Author: Koen (Page 37 of 86)

Nowt

It’s me, the only thing that’s comparable to you.
The only thing, my Lord, that’s greater than you.
And I’m feared by your knights.
But I belong to the poor.

Cuz I’m nothing.

Nothing is greater than you.
Nothing is feared by your knights.
Nothing is posessed by the poor.

Cuz I’m nothing.

Let me live my life, My Lord.
Life of nothing.

Bulan Malam Tadi

Gerhana-260908.jpgDia tersenyum lagi padaku, seperti yang selalu dia lakukan bertahun2, tanpa pernah jemu. Hati turut hangat saat merah semu wajahnya mencapaiku 1,3 detik kemudian. Seperti biasa juga, dia membuatku mengingat lagi segala khayalan kanak2ku. Dingin senja itu tak ada artinya dibanding cerianya hati saat berbincang dengannya.

Lewat tengah malam, alarm dari mesin Flexi ini membangunkanku. Enggan bangun, tapi tak sengaja kaki menganjak, dan tangan membuka pintu. Udara tak terlalu dingin. Kutatap dia. Ada bercak di salah satu ujungnya. Masih tampak ceria ia. Sedikit demi sedikit, bercak itu membentuk irisan lingkaran. Binarnya mulai tertutup bayang tanahku. Bukan bayangku, karena aku sedang menatapnya dari tengah sini.

Pentax bermain. Beberapa mode. Mengabadikan keunikannya malam ini. Dan keceriaannya yang tak pernah pudar. Dan kehangatan yang selalu disisipkannya dalam hatiku. Sejuk, sekaligus hangat.

Grisha

Grisha (Grigori Yakovlevich Perelman), apa yang terjadi padanya? Hadiah Field tahun 2006 ini, yang konon merupakan salah satu hadiah paling bergengsi bagi matematikawan, telah ditolaknya. Bersama dengan hadiah Clay dan beberapa hadiah lain yang juga telah ditolaknya, maka ia telah menolak jutaan dollar. Barangkali itu sekedar angka yang tak menarik, bagi manusia eksentrik ini. Konon ia tak mau lagi disebut matematikawan, dan memilih tinggal bersama (dan dihidupi dengan uang pensiun) ibunya.

Wikipedia mengulas tentang Grisha sabagai matematikawan Rusia yang membuat sumbangan kunci atas geometri Riemann dan topologi geometrik. Secara khusus, ia telah membuktikan konjektur geometrisasi Thurston. Konjektur ini berkaitan dengan struktur geometrik pada obyek matematika yang disebut manifold, dan merupakan perluasan atas konjektur Poincaré. Karena konjektur Poincaré merupakan kasus khusus pada konjektur Thurston, maka artinya Grisha juga telah membuktikan kebenaran konjektur Poincaré, yang selama 100 tahun terakhir ini dianggap sebagai salah satu masalah matematika terpenting dan tersulit.

winks.jpg

Hadiah Field, diberikan setiap empat tahun dalam Kongres Matematikawan Internasional. Hadiah ini sering disetarakan dengan Hadiah Nobel, yang memang tak diberikan untuk bidang matematika. Hadiah Field diberikan untuk performance terbaik dalam matematika, dengan syarat bahwa penerima harus berusia di bawah 40 tahun. Hadiah lain yang juga bergengsi adalah Hadiah Abel.

Sayangnya Hadiah Field ini diberikan setelah Grisha mulai mengasingkan diri dari komunitas matematikawan, yang disebutnya jorok dan penuh kebohongan. Ia merasa tersakiti oleh para matematikawan yang disebutnya tidak ikut menentang kebohongan. Dan hidup tidak dimaksudkan sebagai kumpulan cerita2 indah. Dan membahas soal2 gini lebih lanjut bakal jadi klise dan cengeng. Jadi … kita jalani hidup saja yuk, dengan kejujuran, ketulusan, dan tentu integritas pribadi kita masing2.

