Author: Kuncoro Wastuwibowo (Page 87 of 88)

Dinamika

Semesta, cukup diciptakan dengan sebuah formula. Formula yang benar akan membentuk harmoni yang sepenuhnya berisi keindahan, dan dengan demikian mewujudkan diri. Konon formula itu mewujudkan diri dalam bentuk getaran — bukti bahwa eksistensi hanya bisa mewujud melalui dinamika. Maka sang getaran membuka dimensi (as-samawat) dan kuanta (al-ardh), yang berikutnya saling berkait dan saling mengisi menyusun semesta yang indah ini. Saat revolusi semesta membentuk manusia, untuk pertama kali semesta memiliki kesadaran. Termasuk kesadaran untuk mengaktualisasikan eksistensi dengan dinamika. Kuncinya benar-benar ada pada dinamika. Perubahan yang terus menerus dalam segala level kemanusiaan (yang artinya kesemestaan). Tentu, termasuk perubahan atas tata nilai (umwertung aller werte).

chch-1.jpg

Stalin

Heran yach waktu aku nyebut-nyebut Stalin? Pasti lebih heran lagi kalo aku bilang bahwa Stalin itu orangnya lembut, romantis, dan kebapakan. Tapi itu waktu dia masih dikenal sebagai Iosif Vissariodovich Dzhugashvilii, dengan seorang istri dan anak perempuan. Konon sejak istrinya meninggal itu Stalin jadi kehilangan kelembutan. Kalau dia bukan orang romantis, masa sih dia berubah kepribadian waktu kehilangan istri? Tentu, dari suatu sudut pandang, kita bisa bilang bahwa kepribadian dia lemah. Tapi soal itu sebenernya semua sejarawan tahu. Dan yang kita suka lupa adalah bahwa kita juga punya kelemahan kepribadian masing-masing.

Beda ya fotonya waktu masih rada mudaan

Einstein

Di Isnet aku pernah ngebahas soal revolusi yang dipicu Einstein itu. Terus aku disangkal dengan pernyataan bahwa teori relativitas tidak valid. Padahal waktu itu aku lagi cerita tentang efek fotoelektrik, bukan relativitas. Aku sendiri nggak tahu banyak soal relativitas.
Relativitas mengatakan bahwa tidak ada interaksi yang terjadi seketika. Semua interaksi terjadi dengan waktu tunda, dan waktu reaksi yang tercepat adalah besaran absolut yang dinamai c. Jadi c adalah kecepatan maksimal yang bisa dicapai. Itu pun hanya bisa dicapai oleh benda tanpa massa (seperti cahaya).
Sebelum Einstein, ruang dan waktu dianggap absolut, dan kecepatan itu perbandingan keduanya. Einstein mengubah diskursus ini dengan memasukkan kecepatan absolut itu, sehingga ruang dan waktu terpaksa jadi relatif.
Waktu direlatifkan terhadap kecepatan dengan memakai teorema Pitagoras biasa, dan hasilnya jadi transformasi Lorentz. Waktu t1 dan t2, dibandingkan oleh dua pengamat yang berbeda kecepatan sebesar v adalah t1=t2/(1-(v2/c2))½)). Karena waktu bergeser, kecepatan relatif juga bergeser. Kecepatan relatif v antara kecepatan v1 dan v2 menjadi v=(v1+v2)/(1+v1×v2/c2). Dan percepatan a yang merupakan turunan dari v terpaksa bergeser juga. Perbandingan percepatan antar frame waktu adalah a1=a2×(1-v2/c2)3/2, dan karena a lokal adalah F/m, maka a relatif adalah a=(F/m)×(1-v2/c2)3/2, atau F=m×a×(1-v2/c2)3/2.
Energi kinetik akibat F, menjadi W=(m×c2)/(1-v2/c2)½ – (m×c2). Kita lihat, ada dua ruas yang dihasilkan dari persamaan terakhir. Ruas pertama mengandung nilai v (tergantung pada gerak), tetapi yang kedua tidak. Jadi energi kinetik adalah energi total yang dikurangi oleh semacam energi internal yang tak tergantung oleh gerak. Inilah yang dipahami publik sebagai penemuan Einstein yang terbesar, yaitu bahwa setiap materi memiliki energi internal sebesar E=m×c2.
Soal-soal pembelahan nuklir dan lain-lain sebetulnya tidak berkaitan dengan hasil kerja Einstein. Hanya persamaan Einstein itu dipakai untuk menjelaskan massa yang hilang dan menghasilkan energi.

