyeknya, itu sekedar matematika replikasi. Itu satu hukum yang berentet saja. Nah, yang diperdalam Roby, a.l. adalah jejaring sosial. Mungkin Roby adalah amat sedikit orang Indonesia yang melakukan research secara professional dan akademis untuk memahami jejaring sosial.

Di Salihara, Roby mulai bercerita tentang bagaimana influence mengalir di masyarakat. Ia tak mengawali dengan 2.0, Twitter, dll seperti presenter hobbyist seperti kita. Ia memulai dengan kasus semacam kesurupan massal: bagaimana di Afrika sejumlah besar murid sebuah sekolah bisa tertawa bersama, tanpa bisa dihentikan, selama beberapa minggu. Kacau, sekolah dibubarkan, murid dipulangkan. Pulangnya murid2 itu menimbulkan masalah baru. Di kota2 lain tempat murid2 itu dipulangkan, terjadi penularan kembali, sehingga wabah tawa justru menyebar ke banyak kota. Meme yang menakutkan :).

Roby sempat menyebut bahwa soal2 ini diulas dalam buku berjudul Connected. Judul yang tak asing. Aku sendiri punya satu buku berjudul Connected, tulisan Daniel Altman. Connected 24 Hours in the Global Economy. Tapi pasti ini buku yang berbeda. Di rumah, aku langsung menjelajah ke Amazon.co.uk, dan menemukan buku Connected tulisan Nicholas Christakis & James Fowler. Subjudulnya menggambarkan soal jejaring sosial. Bahkan buku ini punya account Twitter tersendiri: @connected_book.

Jejaring sosial, kata buku ini, adalah kumpulan manusia; tetapi yang lebih penting adalah bahwa ia memiliki koneksi, keterhubungan, yang membuat jejaring lebih berarti daripada sekedar kumpulan individu. Jejaring jadi mampu melakukan hal-hal yang tak mampu dilakukan orang-orang itu secara tersendiri.

Berikut disebutkan beberapa hal menarik dalam jejaring:

  1. Kita membentung jejaring kita
  2. Jejaring membentuk kita
  3. Teman-teman mempengaruhi kita
  4. Teman-teman dari teman-teman dari teman-teman kita mempengaruhi kita
  5. Jejaring memiliki kehidupan tersendiri
  6. Antar setiap manusia, terdapat hanya 6 derajat pemisahan
  7. Namun antar teman, hanya terdapat 3 level pertemanan yang menimbulkan pengaruh.

Khusus soal 6 derajat pemisahan, disebutkan bahwa hal ini telah diteliti di US beberapa dekade yang lalu. Namun, menghadapi kecurigaan bahwa angka sekecil 6 hanya dimungkinkan oleh kedekatan geografis, etnik, budaya, dll; maka sekelompok ilmuwan melakukan penelitian dengan jangkauan internasional. Salah satu peneliti ini adalah Roby sendiri.

Lalu sang buku meneruskan bagaimana jejaring mempengaruhi kita dalam menentukan kebahagiaan, mencari pasangan hidup, merawat kesehatan, hingga berjuang demi demokrasi. Beberapa hal yang juga diulas dalam buku ini:

  • Emosi menyebar dari satu manusia ke manusia lain melalui ekspresi wajah. (Emosi pada A -> Ekspresi pada A -> Ekspresi pada B -> Emosi pada B)
  • Kita akan cenderung berbahagia, tercukupi, dan merasa positif, jika dikelilingi orang yang berbahagia.
  • Kesepian adalah sebab dan akibat dari keterputusan hubungan
  • Jika kawan dari kawan dari kawan kita bertambah berat badannya, kita cenderung akan menambah berat badan, walaupun kita tak mengenal orang (atau orang-orang) itu.
  • Keterhubungan bisa berpengaruh positif (menularkan kebahagiaan) atau negatif (menularkan keinginan bunuh diri)

Aku belum menyelesaikan buku ini juga. Dibaca bersamaan dengan buku2 lain, sebagai bagian dari keinginan untuk terus mempelajari fitrah manusia: bagaimana mereka diciptakan, bagaimana mereka berproses, bagaimana mereka dapat mencapai yang terbaik untuk masa depannya. Twitter terlalu keren untuk digunakan becanda tanpa tujuan.