Hawking dan Medali Copley

Stephen Hawking (satu2nya dari empat Wagnerian yang dibahas di site ini yang masih hidup) dianugerahi Medali Copley, atas sumbangannya di dunia fisika dan kosmologi teoretis. Eh, ada ya kosmologi yang nggak teoretis? Ada kali, misalnya ilmuwan yang meneliti data primer dari Hubble. Jadi, apa anehnya seorang Hawking menerima satu lagi medali? Medali ini adalah penghargaan ilmiah tertua, diberikan oleh Royal Society, sejak 170 tahun sebelum Hadiah Nobel. Penerima medali sebelumnya a.l. adalah Darwin, Faraday, Einstein, dan Pasteur. Tentu, seperti kita yakini, bukan medali itu yang bikin orang2 itu tampak berharga, tapi justru medali ini jadi berharga karena diberikan pada orang2 itu. Jadi apa anehnya? Yang berbeda adalah bahwa sebelum diberikan kepada Hawking, medali ini dibawa terlebih dahulu oleh astronot Piers Sellers ke luar angkasa, dalam misi STS-121 ke ISS, pada JUli 2006. Ini untuk menguatkan kekosmologian Hawking :). Diumumkan 24 Agustus 2006, medali ini akan dianugerahkan pada November 2006.

Jadi, apa anehnya?

Pluto Tereliminasi

tatasurya.jpg

Akhirnya voting yang sengit di Praha, yang melibatkan teriakan dan air mata itu, memutuskan: Pluto dikelompokkan bukan lagi sebagai planet, tetapi sebagai planet kerdil (dwarf planet). Ini keputusan resmi.

Tapi kenapa? Alasan pertama, adalah bahwa planet didefinisikan sebagai benda angkasa yang mirip bumi. Saat kabut kosmik mulai membentuk tata surya, terbentuk benda2 angkasa yang kita kenal. Pertama pasti bintang, sebagai pusat massa tata surya. Sebaran massa di tempat yang luas tak memungkinkan semuanya luruh ke bintang. Kelompok2 kecil saling menarik, dan membentuk benda angkasa tersendiri. Yang massanya cukup besar, membentuk bulatan seperti bumi, dengan garis edar sejajar atau nyaris dengan resultan putar tata surya. Inilah planet-planet, tersusun dengan jarak dan massa tertentu yang khas. Dalam satu lintasan khas itu, misalnya, tidak mungkin ada dua planet. Bukan kebetulan tentunya, bahwa matahari dikeliligi dalam jarak dekat oleh planet kecil, kemudian barisan asteroid, baru planet besar yang kemudian disusul planet yang lebih kecil. Ini kalau alami sih, bukan misalnya ada benda tersesat dan akhirnya jadi punya lintasan akhir yang ajaib.

Karakteristik planet seperti itu tidak lagi memungkinkan Pluto dinamakan planet. Misalnya, orbitnya melenceng dari orbit para planet. Dan ada soal lain, yang jadi alasan kedua. Weblog ini beberapa kali membahas ditemukannya obyek2 besar di sabuk Kuiper yang terus bertambah. Bahkan ada yang ukurannya lebih dari Pluto. Tanpa penajaman definisi planet seperti sekarang ini, diperkirakan tak lama lagi tata surya kita ini bisa disebut punya 50 planet.

Si obyek Kuiper yang lebih besar dari Pluto itu, sementara ini dinamai 2003 UB313 atau Xena, dikelompokkan bersama Pluto sebagai planet kerdil, bersama dengan Charon (yang tadinya dianggap sebagai satelit Pluto, tapi sekarang dianggap sebagai mitra salsa yang sejajar), dan Ceres (asteroid terbesar di tata surya kita, yang konon lezat, harum, dan mengandung melantonin).

Turbo C++ Diluncurkan

Ini jelas deja vu. Dan barangkali juga candaan — tapi candaan yang serius. Tapi, punten ah, mau heboh bentar. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. Benda ajaib ini bisa kembali! Dan Ariya yang menginfokan bahwa keluarga Turbo dari Borland kembali diluncurkan. Aaaaaaaaaaaaaaaa. Eh, tadi udah.

