Category: Blog (Page 2 of 3)

Blog Si Jack

Agak umum kalau majalah atau jurnal yang berkait profesi atau komunitas memasang halaman umpan balik di halaman2 belakang. Sebuah majalah Mac memasang berbagai cara memanfaatkan produk Apple (selain untuk komputasi). Majalah2 lain kadang memasang halaman humor yang menohok profesi. IEEE Spectrum dan IEEE Computer juga, biarpun dalam bentuk agak serius :). Jurnal E&T dari IET memiliki pendekatan menarik. Beberapa bulan terakhir, setiap dua edisi sekali, ia menampilkan blog seorang abege bernama Jack.

Si Jack ini konon berusia 16 tahun, memiliki beberapa saudara, dan terutama memiliki ortu insinyur. Dan untuk menggambarkan penderitaan si Jack, kita ingatkan: kedua ortunya adalah insinyur. Simpati kami atasnya :). Tentu, sebagai fanatikus engineering, kedua ortu Jack agak berharap Jack juga terjerumus ke dunia engineering — hal yang cukup menakutkan Jack. Dan dengan kaitan ajaib semacam ini, jadilah blog si Jack umpan balik bagi pola pikir kaum engineer (yang seringkali merasa lebih pintar dan lebih benar dari spesies manusia lainnya).

Edisi pertama blog si Jack menggambarkan kekecewaan ortu Jack tentang profesi yang diminati Jack: matematika (uh, keren), biologi (ya, sains juga lah), musik (hmm, ok, untuk mengasah intelektualitas), dan ekonomi (haaaaaah!!!!!). Eh, yang di dalam kurung itu tanggapan ortu Jack. Begitulah, ortu Jack memang belum secendekia misalnya Prof MO Tjia — sedikit dari fisikawan Indonesia yang memiliki otoritas untuk bicara tentang mekanika kuantum, tapi justru yang mengakui bahwa ilmu semacam kimia, biologi, dan sejarah justru memiliki kompleksitas lebih dari fisika fundamental. Ketinggian budi yang … wow.

Edisi terakhir blog si Jack ini bikin aku terpaksa baca dua kali dan ketawa dua kali. Seperti abege 16 tahun lain, si Jack dalam masa pemberontakan untuk lepas dari pengaruh ortu. Dan amat kesal memahami bahwa dirinya belum bisa berlibur sendirian. Maka berliburlah ia ke sebuah jembatan di Perancis. Huh, kenapa jembatan? Ya, itu pilihan ortunya: mencari tempat yang dekat Futuroscope dan Millau, sambil bisa berbincang dengan sesama turis Inggris tentang kurangnya visi pemerintah pada bidang engineering. Sang ayah doyan bawa kawat ke mana2, bisa buat benerin flip-flop yang terbakar, bisa buat mengetatkan kabel akselerator (sampai mereka menemukan bengkel tempat bunga merah tumbuh di genangan oli, dan sang ayah selalu menjadikan pekerja bengkel sebagai teman bertengkar yang akhirnya jadi sahabat sebahasa).

Satu2nya hal yang menyenangkan si Jack adalah waktu ia berjumpa abege cewek di kolam renang. Dengan gaya berenang yang mengkhawatirkan, ia berhasil menarik perhatian Katie, dan mengajak mengobrol sambil minum orangina. Sayangnya Katie harus segera pergi bersama ortunya. Sambil si Jack bingung bagaimana cara mengajak Katie ketemu lagi, Katie berteriak bahwa mobil ortunya terkunci dari dalam. Jack punya kesempatan untuk mulai menyusun kata2. Tapi justru ayah si Jack memutuskan mengambil kawat kesayangannya dan dengan cepat membukakan kunci mobil keluarga Katie. Tindak kepahlawanan? Tidak bagi keluarga Katie yang justru menatap ngeri pada … ugh … tukang bongkar mobil atau rumah orang? Mereka segera pergi, dan Jack kehilangan Katie.

Bagaimana ortu Jack dulu ketemu? “Engineering convention,” kata si ibu: “Waktu itu OHP rusak …” Cerita terputus karena Alice pingin tahu apa itu OHP, dan langsung membawa kedua ortu ke nostalgia barang2 kuno: Dymo printer dll, yang semuanya bisa diperbaiki si ayah. So, liburan usai, Jack masih jomblo. Hasil ujian keluar sesuai harapan: ekonomi, matematika, musik, biologi. Mudah2an mendatangkan penghasilan yang cukup untuk membayar orang untuk memperbaiki proyektor.

‘Gak sabar menunggu entry blog Jack berikutnya.

Wagner dan Blogger

Tentu Wagner bukan cuma Siegfried dan Tristan. Ada rentetan panjang simfoni, mars, dan opera sepanjang hidup Richard Wagner. Tapi aku yang nggak pernah paham bahasa Jerman, dan baru akhir2 ini menyelidik rincian kisah2 opera dan simfoni Wagner, memang hanya bisa menikmati sebagian diantaranya: sebagian yang sungguh2 pas. Bagian yang lain, entah kenapa tak terasa akrab. Bahkan di catatan tentang Wagner yang dibuat tahun 2000 itu, opera yang cerlang ceria seperti Das Liebesverbot dan Rienzi nyaris tak disebut. Dan baru beberapa hari lalu aku baca pengakuan Wagner. Pernah ada masa saat ia menulis opera dengan berfokus pada reaksi publik: apa yang kira2 akan menarik publik, apa yang akan memukau penonton, apa yang bakal menimbulkan reaksi masyarakat. Dan contoh yang ia sebut adalah Die Feen dan dua opera di atas. Reaksi publik? Memang luar biasa. Dan nama Wagner mulai terangkat di Paris. Wagner menyebut opera2nya masa itu dengan opera berbasis pikiran. Aku sendiri akan menyebutnya opera marketing. Marketing yang sukses, btw.