Slideshare

Teman2 bilang, orang Indonesia unik. Setiap selesai presentasi, selalu ada sekelompok orang yang nekat meminta bahan presentasi kita. Aku sih menganggapnya positif: ada keinginan untuk mendalami materi presentasi, yang memang aku yakin memerlukan waktu pendalaman lebih dari waktu seminar yang cuma beberapa jam saja. Biasanya materi semacam itu aku bagikan, dalam bentuk PPTX (bukan PDF). Erh, bukan berarti aku lebih suka Powerpoint daripada Keynote. Tapi … you know … pemakai Mac di Telkom itu amatlah minoritas. Entah kalau iWorks nanti menyerang melalui iPad. Oh ya, ternyata Indonesia tidak unik. Berpresentasi di negara mana pun, ternyata selalu ada yang tak malu-malu meminta materi presentasi kita. Dan bukan hanya hadirin, tetapi juga sesama presenter.

Jadi aku kembali ke Slideshare. Aku sudah sempat mendaftar ke layanan ini di tahun 2008. Tapi kepindahan ke Jakarta dll bikin aku agak lupa urusan ranah maya. Bulan ini account di Slideshare itu aku buka lagi. Ini alamatku:

http://slideshare.net/kuncoro

Lalu materi yang cukup banyak diminta, yaitu pengenalan WiMAX II (IEEE 802.16m).

Materi tentang pengenalan 4G … tak mudah memilihnya. Materi dengan judul yang sama sudah termodifikasi dalam beberapa versi: untuk kampus elektro, kampus non elektro, profesional, hingga masyarakat awam (mis di Gathering Fresh awal bulan ini). Ada versi di mana 4G ditampilkan dalam materi tersendiri, ada yang hanya merupakan pembukaan sebelum diskusi mengenai LTE Advanced dan WiMAX II. Ada yang mendiskusikan soal aplikasi, dan ada yang sama sekali berhenti di network. Dll. Ini salah satu versi itu, yang akhirnya aku upload di Slideshare

Yang sedang cuup banyak didiskusikan juga adalah New Convergence: kisah bagaimana konvergensi lebih lanjut harus dilakukan untuk mengelola network, aplikasi, dan content layanan-layanan digital yang seluruhnya telah berprotokol Internet namun pengelolaannya saat ini masih terpisah.

Jadi, materi apa lagi yang harus dipasang di Slideshare? Ada request? Jangan tentang Wagner yach :).

4G Forum di Taiwan

Di kalender, kunjungan jarak jauh berikutnya masih bulan September: sebuah konferensi di Beijing. Tapi mendadak masuk permintaan untuk mengisi satu sesi dalam 4G International Forum yang diselenggarakan di Sheraton Taipei. Hahah, Obama aja cuman di G20, G7. Ini G4 coba :p.

Paper sudah dimasukkan di bulan Juni. Visa diurus dalam waktu 3 hari (tulisan tentang ini ada di blog satunya). Sayangnya Garuda Indonesia tak terbang langsung ke Taiwan. China Airlines menyelenggarakan shared-code flight bersama Garuda, tapi jadwalnya tak menarik (dan tidak aku paksakan juga — ini bukan Garuda beneran). Akhirnya Singapore Airlines. Berangkat Minggu pagi lalu, dengan penerbangan pukul 6:00 WIB, transit di Singapore (08:00 – 11:00 waktu Singapore), dan tiba di Taipei Taoyuan Airport pukul 17:00 waktu Taiwan. Sore itu, aku kontak Erly Bahsan, seorang blogger yang aku kenal di angkatan kedua (2001 ke atas, waktu blogger sudah mulai membentuk komunitas, blogger.com sudah membuat blogspot.com, dll). Erly meneruskan kuliah di Taiwan sejak tahun lalu, dan lebih aktif tweeting daripada blogging :).