Korpri

Banyak orang berseragam Korpri hari ini. Heran, masih ada juga :) :). Duh, kebayang waktu masih jadi Korpri. Pakai batik biru untuk offset kabel di jalan (juga ikut tes Bahasa Perancis). Upacara bendera 2 kali setahun (tanda-tangannya sih at least 12 kali). Dan ikutan santiaji Golkar (yang berakhir dengan mencoblos PPP di kotak suara).

Korpri, Golkar, New Order. Setiap rezim ideologik memang selalu membutuhkan massa untuk legitimasi. Massa itu selalu disebut sebagai tonggak, biarpun sebenernya cuman penggembira yang dibayar murah. Kadang cukup dibayar semangat aja. Ekspresi para kaum Bolshevik pendukung Revolusi 1917 ini bahkan tidak menunjukkan semangat revolusi, tapi wajah ketidakpastian. Hari ini mereka jadi tonggak revolusi, menegakkan komunisme (atau Pancasila), kemudian ikutan perang melawan rakyatnya sendiri, dan mati (atau bertahan hidup) sia-sia.

Waktu awal-awal masuk Korpri, aku disuruh baca Sapta Prasetia Korpri. “Nggak bisa,” aku jawab, “Jangankan Sapta Prasetia Korpri yang tujuh biji panjang-panjang. Pancasila yang cuman empat aja nggak bisa hafal.”

Hadapilah kekonyolan dengan ironi. Setiap masalah punya setidaknya satu solusi yang sederhana, singkat, dan salah.

Влади́мир Ильи́ч Ле́нин

Siapa yang pantas jadi the man of the century abad ini? Dengan kepribadian tristanistik :), barangkali kita lebih baik pilih Vladimir Ilyich Ulyanov alias Lenin, dengan proyeknya yang bernama Uni Soviet.
Alasannya sederhana, Uni Soviet cuma ada di abad xx (tidak di abad xix dan tidak juga di xxi), tapi dia adalah biang kesumpekan dunia. Sambil melakukan agresi terhadap tetangganya, Soviet membantu bangsa-bangsa lain melepaskan diri dari penindasan asing. Kemudian ditanamkanlah apa yang disebut ideologi. Orang pun berperang dan saling membunuh demi omong kosong yang dinamai ideologi ini. Namun kemudian tampillah Mikhail Sergeyevich Gorbachev, dan bubarlah Uni Soviet. Situasi dunia kembali ke zaman sebelum pengaruh Soviet: saling membasmi demi ras dan bangsa, yang juga omong kosong. Lenin, dan Soviet, sebagai monumen abad xx, harus dicatat karena pernah memindahkan alasan untuk membunuh, dari suatu alasan omong kosong ke alasan omong kosong lainnya.
Salah satu karakteristik manusia adalah menyimpan ironi dan kekonyolan. Kita perlu mengenang Lenin untuk sisi kemanusiaan yang satu ini.

Coventry in Blitz

Perang … abad xx ini masih penuh warna perang. Buat apa sih perang ? Melayani fluktuasi pikiran manusia ?

Perang dan militerisme tidak pernah tampak sebagai lambang pembelaan yang patriotik, tapi lebih sebagai simbol kepengecutan manusia yang lebih suka memakai senjata daripada pikiran.

Oh ya, foto di sini adalah kota Coventry, kota imut di tengah-tengah England, yang luluh lantak di bawah serangan udara (blitz) dari Jerman, pada PD II. Sekarang Coventry menjadi kota industri dan engineering yang sibuk, dengan penduduk sekitar tiga ratus ribu.

Insya Allâh kita awali tahun pertama abad xxi di sana yach…

1232849

Feel down, Koen?
So did Wagner when he composed his masterpiece Der Ring des Nibelungen. Fled from his country after being involved in political movement, had no money but much amount of debts, and faced several personal problems. But his masterpiece is one of the best composition ever created on the Earth.
I have no suggestion. You may just have to try to ignore your feeling. Further, you could use that feeling to boost your performance.

Lampung

Seorang ibu tua menatah batu-batu, 8 jam sehari, 30 hari sebulan. Dalam sebulan ia menghasilkan 4 m3 batu tatahan, dan dijual dengan harga 10 ribu rupiah per m3. Total 40 ribu rupiah buat tangan tua itu. Less than US$5 per month, pals, for splicing hard rocks a full-month with no weekend. Beliau jelas lebih berhak stress daripada kita.

Itu tangan ahli surga, sabda Rasulullah s.a.w.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