Sejak Faust, lalu Fliegende Hollander, Wagner melakukan apa yang disebutnya opera berbasis intuisi. Pun sebelum ia mengakrabi filsafat Schopenhauer. Ia hanya mengikuti kata hatinya, yang tentu sudah dimatangkan oleh profesionalisme dan sekaligus nurani. Lalu Tannhauser. Ya, mulai masuk komposisi2 favoritku (vaforitku). Termasuk masterpiecenya: Der Ring Des Nibelungen. Dan tak harus Wagner. Beethoven misalnya. Simfoni kelima yang tertata rapi dengan motif, empat nada empat nada, kenapa justru bikin air mata menitik. Simfoni ketiga dan ketujuh, kenapa bikin kita kadang harus menarik nafas kagum.

Tentu, sebagai INTP, aku menjunjung rasionalitas. Tapi, seperti yang pasti rekan2 di milis2 zaman dulu pada bozan, aku akan selalu menyebutkan bahwa rasionalitas itu multilayer. Taktik singkat, taktik rada panjang (bukan strategi sebenernya, tapi kadang dikira demikian), hingga rasionalitas yang terasah dan tak harus verbal tetapi bisa menjadi guide secara intuitif. Dan dalam tahap ini, rasionalitas tak harus lagi berwujud kausalitas dangkal (idiom ini, entah kenapa, mengingatkan sama gaya tulisanku di SMA dulu); tapi bisa berupa intuisi — dan terkomunikasikan bukan secara verbal, tetapi menyeberang antar hati.

Musik Indonesia belum kacau balau. Kalau kita sempat menjelajah ranah indie, kita sering menemui pernik-pernih cerlang. Tapi tentu musik yang didentamkan dan dilengkingkan di media lebih sering musik berbau marketing juga. Dan tak terbatas di dunia seni, ini terbawa ke dunia kita juga: blogging. Haha, dunia blogging.

Ribuan blog Indonesia, dengan tumpukan intan, mutiara, permata, tapi di sisi lain juga tumpukan sampah marketing. Dan kitsch juga. Blog dengan title atau summary menggelitik yang membuat orang terpaksa berkunjung. Isi blog yang dipaksakan provokatif atau mengharukan, yang memaksa orang melink atau mengcomment. Dan tentu SEO! Yang ini bahkan ditulis bukan untuk menghamba kulit manusia, tetapi menghamba mesin (untuk tidak menyebut — karena tidak selalu — menghamba uang). Aku cukup sering jadi juri yang harus membacai banyak blog, dan harus amat sangat kesal membacai sampah yang dipurapurakan sebagai blog itu. Tapi kekesalan itu kecil, dibanding keceriaanku menemukan blog-blog beneran, yang inspiring, membuka mata, provokatif alami, mengharukan beneran. Dan bukan kata2 itu yang membedakan mana yang tulus mana yang kitsch. Ia terkomunikasikan tidak secara verbal.

Tapi apakah rasionalitas dangkal mesti dikutuk? Dibubarkan? Tentu tidak. Wagner pun pernah terjerumus ke kesalahan yang sama. Mudah2an suatu hari kita para blogger juga kembali menulis sesuai bisik nurani  — kejernihan dan kejailannya sekaligus. Dan kalau tidak, haha, dunia tetap indah dengan titik cahaya sekedarnya. Kilaunya mencerlangkan dunia.

Kita tutup malam dengan Gotterdämmerung. Der Ring itu ajaib. Secara ringkas ia menjelaskan kehancuran para penyusun semesta akibat kejahatan2 mereka sendiri. Diperlukan alih generasi yang menggantikan keserakahan dengan kasih sayang, dalam dua generasi. Tapi akhirnya kasih sayang pun harus hancur di Gotterdämmerung. Hihi. Indah ya (^_^)V

Tea Addict

Melalui agregator pribadi ra.me-ra.me, blog seorang Irfan Setiaputra memang rutin aku baca. Dan buat kita, tidak aneh seorang Country Manager sebuah perusahaan multinasional menulis blog. Memang sih, sebagai orang tenar, blognya jadi cuman setengah personal (dan setengah humas — haha). Tapi undangan di blognya luput aku baca. Hari2 setelah kepindahan ke Jakarta ini memang belum … belum serasa menjejak bumi lagi :). Hanya setelah ada undangan langsung, aku menyanggupi untuk datang menemui salah satu tokoh IT nasional ini. Dan hadirlah aku di Tea Addict, sebuah café di sekitar Sudirman.