Senin 12 Juli, 4G Forum dimulai. Speaker berasal dari kampus dan lembaga riset (termasuk dari RRC, di mana merupakan keluarbiasaan bahwa mereka bisa datang ke Taiwan), dari developer dan manufacturer (Nokia Siemens Network, Ericsson, Alcatel Lucent, Huawei), lembaga konsultansi, regulator, operator, dll. Hari ini aku banyak mempelajari berbagai aspek 4G Mobile yang ditinjau dari berbagai sisi. Cukup berimbang antara penyajian madzhab LTE dengan madzhab WiMAX, serta berbagai urusan interoperabilitas serta aplikasi bersama. Sangat memperkaya, haha :). Tidak ada waktu buat break. Coffee time, lunch time, dipakai untuk networking dan perbincangan2 lain. Kalau aku sempat duduk sekedar tweeting, Mr Enoch Tan akan memperkenalkanku ke salah satu tokoh penting (diempasis seperti itu) yang harus diajak berbincang. Seru, asik, menegangkan (nggak boleh ngantuk). Aku sempat tweeting justru sambil mendengarkan presentasi :).

Ada sebuah peragaan WiMAX yang menarik. WiMAX, dikoneksi via WiFi ke iPad, digunakan untuk menampilkan sebuah video dari iPad. Kecepatannya bisa melebihi video yang sama yang ditampilkan secara lokal dari sebuah notebook di sebelahnya. Menarik. Juga penggunakan telefon via WiMAX.

Anehnya, tidak ada acara yang disiapkan untuk malamnya. Tidak ada semacam gala dinner atau hal2 semacam itu. Dan karena malam tak sehat buat aku jalan2 keliling, aku mengunjungi tiga titik di Taipei: Sun Yat Sen memorial hall, Taipei 101 tower, dan terakhir Chiang Kai Shek memorial hall. Aku cuman mau lihat arsitektur dari hal2 yang dikerjakan dengan keseriusan tingkat tinggi (untuk menghormati orang2 yang dianggap penting). Di Taipei 101, aku menyesatkan diri ke toko buku (wajib ini mah). Dapat Le Petit Prince edisi huruf kanji, dalam versi halaman kanan (kayak Al-Quran) dan versi halaman kanan (kayak buku Sang Kancil). Tak sia2 memilih CKS Memorial paling malam. Tampilan malamnya pun masih menarik, dengan langit malam musim panas yang masih merona merah. Tapi aku memang dilarang jalan malam. Kondisi badan turun lagi. Balik lagi ke Sheraton. Oh ya, aku jalan2 sendiri, jadi nggak ada yang ambilin foto, haha :).

Selasa 13 Juli, forum dilanjutkan. Di hari kedua ini, bentuknya gabungan antara presentasi dan panel. Aku memperoleh giliran berpresentasi di sesi pertama, giliran kedua. Judul presentasinya klasik nian: “4G Mobile: opportunities & challenges in Indonesia” :). Dipresentasikan dalam 20 menit, aku memulai dengan bercerita tentang kondisi Indonesia: bagaimana publik cukup mengantusiasi gaya hidup mobile Internet, dilihat dari rank Twitter, Facebook, dan Opera Mini kita. Lalu persiapan2 Telkom Group masuk ke network 4G (LTE dan WiMAX). Lalu ke bagaimana ini dimatchkan dengan potensi dan demand dari komunitas developers, enthusiasts, dan lifestylists (nggak, aku nggak pakai istilah kayak gini) se-Indonesia. Sedikit juga tentang Indigo, IPTV, dan SDF/SDP. Lalu beberapa model implementasi LTE untuk daerah dan segmen yang beragam, dengan model migrasi yang berbeda. Lalu ke regulasi WiMAX. Selesai tepat 20 menit.

Setelah presentasi itu, aku harus menunggu 20 menit untuk mendengarkan presentasi implementasi 4G, khususnya WiMAX, di Filipina. Dan aku harus naik panggung lagi untuk mengikuti diskusi panel yang memakan waktu setengah jam. Tugasku selesai.

Selesai? Tentu tidak. Di bawah, networking masih berlanjut. Sekarang aku diperintahkan Mr Tan untuk menemui Profesor dari RRC itu (nggak ditulis namanya ah, takut digoogle beliau). Beliau memiliki posisi cukup penting, dan harus dikawal beberapa orang :). Seharusnya aku datang dari Indonesia nggak sendirian :). Diskusi serius tentang regulasi, tentang IEEE, tentang konferensi lainnya, dll. Lalu diskusi lagi dengan pihak dari kementrian Taiwan. Lalu aku pamit ke Mr Tan untuk pulang duluan.

