Category: Music (Page 5 of 5)

On Masterpiece

Nyetel Wagner di tempat ini memang sebenernya pas. Kita ingat, Der Ring dibuat Wagner di pengasingan, dalam kondisi seadanya, waktu tidak ada harapan sama sekali untuk bisa menyusun performa yang sesungguhnya. Tapi Der Ring justru diciptakan untuk menunjukkan bahwa nilai (romanticism, balik lagi ke nilai) kemanusiaan bukan terletak pada sumber dari luar dan penghargaan dari luar, tetapi dari pemenuhan potensi. Maka terciptalah masterpiece yang dikagumi selama satu abad lebih dikit.
Aku nggak pernah merasa Der Ring itu bagus, tapi aku selalu bisa menikmatinya sepenuhnya, setiap saat. Dan aku nggak tau rahasianya. Dari segi artistik, pasti aku lebih milih Debussy. Jadi di mana sih Wagner menyimpan puncak keunggulannya ?
Refer: Richard Wagner

Sore Musik Romantik

Side A Richard Strauss, side B Edvard Grieg dan Frans Liszt. Mereka umumnya dari zaman musik romantik, waktu orang berusaha menggambarkan ‘nilai-nilai’, antara lain dengan simbolisme.

Kadang bentuknya kegagahan seperti Richard Wagner, kadang kelembutan seperti Frederick Chopin. Tapi yang menarik adalah bahwa Wagner bisa membawakan kelembutan dengan megah (misalnya Liebestod), dan Chopin bisa menggambarkan kekuatan dengan lembut (aku kurang hafal nomor-nomor simponi Chopin —sorry).

Richard Strauss itu penerus Wagner dalam arti bahwa Friedrich Nietzsche itu penggemar Wagner, dan Strauss itu penggemar Nietzsche. Dari musik ke musik melalui filsafat. Namanya juga romanticisme. Liszt, Wagner, dan Hector Berlioz diakui sebagai genius musik masa itu, sementara Chopin jadi tukang merayu, haha.

Kalau Johann Strauss itu alirannya beda, itu musik klasik dengan gaya waltz. Enak juga buat lompat-lompat kaki. Tapi kepala lagi suka nyeri sih, gimana yah. Kali perlu tambahan dosis Wagner.

Disonansi Jakarta

Aku udah merasa perlu bener sama semacam pengkondisian pikiran, yang kalau di Bandung bisa disusun dengan komposisi-komposisi tertentu. Siang ini aku ngebayangin kalau bisa ngedengerin Petrushka, salah satu komposisi disonan dari Stravinsky. Pas bener sama suasana keseharian Jakarta. Kegalauan kolektif yang didorong paksa menuju dinamika yang berderap; dan keberisikan batin yang barangkali saling meresonansi.

Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