Pak Irfan tampil kontras denganku. Beliau dengan warna putih, dan aku dengan hitam-hitam. Peserta bincang sore itu hanya belasan orang saja. Yang aku baru saja lihat a.l. Ivan Lanin. Sekaligus membuktikan kebenaran tesis Indra Pramana bahwa Ivan Lanin dan Kuncoro memang dua orang yang berbeda. Aku duduk bersebelahan Harry Sufehmi, dan Pak Irfan bersebelahan Mas Pepih Nugraha di depanku. Perbincangan lebih banyak ke soal aktual Cisco, organisasinya, arah bisnisnya, plus cerita2 menarik. Nggak usah ditulis di sini lah. Biar beliau menulis di blognya sendiri.

Di sesi diskusi, karena peserta masih sungkan, aku mengawali diskusi dengan strategi penetrasi budaya ke korporasi; misalnya Internet 2.0 ini. Kita tahu, level direksi dan level officer sangat2 paham tentang hal2 berkenaan dengan new marketing strategies ini. Tetapi level antara keduanya ini kadang jadi penghalang yang rigid, dan ini umum terjadi di mana pun. Pak Irfan menjawab cukup panjang, dengan berbagai formulasi strategi; termasuk skala perusahaan, hingga … ummm … pembersihan. Kemudian ganti kita diskusi tentang kondisi aktual bisnis infokom di Indonesia. Wise juga beliau ternyata (hehe). Tak hendak melakukan diskusi berdua saja, aku kemudian set silent; dan syukurnya rekan2 lain mulai ramai berdiskusi juga. Perbincangan panjang dan menarik itu diakhiri dengan sesi makan malam. Tentu dengan diskusi juga :).

Foto2 … haha, kebetulan aku lagi tak terlalu lincah menembaki orang2 hari2 ini. Ini diculik dari blog Pak Irfan:

Oh, terima kasih Pak Irfan atas sharing wawasannya yang OK nian. Terima kasih Cisco untuk kesempatannya.

Blogging 8.0

Tentu Internet 2.0 memang sudah terjadi (atau Internet 3.0 — tidak ada bedanya). Tentu wikinomics, prosumerity, etc, memang sudah terbukti. Namun bukan berarti blogging jadi harus jadi pusat perhatian. Blogging memang kegiatan Internet 2.0 yang paling mudah. Hanya dalam beberapa menit, seseorang yang baru mengenal Internet sudah dapat menjadi penerbit kelas dunia. Blogging dapat dimanfaatkan buat jadi pintu pertama buat mengenal Internet transaksional, sebelum orang awam mengenal keunikan-keunikan Internet lainnya. Namun blogging juga mirip SMS: cuman jadi alat bantu komunikasi. Blogging, Internet, komputer, tidak membuat hal baik jadi jelek atau hal jelek jadi baik: menulis kebodohan di Internet tidak membuatnya jadi benar atau keren.

Tapi kenapa menulis blog sampai 8 tahun (dan entah berapa macam blog)? Mengapa kemudian sibuk mempromosikan blog, menjahit kegiatan antar komunitas, meroadshowkan blog? Bukan karena blog itu istimewa; tetapi karena melihat potensi bahwa blog bisa jadi ruang belajar yang ampuh untuk transformasi budaya, penularan ilmu, dan pembudayaan infokom secara intens. Dan kalau “blogger” jadi label, jadi terekspose secara eksklusif, jadi dibikin terlalu bergaya dan centil, itu efek yang sebenarnya tak diharapkan (tapi bisa dijadikan ruang tersendiri untuk mereka yang memang centil dan suka bergaya). Dipikir2, ajaib juga kalau blogger pingin diekspos TV dan media konvensional lain :) — mirip kaum republiken yang meminta pengakuan dari maharaja :). Sejauh ini sih, yang terjadi adalah bahwa media konvensionallah yang bekepentingan mengekspos kegiatan blogging dan semacamnya, untuk membuat diri mereka sendiri updated.

Aku akan terus ngeblog, terus meneruskan kampanye blogging, dan terus mendukung kegiatan2 yang membuat dunia blog ramai; terutama membantu kegiatan blogging & komunitas blogging agar mulai memberdayakan masyarakat yang lebih luas.

Foto di sini adalah foto aku di Yogya kemarin: menyampaikan laporan & ide2 content dari Jawa Barat. Aku memulai dengan menyebutkan bahwa content & communities tak mungkin terpisahkan. Dengan Internet 2.0, content, feature, dan bahkan produk, akan dibentuk dan didefinisikan oleh communities. Yaw, mungkin ini presentasi terakhir dimana aku mewakili Jawa Barat. Tapi mudah2an bukan presentasi terakhir dimana aku mewakili kaum blogger.

Blogger Academy

Cerita tanggal 11 Juli.