Pesawatku berangkat tengah hari; jadi aku tak mengikuti konferensi sampai selesai. Rincian perjalanan aku tulis saja nanti di blog satunya :). Taipei ditempuh dalam 5 jam melalui turbulensi yang khas Asia Timur. Haha. Kalimat peringatan bahwa kondisi udara sedang buruk itu tidak pernah diseriusi lagi oleh siapa pun, karena jadi peringatan rutin di kawasan ini (termasuk Indonesia). Transit sebentar di Singapore, melaju lagi ke Jakarta, dan melandas menjelang tengah malam.

Aku bangun setiap sekian menit tadi malam. Efek turbulensi tak menggangguku di angkasa. Tapi sampai darat, ia masih berlanjut. Rasanya kasur terus berputar.

LTE-Advanced vs WiMAX II

Pertengahan 2010 ini, IEEE Comsoc Indonesia Chapter akan mengubah tema kuliah 4G-nya, dari Opening The Gates to 4G menjadi 4G Engineering. Khalayak akademis dan industri telah makin mengenal teknologi mobile 4G, dan mulai menyusun rancangan network 4G mereka. Telkomsel, provider selular di Indonesia yang terdepan dalam teknologi, sejak tahun lalu menunjukkan komitmennya bergerak ke LTE; dan telah melakukan paparan publik minggu lalu. Mengikuti jadwal dari ITU-R, 4G memang baru akan dideploy secara luas pada tahun 2015. Tahun 2010 ini yang harus dilakukan adalah penyusunan detail teknis setiap kandidat, yang diikuti implementasi awal di tahun 2012. LTE yang ada sekarang adalah bakuan 3GPP Release 8 yang masih disebut Pra-4G, seperti juga WiMAX Mobile (IEEE 802.16e). Kandidat yang sesungguhnya untuk 4G adalah LTE-Advanced (3GPP Release 10) dan WiMAX II (WiMAX Mobile Profile 2, atau IEEE 802.16m).

Baik LTE dan WiMAX menggunakan OFDMA, kecuali sisi upstream dari LTE yang menggunakan single-carrier FDMA untuk mengurangi beban pada terminal. Kecepatan data maksimal (dalam kondisi ideal) diharapkan dapat mencapai 1 Gb/s pada LTE-Advanced, dan 350 Mb/s pada WiMAX II, pada sisi downstream; jika ketersediaan spektrum penuh 20 MHz. Efisiensi spektrum memang diharapkan meningkat sekitar 50% dari LTE ke LTE-Advanced dan dari WiMAX ke WiMAX II. Baik LTE-Advanced maupun WiMAX II diharapkan mampu mentransportasikan data pada user dengan kecepatan gerak maksimal 350 km/jam.

Detail teknis lebih rinci, untuk LTE-Advanced dapat diacu di tlk.lv/4g, dan untuk WiMAX II di tlk.lv/wimax. Sebelum melakukan perbandingan teknis, kita perlu ingat bahwa ada perbedaan tata istilah antara kedua madzhab itu, dengan nuansa interpretasi teknis yang mungkin membuat keduanya tak mudah secara tepat dibandingkan.

LTE telah digelar secara komersial oleh TeliaSonera di wilayah Skandinavia, yaitu di Stockholm (dengan vendor Ericsson) dan Oslo (dengan vendor Huawei). WiMAX mengaku telah digelar 500-an provider. Tapi belum ada satu provider pun yang menggelar LTE-Advanced maupun WiMAX II.

Kedua madzhab memiliki kekuatan cukup berimbang. LTE didukung provider selular incumbent yang merupakan mayoritas penyelenggara telekomunikasi, dengan pengalaman panjang, dan jumlah user yang besar. Namun 4G bukan melulu soal telekomunikasi: ia adalah komunikasi informasi. WiMAX telah banyak digelar (termasuk sebagian oleh provider yang sama), dan didukung lebih banyak developer baru, dengan content2 yang terproliferasi cepat dari kawasan dunia IT (dibandingkan dunia telekomunikasi yang pengembangan contentnya tak dapat terlalu cepat). Arsitektur network yang bersifat hibrida lebih mungkin dibangun untuk membentuk integrasi yang merupakan saingan keras bagi operator LTE.

Di kuliah2 IEEE, selalu kami ingatkan bahwa 4G bukan hanya soal network, dan bukan hanya soal kecepatan data :). Cognitive-radio, context-aware services & contents, dan user-defined environment merupakan nature bisnis pada dunia mobile 4G. Kekuatan beralih pada user yang memiliki kekuatan untuk memilih sendiri (tanpa dibelenggu keterikatan): admin, network, service, dan context. Tarif, price, dan keseluruhan gaya bisnis akan menjadi dinamis dan menjadi bentuk yang berbeda.

Sambil menunggu deployment, ada cukup waktu — tapi tidak panjang — untuk mulai merancang layanan2 inovatif untuk memperkaya gaya hidup mobile digital kita beberapa tahun ke depan. Komersialiasi lebih dimungkinkan bagi pemain lokal dan para startup. Tapi, memang perlu semangat juang yang tinggi dan ekstra keras, karena kompetisi pun tak bertambah ringan :).

Digital Service Delivery Framework

Istilah konvergensi bahkan telah mengemuka waktu aku masih kuliah. ISDN waktu itu telah dikembangkan bertahun-tahun (pertama kali aku baca di majalah Time waktu aku masih SMA), dengan keinginan menyatukan komunikasi suara dan data dalam satu jaringan. Waktu akhirnya para operator mengimplementasikan ISDN, ATM (asynchronous transport module) mulai distandarkan, dan dunia komputasi memperluas jaringannya dengan Internet. Konvergensi diarahkan ke jaringan broadband, antara jaringan telefoni digital, Internet, dan media broadcasting yang waktu itu masih menggunakan CaTV. Lebih dari 10 tahun kemudian, kita telah memiliki jaringan2 yang memiliki layer network yang sama: IP. Internet. Jaringan telekomukasi di-NGN-kan dengan IMS dan TISPAN. Internet menjelma menjadi Broadband Internet dengan gebyar Web 2.o. Media telah memiliki IPTV dengan interaktivitas yang menarik. Namun konvergensi belum terjadi :)

Sifat dari network-network itu mungkin memang berbeda. Bukan dari karakteristik trafiknya. Itu sudah teratasi sekian tahun yang lalu dengan IntServ/DiffServ, MPLS, dll. Sifat pengembangan produk di atas network2 itu berbeda. Di telefoni, layanan voice, SMS, akses Internet, telah menghasilkan revenue yang besar, dengan pengelolaan customer yang relatif baik, dengan produk yang pemakaiannya bisa ditagihkan ke customer yang real.  Masalahnya adalah produk di benua ini tak cepat berkembang. Prosesnya lama, melibatkan segala aspek di dalam infrastuktur network dan bisnis yang panjang. Pun, revenue di sini sudah waktunya menurun. Decline. Dan ini bersifat global, di mana pun. Di benua yang lain, ranah web dan Internet, produk2 baru bermunculan setiap hari. Waktu pengembangan, implementasi, deployment, amat cepat. Namun tak banyak revenue yang bisa diambil dari produk digital di ranah ini, selain dari advertising. Dan advertising pun jumlahnya terbatas. Andai ada cara untuk menggabungkan kekuatan untuk menciptakan layanan yang inovatif, tepat kebutuhan, namun tersampaikan secara tepat ke customer yang terdata dan terkelola, dan dapat menghasilkan revenue yang kemudian dapat digunakan untuk inovasi lebih lanjut, tentu dunia kreasi digital jadi lebih menarik dan berwarna. Dan itu misi konvergensi di tahap ini.

Di forum Fresh tahun lalu, aku sempat menyinggung tentang SDP (service delivery platform). Jejaknya masih bisa dicari di blog ini :). SDP diharapkan mampu menjembatani berbagai aplikasi dan layanan digital, diabstraksikan dan diorkestrasikan dengan database user dan konteks2 penting lainnya (lokasi misalnya, dan informasi perangkat, preferensi user, peta, layanan publik, dll, dll), lalu disampaikan melalui virtualisasi network dan terminal, untuk diterjemahkan sebagai layanan real ke atas berbagai jenis jaringan (telefon, televisi, mobile) ke berbagai jenis perangkat (HP, smartphone aneka platform, TV, dll).