Ini untuk pertama kalinya aku ke Yogya tanpa menyempatkan diri masuk ke kraton. Cuman sampai halaman depan. Dan sempat pamit ke Sultan (dalam bayangan): “Boss, kali ini abdi nggak sowan ya. Rada sibuk neh.”  Detik2 terakhir di Yogya dipakai buat berkeliling kampus UGM, dan langsung meluncur ke Bandara Adisucipto. Check in tanpa antri, aku dipersilahkan menunggu di Garuda lounge. Kelihatannya aku bukan blogger 100%: yang aku cari bukan akses Internet duluan, tapi kopi panas. Kopi diramu sendiri, dibawa ke sofa, kubanting badan, kusesap kopi … segar. Seorang Bapak masuk. Kutatap, rasa2 agak kenal, dan beliau menatap balik. Kuanggukkan kepala memberi salam, dan beliau membalas, sebelum akhirnya aku ingat: Ini Sri Sultan Hamengku Buwono X. Duh, yang punya negeri. Tapi tak lama aku di situ, dan memutuskan membuang waktu di Periplus. Belum 1 menit, sudah 3 buku kugenggam. Hicks, serakah itu tak baik. Jadi hanya 1 kubawa ke kasir: Wikinomics. Amex-ku ditolak. Hmm, memang tak keren Amex ini sejak dikelola Bank Danamon. Jadi pakai HSBC – diskon 10% :).

Di angkasa, buku itu tak terbaca juga. Penerbangannya singkat. Aku duduk dekat jendela kiri, jadi tak bisa melihat Merapi dari atas. Yang kelihatan malah keraton lagi, diapit alun2 utara dan alun2 selatan. Tapi tak lama, tampak sebuah gunung lagi. Nanti kita cari namanya deh :). Trus pantai utara. Trus Jakarta. Bergegas turun, nyaris balapan lagi sama … Sultan, hush. Istirahat di luar, dan membiarkan seorang bocah kecil yang gagah meluangkan waktunya untuk menyemir sepatuku. Damri mengantarku ke kawasan Slipi. Dan aku mulai sleepy. Turun dari bis, ojek mengangkatku menyelip di kawasan Palmerah yang padat, dan aku turun di kantor Kompas Gramedia.

Di kantin Sasana Budaya, Mas Pepih menyambut. Ada Mas Budi Putra dan Mas Adam Infokomputer juga. Es kapucino digelontorkan ke darah buat melawan kantuk. Dan waktu2 berikutnya, bergabung juga rekan2 blogger dari Asiablogging. Menjelang matahari tenggelam, semuanya beranjak, ke Ancol.

Di Ancol, kami melandas di Segarra. Pak Taufik Mihardja (Direktur Executive Kompas.com) dan Pak Budi Karya (Direktur Utama Jaya Ancol) sudah menanti, dikelilingi tim yang cukup lengkap. Tapi acaranya tak formal. Berbincang2 segitiga antara Ancol, Kompas, dan para blogger ABN. Materi perbincangan ditulis lain hari deh :). Intinya adalah ketertarikan pihak Jaya Ancol untuk memahami dan memainkan komunikasi melalui media online, baik media online maupun blogging (para blogger sendiri diundang oleh Kompas). Rincian menyusul. Capuccino kedua menyegarkan pikiran. Tapi perbincangan dihentikan untuk melihat atraksi Police Academy – aksi stuntmen dari Italia yang dikemas mengikuti film Police Academy. Rame sih, asal sebentar melupakan soal global warming dan makin langkanya BBM. Makan malam menyusul, dengan Mbak Mety (manager promosi Ancol) kita daulat sebagai pemberi rekomendasi. Yang beliau rekomendasikan a.l. crab, dan – yang aku ambil – lamb tongseng. Rame sih, asal sebentar melupakan soal kolesterol. Perbincangan informal diteruskan, sampai kemudian Fauzi Bowo, Gubernur DKI, mendadak bergabung. Tapi beliau didaulat bergabung berfoto saja :), bukan didaulat blogging :). Di situ diskusi ditutup dan diakhiri.

Diskusi2 tentang blogging memang selalu menarik, dan masih akan menarik. Benda satu ini membuat seorang user menjadi publisher, dengan cara yang mudah dan murah, dan langsung bisa saling mengait dengan jalinan informasi internasional. Salah satu misi kita memang mendorong agar demokrasi dan sosialisme informasi (sekaligus kapitalisasi Web 2.0) ini jalan. Jadi tidak pernah ada keinginan untuk mengeksklusifkan para blogger, atau memberi kemanjaan kepada para blogger. Sebaliknya, para blogger (dan user lain yang diajak menjadi blogger) diharap jadi punya power lebih untuk lebih dapat membantu masyarakat sekitarnya menikmati taraf hidup (ekonomi, pendidikan, dll) yang lebih baik. Siap, para blogger?

Bebersih Jilid 3

Kayaknya memang nggak sopan kalau aku nggak bikin report tentang acara Bebersih di Taman Lansia minggu lalu :). Abis merepotkan banyak orang (biarpun berakhir ceria), masa terus diem2 aja :). Sebenernya sih, aku udah bikin report (selain bikin repot) di blog yang lain. Tapi sebagai penghargaan buat yang udah bersusah2 menyiapkan dan meramaikan acara, aku tulis lagi di blog ini. Btw, blog ini masih the one reflecting my soul loh, haha :). Biarpun sublim selalu. Hush.