Tampaknya ideal. Tapi ternyata belum terjadi konvergensi juga. Layanan tradisional, seperti voice (mobile dan fix), message, dll, dengan tingkat kehandalan yang dipersyaratkan, belum dapat dimasukkan. Dunia telefoni memiliki jawaban yang menarik: IMS. IMS memang terpusat di layanan dengan sesi-sesi yang jelas, seperti telefoni, dan menggunakan protokol yang distandarkan, yaitu SIP. Namun mulai ada prakarsa untuk memperluas IMS untuk juga menangani sesi-sesi web, video streaming, dan televisi. Apa pun itu, abstraksi di sisi layanan masih akan harus dijajagi dari awal jika hendak dimasukkan ke dunia IMS.

Yang akan menarik adalah mencoba mencoba menggabungkan IMS dengan SDP. Entah kenapa ini mengingatkan aku pada penggabungan MPLS dengan ATM, dalam arti banyak skema2 menarik yang diajukan untuk penggabungan IMS dan SDP ini, sesuai dengan optimasi masing2. Membacai berbagai skema2 ini pun sudah cukup mengurangi waktu bobo, dan membuat kopi jadi menu utama :). Gambar di bawah ini adalah salah satu yang aku pikir cukup pas untuk dunia kita

Pertama, aplikasi dibagi tiga dulu. Aplikasi2 yang selama ini sudah ada di dalam network (komunikasi telefon, message, dll), yang secara tradisional telah menghasilkan revenue tinggi dan harus dipertahankan, dan dioperasikan langsung oleh network operator, dapat memiliki link langsung ke seluruh resource network. Pragmatis. Agak2 bersifat hardwired. Aplikasi semacam ini dapat langsung dihubungkan ke dalam IMS, atau network-centric part. Aplikasi lain, yang bersifat inovatif, mudah diciptakan dan dimodifikasi oleh tim pengembang atau oleh komunitas di luar; ditempatkan mengikuti arsitektur SOA (dalam IT-centric part), dan dapat memiliki akses ke network, enabler (pengelolaan konteks), maupun sumberdaya lain. Aplikasi jenis ketiga, dari dunia Web 2.0 dengan berbagai mashup-nya, yang bersifat long tail (kecil namun potensial), dapat memiliki akses melalui widget2 dan melalui aplikasi built-in yang menghubungkannya dengan sumberdaya di dalam SDP.

Ini tentu adalah diskusi awal yang memerlukan eksplorasi yang panjang. Deksripsi semacam ini pun agak tak masuk akal disajikan dalam sebuah entry blog dengan panjang kurang dari 10 paragraf semacam ini. Mestinya melalui Twitter, haha.

Weekend ini aku mau ke Malang untuk mendiskusikan soal ini. Ada yang berminat bergabung? Sila hubungi Departemen Teknik Elektro Universitas Brawijaya.

Ultah IEEE 802

Pada bulan Maret 1980, beberapa perusahaan, termasuk DEC, HP, IBM, Intel, dan Xerox mulai mengkristalkan gagasan untuk membentuk sebuah komite komunikasi data di bawah IEEE. IEEE dipilih karena sifatnya yang netral dan lebih berfokus pada soal teknis. Komite ini akhirnya dibentuk, dengan Maris Graube dari Tektronix sebagai ketua.

Aku pernah Kerja Praktek di LEN. Di sana, aku sempat mendapatkan tugas mendayagunakan interface IEEE 488 GPIB yang tak banyak disentuh. Graube juga beranjak dari standar itu, tetapi ia berminat melakukan standardisasi untuk interface pada jarak yang lebih jauh. Salah satu standar pertama dari IEEE 802 — begitu Komite Standard ini dinamakan — adalah Ethernet. Menariknya, Bob Metcalfe sebagai penemu Ethernet justru menolak standardisasi Ethernet waktu itu, dengan alasan bisa mengganggu proses inovasi.

Standar lain mulai ditetaskan oleh IEEE 802. Token ring misalnya. Tapi juga ke dunia wireless. Yang amat dikenal generasi saat ini tentulah WiFi (IEEE 802.11). Padahal standar WLAN IEEE 802.11 ini sempat tak lancar dikaji: ia memerlukan nyaris 8 tahun hanya untuk standard dasarnya saja. Yang lebih parah adalah UWB (ultra wideband) dari kelompok WPAN IEEE 802.15, yang melibatkan dua kubu yang bersaing — mereka gagal mencapai konsensus dan akhirnya menarik proyek mereka. Contoh lain yang tak pernah mencapai standardisasi adalah Manajemen Network (dan ini menjelaskan kenapa kita tidak memiliki standar Manajemen Network yang menarik).