Btw, ini report beberapa peserta:

Cerita versi aku sendiri … hemmm, nggak jauh beda sih. Kebetulan aku talk sama Nanda (store manager of Sbux BIP), dan dia cerita tentang kegiatan2 sosial Sbux. Aku jajagi kemungkinan kegiatan semacam itu dibuat lebih kuat dengan mengajak kerjasama komunitas2 lain di Bandung. Aku menyebut misalnya blogger dan KLuB. Jadi waktu Jaka & Aki Heri of Batagor berencana menyiapkan jilid 3 dari acara Bebersih Bandung, aku coba ajak Sbux. Kebetulan malah ketemu Kiki (district manager). Btw, talk2 semacam ini bentuknya cuman ngobrol sambil berdiri, bukan rapat dll :). Balik ke kantor (ya, malam2 kantor masih ramai), aku talk ke Deby: ajakin Flexter Pivijis juga yuk. Deby antusias, dan menularkan antusiasmenya ke Flexter. Cuman jadi pingin rame. Siap2in merchandise: kaos, topi, payung, dan … eh nemu kantong hitam: samber juga deh. Pengakuan dulu: itu merchandise tas Flexi sebenernya … hihihi … sisa dari merchandise untuk Meeting IEEE minggu sebelumnya. Waa, ampuun. Dan karena Deby selalu keibuan (wuih), maka soal makanan langsung jadi concern. Biar rame, kita juga kontak lagi KLuB dan id-Apple. Pingin kontak BBV, yang sementara itu namanya muncul lagi, tapi belum dapat contact person. So, indirect aja :).

Minggu pagi, ternyata Jaka (ketua muda Batagor) panik. Aku tahu sih. Biasanya memang ketua kita itu optimis waktu rapat; tapi waktu action dihandel sama Deniar. Begitu Deniar menyatakan absen, dia pura2 biasa aja, padahal jelas keliatan panik. Kantong sampah aja nggak bawa. Untung aja kami punya yang nemu di gudang itu. Nggak yakin cukup, Aki harus pergi lagi cari kantong. Dan karena ketua panik, maka dalam beberapa session, kami para anggota dan tamu harus mengambil alih acara. Wakaka. Berlebihaaaannn.

Aku bagi acaranya sebenernya gini: Jam 8 mulai ketemu, berhaha hihi, sambil bantu2 panitia siapin tenda dan lain2. Jam 9, seharusnya sudah lengkap, dan acara resmi bisa dimulai dengan pembukaan, perkenalan antar komunitas, perkenalan tamu, game kecil, dll. Jam 10 kita mulai bebersih. Tapi rencana diubah. Game ditunda. Jadi jam 9.30 aku bagi peserta jadi 3 tim, memastikan setiap tim mengandung semua komunitas, biar saling kenalan. Jam 10.30, bebersih sudah selesai. Huh, mereka bekerja terlalu giat & cepat. Deby yang melakukan inspeksi kagum atas hasilnya: bersih sekali. Baru acara kebersamaan, game, foto2 dimulai.

taman-lansia.jpg
Foto hasil jepretan Adham Somantrie

Komunitas yang akhirnya terwakili: Batagor, Flexter, Starbucks barrista (mereka ikut bebersih lo, bukan cuma sponsor kopi), id-Apple (Adham), BBV (Adham, Puti), KLuB (Wisnu, Rolly, Diki). Ada lagi yang belum aku sebut?

Di tengah itu, Kokoh Kabul hadir juga, terpancing banyaknya komunitas IT yang datang. Jadi ianya malah bikin rapat membahas acara training2 IT dengan fasilitas yang disediakan di BEC berupa panggung, akses Internet cepat, dll; kapan saja kalau komunitas memerlukan. Freely.

Tamu2 juga mulai datang. Budi Putra of Asia Blogging, Yulian Jay Firdaus of id-Gmail (dan secara umum mewakili para seleb blog, haha), Indra KH of Indocisc, Rendy of Qwords dan adiknya, serta blogger2 yang belum atau masih akan menggabungkan diri dengan komunitas2. Ritual biasa: foto2, cela2an, dll.

Acara selesai tengah hari. Aki Heri dkk meneruskan ke acara Bedah Gubug. Aa’ Budi Putra disertai beberapa blogger meneruskan perbincangan di Cihampelas Airport. Aku beberes. Jay tertinggal di Taman Lansia, dengan perenungannya. Yang ini memang makhluk ajaib.

So, terima kasih buat semua yang hadir, semua yang berencana hadir tapi gagal, semua yang direpoti dan merepotkan diri mengurusi acara ini, dan semua yang mendoakan agar acara ini berhasil dan menyumbangkan kecerahan buat negeri ini. Acara berikutnya, hostnya jangan Batagor kali ya. id-Apple, mau tidak?

Blogger, Hacker, Minister

Atas arrangement dari Oom Romi (yang kita semua kenal dari Ilmukomputer) dan Oom Son Kuswadi (yang kita kenal dari IECI), malam ini terjadilah silaturrahim yang sangat akrab antara Menkominfo Muhammad Nuh (dan jajarannya dari Depkominfo) dengan komunitas2 ICT, yang menurut Menkominfo merupakan stakeholder dari ICT Indonesia, bertempat di Gd Depkominfo, Jakarta.

Skrip pembicaraan aku laporkan langsung di koen.telkom.us. Dan aku lupa alasannya kenapa mesti in English semi kacau :). Kajian berfokus pada latar belakang dan implementasi UU ITE. Concern yang cukup besar disuarakan komunitas atas praktek penyensoran yang mulai dilakukan pemerintah, yang dianggap melakukan hal yang salah untuk alasan yang benar. Menteri menyetujui bahwa UU itu tidak sempurna, dan mengajak bersama2 memperbaiki. Tentu suara hangat dan ajakan ini berbeda dengan lengkingan charlatan tertentu kepada media tertentu, yang memanfaatkan nama Depkominfo untuk mengancam komunitas2 IT (setidaknya komunitas blogger dan hacker) — untuk mana Menteri juga menyesalkan perilaku semacam itu.

depkominfo.jpg

Bersama2, kita sampaikan juga hal2 positif tentang kegiatan para hacker dan blogger di republik ini, yang menjadi ujung tombang pencerdasan pendidikan dan ekonomi masyarakat melalui ICT. Jajaran Depkominfo menyatakan mendukung upaya2 ini. Ini a.l. juga disampaikan Mr Cahyana Ahmadjayadi (Dirjen Aplikasi Telematika, yang juga blogger, url= cahyana-ahmadjayadi.web.id), Mr Basuki Yusuf Iskandar (Dirjen Postel), serta Mr Edmon Makarim (Penasehat Menkominfo). “Blogger adalah keluarga kita,” kata Mr Nuh.

Yang belum selesai memang soal penyensoran. Keberatan banyak pihak tentang mulainya pemerintah melakukan penyensoran dijawab dengan alasan bahwa resource Internet kita sedikit, sayang jika digunakan untuk hal negatif. Namun metode pemfilteran akan diperbaiki, sehingga tidak justru merugikan orang banyak, seperti yang akan terjadi jika filter dijalankan per site. Ini akan dikaji lebih lanjut.

Dan tentu, acara ini jadi semacam land-coffee (kopi darat) juga. Ketemu berbagai warna blog, tanpa label positif negatif, seperti yang digunakan tukang pecah belah yang malam ini sempat disebut namanya di depan publik itu. Juga ketemu Mas Suhono, yang bersama Mas Romi dan Pak Son jadi malah membahas IECI. Dan IEEE.

Skripku di sini: KOEN.TELKOM.US. Sila kalau ada penyempurnaan.

Update: Dan ini alasan sesungguhnya tentang pemblokiran Youtube: HTTP.KOEN.CC.

And The Winners Are …

Senin pagi itu aku berencana bersantai di RS Borromeus sambil antri kontrol diri :). Mendadak para sahabat bergantian menelepon, menyampaikan bahwa Kompetisi Blog Telkom.TV, yang sedianya akan dipurnakan minggu ini, harus diselesaikan hari ini juga. Satu2nya kemungkinan Direksi Telkom bisa menutup kegiatan dan memberikan hadiah hanya malam itu. Notebookku langsung dibuka di RS, dan proses yang sudah direncanakan langsung dijalankan. Proses apa? Sebelum hari pengumuman, kami belum ingin tahu nama pemenang. Cukup para nominee. 20 jumlahnya. Maka hari Senin itu, aku harus menghubungi para nominator satu per satu, sambil menyiapkan para juri bersidang memilih pemenang. Berhasil? Ah :).

Sementara itu aku sudah keluar dari RS, dan mulai menghubungi para nominee. Tidak mudah, tentu. Waktunya, wow, hanya beberapa jam. Yang di luar Bandung kelihatannya harus diacarai di Kandatel masing2. Tapi tetap dirank dalam sidang juri. Perlu bantuan banyak rekan, sesama blogger, dan anggota komunitas2 online, untuk saling mencari. Tapi sambil tetap cool. Yang tak mungkin lagi dikontak dengan telepon, dikirimi email. Tentu kemungkinan sampai dalam beberapa jam sangat kecil. My fault. I’m sorry. Dan sementara itu juri sudah memilih 5 besar. Hah, harusnya kan 4? Ya, tapi 5 ini outstanding dibanding lainnya, dari kriteria yang ditentukan. Aku habiskan mug besar caramel macchiato itu. Akhirnya diputuskan menambah 1 hadiah lagi.

Berikutnya, aku pindah ke posisi akhir di BEC, tempat acara dilangsungkan, dan pemenang kompetisi blog ini akan diumumkan. BEC sudah ramai. Beberapa nominee sudah hadir, dan beberapa membawa pasangan :). Dari komunitas blog, ada Aki (yang langsung harus pergi karena ada kegiatan lain), dan Rendy. Dan entah dari langit ke berapa, mendadak ada Priyadi juga. Priyadi hanya memantau sesaat, untuk kemudian moksha ke langitnya lagi :) :). Tapi sebelumnya, sempat aku saling kenalkan dengan beberapa nominee yang sudah hadir.

Oh ya, ini pemenangnya:

  1. Adham Somantrie
  2. Akhmad Deniar Perdana Kusuma
  3. Andriyansyah
  4. Mohammad Jaka Prawira
  5. Calvin Michel Sidjaja

Hadiah langsung diserahkan oleh Direktur Konsumer Telkom, didampingi EGM Telkom Divre III.