IEEE 802 juga turut mengarahkan tren industri. Contohnya adalah standar WiFi Gigabit 802.11AD yang mendorong kalangan industri untuk menyiapkannya mulai mulai tahun 2013, dengan versi 6 GHz dan 60 GHz. Versi 6 GHz akan digunakan untuk aplikasi bisnis dan industri, karena sinyalnya kuat kuat, namun berbiaya lebih tinggi untuk pengkodean, penanganan gangguan, antena MIMO, dan modulasi multilevel. Sebaliknya, versi 60 GHz akan ideal digunakan konsumen dan kantor kecil karena mudah dibangun, namun sinyalnya terganggu oleh penyerapan oksigen — secara harfiah.

Aplikasi skala industri yang didorong oleh standar 802 juga meliputi WPAN IEEE 802.15 yang mendukung RFID dan smart grid, serta 802.16 yang menjadi standar WiMAX, WiMAX mobile, hingga WiMAX 4G. Yang juga menarik adalah IEEE 802.15.6 (Body Area Networks) dan VLC IEEE 802.15.7. Yang pertama dapat digunakan untuk transceiver skala nano yang bisa ditelan pasien dalam bentuk pil; dan yang kedua untuk jaringan data tingkat tinggi dengan modulasi gelombang cahaya sebagai lapisan fisik yang akan beroperasi dalam rentang terahertz tanpa izin dan kebal terhadap gangguan listrik.

Untuk mengulangtahuni Komite Standar IEEE 802, IEEE juga memberikan kesempatan terbatas bagi siapa pun untuk mengambil standar-standar dari keluarga IEEE 802 secara gratis. Silakan klik pada standar-standar di bawah untuk melakukan download gratis.

Standar-standar ini hanya dapat diunduh gratis selama masa Peringatan Ulang Tahun Komite Standar IEEE 802; dan keputusan ini dapat diubah setiap saat tanpa pemberitahuan. Silakan disebarkan demi makin majunya pengembangan sistem komunikasi dan informasi demi kemanusiaan. Selamat Ulang Tahun, Komite Standar IEEE 802!

Teknologi 4G di Yogyakarta

Tak seperti biasanya, kali ini Gunung Merapi tampak detil2 liku2nya lengkap dengan puncak menjulang dan asap tipisnya, bahkan sejak Garuda belum mendarat di Yogyakarta. Udara jernih nyaris tanpa kabut dan awan tipis. Ya, setelah Bandung, kali giliran Yogyakarta menjadi tuan rumah bagi lecturing “Opening The Gates to 4G Mobile Technology” yang diselenggarakan oleh IEEE Communications Society Indonesia Chapter.

Bertempat di Hotel Santika (19 Desember 2009), seminar ini masih menyampaikan materi yang sama dengan Bandung, namun telah diperkaya oleh hasil diskusi di Bandung. Speaker dan materinya meliputi:

  1. Muhammad Ary Murti: Pengenalan IEEE, societies, Indonesia section, chapters, membership.
  2. Kuncoro Wastuwibowo: 4G Mobile Technologies, network, service, cognitive radio, context awareness, candidates
  3. Arif Hamdani Gunawan: Candidate I –> LTE, evolution, features, architecture, OFDMA & SCFDMA, implementation plan
  4. FX Ari Wibowo: Candidate II –> WiMAX II, comparison of 802.16e vs 802.16m, specifications, features, architecture

Peserta datang dari Bandung, Yogyakarta, dan berbagai kota lainnya. Diskusi cukup tajam, membahas spesifikasi detail, spekulasi mengenai lenyapnya UMB :), hingga pengembangan aplikasi di atas teknologi 4G.

IEEE-4G-Yogyakarta

Setelah Yogyakarta, Teknologi 4G akan juga dibawakan ke kota-kota lain, sementara di awal 2010 nanti juga IEEE akan mulai meluncurkan tema-tema yang berbeda untuk lecturingnya. Lecturing ini akan disampaikan melalui beberapa metode sesuai tujuan. Bentuknya bisa kuliah umum di kampus, lecturing intensif seperti saat ini, atau conference yang lebih besar. Namun tentu akan diperlukan dukungan lebih banyak volunteer :). Punya passion di bidang ini?

« Older posts Newer posts »

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