Mewakili task force yang menjalankan kegiatan ini, aku mengucapkan banyak terima kasih buat semua. Pertama, buat para peserta lomba blog, 245 orang (tidak termasuk yang blognya bermasalah, atau yang mendaftar setelah 31 Desember 2007). Kedua, buat para nominee yang menyempatkan diri hadir (terutama Mas Ali Murtado dan Mas Andreas Krisna). Ketiga, buat mereka yang membantu dalam upaya mengejar2 nominee (terutama Mas Ali lagi, juga Aa’ Adinoto). Juga rekan2 Telkom, yang bergabung dalam dewan juri, dewan pelaksana, dan dewan2 lainnya :). Lalu, komunitas online Jawa Barat (Oom Budi Rahardjo yang mewarnai pembukaan kegiatan ini September lalu, kawan Ikhlasul Amal, kawan Rendy Maulana, kawan Herry the Aki of Batagor). Dan semua yang telah direpoti, atau terepoti, dan yang menaruh perhatian pada kegiatan ini.

Update: Beberapa blog yang terlink di sini juga menulis report kegiatan ini, plus beberapa foto. Sila diklik.

Update: Yang mejeng di foto di atas (dari kiri): Bpk Dwi S Purnomo (EGM Telkom Divre III), Akhmad Deniar (2nd winner), M Jaka ‘Debe’ Prawira (4th winner), Adham Somantrie (prime winner), Bpk I NyomanG Wiryanata (Dir Kons Telkom).

Ambulans

Listen, Chap. You will get a trouble!” kata Alan pura-pura menakuti.
It’s impossible! I am the trouble!” sahutku tak mau kalah.

Alan adalah postman sekaligus driver di Westwood Heath Campus. Bincang singkat di pagi itu mengawali julukan “Mr Trouble” padaku sampai beberapa bulan berikutnya di Westwood Heath Road. Tapi di pagi yang lain, mendadak Alan yang jadi trouble maker. Di tengah trafik di sekitar Knowle itu, bis yang kami tumpangi (aku sering duduk di depan, biar dia punya teman adu mulut yang ramai, dan aku memperlancar bahasa Inggris slank-ku) mendadak dibelokkirikan naik ke atas sidewalk.

Now you lost your mind,” tembakku.
Ha! Don’t you hear that sirens?” balas dia.

Ya, suara sirine ambulans itu terdengar dari tadi. Tapi siapa sangka bahwa Alan menabrakkan diri naik ke sidewalk demi memberi jalan ambulans yang masih agak jauh itu? Aku kalah satu set lagi.

Adegan sekian tahun lalu itu sering terdisplay lagi, waktu aku melihat ambulans di Bandungku ini, dengan sirine kencang, tapi tak berdaya bergerak. Tak satu pun pengemudi bodoh di sekitarnya yang berusaha mencari jalan yang mungkin merugikan diri sendiri, untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Memang negeri yang bertuhan dengan cara yang salah: mati itu wajar, nyawa itu murah, dan bodoh juga dimaklumi.

Belum percaya? Tak jauh di depan ambulans, sebuah angkot masih sibuk menawarkan tumpangan ke calon penumpang yang pura2 tidak melihat (apalagi menjawab). Mobil rada bagus di belakangnya bisa belok sebentar ke gang kecil di depannya, tapi drivernya malah asik ngobrol. Dan kalau belum percaya, begitu suatu saat si ambulans bisa lolos dan melaju kencang, akan ada satu dua mobil atau bahkan angkot yang mengambil kesempatan untuk ikut melaju menikmati ruang lowong itu — sambil tertawa2.

Seorang teman yang baik hati pernah bertanya. Kantornya mau pasang Speedy untuk aplikasi keuangan. AM dari Telkom menyarankan untuk tidak menggunakan Speedy, melainkan solusi enterprise seperti TelkomLink. Dia heran. “Speedy katanya bagus. Kenapa dibilang nggak bagus buat aplikasi enterprise?” Mendadak aku jadi ingat kuliah singkat, dimana aku menganalogikan trafik IP sebagai mobil di jalan raya, yang ukuran, tujuan, kecepatannya bisa berbeda2. Tapi ini lain. Aku terpaksa bikin analogi lagi. “Speedy itu dioptimasi agar baik untuk general purpose. Mungkin mirip busway. Dia dimanage agar berperformansi tinggi untuk keperluan sehari2. Tapi untuk aplikasi kritis, dia bisa agak riskan. Mirip membawa pasien gagal jantung naik busway. Resikonya tinggi. Lebih baik memakai ambulans.

Temanku mengejar lagi. “Tapi TelkomLink dan Astinet juga bisa lambat kan?
Dan aku harus jawab: “Ambulans di Indonesia memang bisa lambat.

Resource kita, baik dalam bentuk bandwidth Internet maupun jalan raya, memang terbatas; sementara user tak terlalu pandai memanfaatkannya. Segala hal di negeri ini masih mengharuskan orang turun ke jalan. Jalan macet, orang stress, dan tak arif memanfaatkan resource untuk kepentingan bersama. Di Internet, kita tahu jaringan kita jelek karena kita tak mampu membeli yang terbaik di dunia, dan spektrum radio kacau karena banyak frekuensi liar, dan link ke luar negeri terbatas. Tapi orang memakai Internet bukan untuk hal2 yang lebih berguna. Tranfer file & Youtube untuk melihat hal tak karuan. Milis untuk memforward hasutan, hoax, cerita lama, humor tak lucu. Email untuk saling menipu. Ambulans di Internet pun bisa macet.

Dan blogging? Haha :). Tunjukkan bahwa blogging membuat hidup kita lebih baik. Jika tidak, berhenti sajalah.

batagor-bebersih-gasibu.jpg
Gambar: Sebuah komunitas blogger turun menyapu jalan dan memungut sampah di bawah hujan.

Cit Cit Cit

Tapi pertama, seandainya seekor tupai memiliki uang, di mana dia menabung?

Cit cit cit Citibank.

Pondok kun.co.ro makin rapuh diterpa cuaca, dan aku mulai berpikir tentang perlunya pindah ke pondok baru. Malas browsing dan mengexcel, aku memilih sebuah hosting yang berposisi unik. Lalu pindah. Tapi tak semudah itu. Domain kun.co.ro sudah expired tahun 2004 lalu, dan regisrarnya tak mau mengubah setting DNS. Jadi aku langsung memperpanjang dulu s.d. 2014. Tapi, memang tak mudah. Registrar hanya menerima pembayaran dengan Paypal. Aku punya dua account Paypal. Satu dalam poundsterling, tak bisa dipindah ke rekening rupiah. Satu lagi dalam rupiah, tapi aku non-aktifkan karena aku tak menyetujui term & condition di dalamnya. Bagaimanapun, akhirnya pembayaran bisa dilakukan. DNS bisa diubah, biarpun propagasinya sampai saat ini belum tuntas. Dan sementara itu, ke mana si tupai pergi seandainya ia mau berarung jeram?

Cit cit cit cit Citarik.

Sebetulnya aku memindah pondok pada waktu yang salah: waktu aku sedang memutuskan tak banyak membuang waktu untuk blog pribadi. Selain pekerjaan kantor, dan beberapa kegiatan lain, aku cuma punya sedikit waktu senggang di bulan ini. Dan aku pakai untuk proyek pribadi yang lain, non-blog. Jadi aku memutuskan membayar hutang ke diri sendiri: menulis tentang persepsi negatifku atas Harun Yahya. Aku bersyukur, lega. Tanpa menulis ini, nuraniku terus merasa terkhianati. Tentu, aspek lain adalah bahwa dengan tulisan itu, aku hampir membunuh sohibku, Harry Sufehmi, sekali lagi. Aku pikir aku harus mengingatkan keluarganya agar kopi, makanan, dan minuman lain harus dijauhkan waktu dia sedang baca blogku. Oh, kalau tupai kebanyakan makan kenari, jadi apa dia?

Jadi buncit cit cit cit.

Dan tentang makanan, kita harus cerita tentang Batagor. Ini Bandung Kota Blogger, komunitas muda tempat blogger kota lautan api ini berhimpun. Berkenalan dengan Batagor, aku langsung kagum bahwa salah satu ide mereka adalah melakukan kegiatan darat yang tak berhubungan dengan Internet. Blogger tak cuma pintar berkata, tapi juga bekerja. Maka mereka sepakat membersihkan sampah di Lapangan Gasibu. Balik kantor, aku punya ide untuk mencari kaos2 ex-events untuk kegiatan itu. Deniar, ketua panitia acara bebersih, setuju mengambil kaos itu. Tapi sorenya, sebuah telepon masuk ke kantor. Produser acara Indigo (untuk MetroTV) ingin meliput kegiatan Komunitas IT yang punya aktivitas sosial. Aku langsung menyebut Kegiatan KLuB di PBA, dan Kegiatan Batagor bebersih Gasibu. Mereka langsung setuju. Maka jadilah acara Batagor itu direpoti urusan liputan :). Tapi sayangnya para peliput punya tugas lain, sehingga mereka menunda meliput kegiatan KLuB. Acara bebersih sendiri diiringi hujan setengah deras. Kami berkaus Flexi, menyandang ransel berisi notebook (ada acara bloggingnya juga), memunguti sampah basah di bawah hujan. Hujan, becek, nggak ada ojek (eh salah). Dan, semuanya ceria :). Dan seandainya tupai melompat ke atas mobil, apa nama mobilnya?

Cit cit cit Citroen.

Balik ke kantor (masih kedinginan), aku lihat majalah kecil Patriot: media internal Telkom. Baca dari depan apa belakang? Tengah. Dan tampaklah TELKOM.TV (taman virtual): web inovasi Divre III untuk mendukung kegiatan komunitas. Sebalik ke belakang, tampak juga TELKOM.US: blog facility buat warga Telkom. Juga disebut TELKOM.INFO sebagai blog informasi teknologi telekomunikasi. Alhamdulillah, yang lain belum ketahuan editor majalah :). Misalnya TELKOM.CC (community centre) yang masih dipark di TELKOM.TV, TELKOM.BIZ yang dipakai untuk office works, TELKOM.TK yang mau dijadikan ensi mini — companion dari TELKOM.INFO, dan TELKOM.LAH.YAW yang masih menunggu TLD bernama YAW. Tapi tentu domain ini aku kembalikan ke TELKOM kalau diminta. TELKOM.US misalnya, sudah dibicarakan dengan Mas Baskoro of Divisi Multimedia untuk dipindah dan dikelola di sana. Yang lain, setidaknya selamat dulu dari para pembajak domain. Tapi, hey, seandainya tupainya ternyata kerja di Telkom, di mana donk kantornya?

Grha Cit Cit Cit Citra Caraka.

« Older posts Newer posts »

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