Turbo pernah jadi semacam pahlawan di pertengahan akhir tahun 1980an. Di zaman itu, Anda pikir, berapa waktu yang diperlukan untuk bisa jadi programmer awal Bahasa C? Atau Pascal? Kurang dari setengah jam! Masukkan disket IDE ke Drive A, ketik TC pada prompt DOS, tunggu kira2 setengah menit sampai IDE termuat. Editor bergaya WS itu tak lagi perlu dipelajari. Tinggal soal bahasanya. Tekan F1 untuk meminta bantuan. Ketikkan sebuah contoh yang diberikan. Save. Panggil menu Run. Eit, jalan! Terus kita periksa apa yang baru saja terjadi. Dengan ritme detak jantung yang bahkan terasakan sampai sekarang. Dan kemudian eksplorasi panjang pun dimulai. Thanks, Borland.

Turbo C++Kalau versi aku (yang lebih banyak ketemu orang elektro), minggu2 awal bukannya diisi pembelajaran fungsi2 dari kepustakaan C, tetapi belajar memprogram kode-kode pengganti assembler dalam bahasa C. Wow, aku udah secanggih kakak2 angkatanku :). Baru fungsi2 C sendiri. Dan bikin editor sendiri (VIE dan kemudian TVE, hihi), sehingga nggak lama kemudian TC jarang dipakai lagi (selain untuk tracing). Kompilasi menggunakan TCC yang merupakan versi command line. File yang dihasilkan bukan cuma EXE, tetapi juga COM. Eh, COM yang ini beneran ekstensi loh, bukan seperti yang kata seorang pakar: ekstensi domain. Trus, tentu saja terimbas migrasi dari kompiler C ke kompiler C++. Biarpun, sebenernya, nulis programnya tetap dalam C. Dan baru kemudian pindah ke C++, tanpa heboh.

Oh ya, ini site keluarga Turbo yang akan diluncurkan kembali: turboexplorer.com. Diluncurkan 13 hari lagi, Turbo Explorer akan mencakup Turbo C++, Turbo C#, Turbo Delphi, dan Turbo Delphi .NET. Turbo Assembler dan Turbo Prolog nampaknya cuman akan tersedia di museum. Turbo Profiler juga — takut ketuker turbo propeller. Baca rinciannya di site itu yaa.

Tuan Juru Bayar

William E Barret berkisah tentang para teknisi muda di pabrik gas di Mexico. Pekerjaannya meliputi juga administrasi. Termasuk membayar gaji para buruh. Dan tak lama, mereka jadi dinamai Tuan Jurubayar.

Para buruh orang lokal Mexico. Mereka dibayar dua kali per bulan. Absurd: siapa yang bisa menjaga uang agar tak habis dalam 15 hari? Menyimpan uang lebih dari tiga hari, Anda sudah jadi si kikir. Dan, Senor, mana ada darah kikir dalam pembuluh darah orang Spanyol? Jadi, mereka mulai suka meminta uang muka gaji setiap tiga hari.

Tapi keuangan kantor tidak boleh ikutan berantakan. Maka orang kantor pusat membuat kebijakan baru: Buruh dilarang mengambil uang muka, kecuali ada keadaan darurat. Para buruh mulai tegang. Dan esoknya terjadilah bencana. Para istri jadi pada sekarat. Dan ada wabah berbahaya di kalangan anak2. Dan karena para teknisi tidak digaji untuk memeriksai kehidupan pribadi para buruh, maka uang muka pun dikeluarkan. Hanya sekarang dengan keterangan “situasi darurat.”

Situasi semacam itu tidak membuat kantor pusat semakin baik. Maka mereka membuat peraturan baru: Dalam keadaan apa pun, uang muka tak dapat diberikan. Maka para teknisi harus tega mengabaikan para istri, bibi, dan sepupu yang sekarat. Akibatnya, para buruh bertindak keras. Mereka minta keluar. Tentu dengan pesangon. Keadaan sempat kacau, karena sejumlah besar buruh keluar. Tapi kekacauan dapat dihindari, karena para buruh itu kembali mendaftar kerja lagi esok harinya. Sampai uangnya habis. Kemudian keluar lagi.

Administrasi kantor pusat makin kacau. Selain mengurusi uang yang tak kunjung beres, sekarang mereka direpoti administrasi penerimaan dan pengeluaran buruh yang luar biasa. Kalau ada yang terlambat melakukan pencatatan, maka Garcia bisa terdaftar bekerja 2-3 kali, sebelum surat keluarnya dicatatkan. Tak mau menyerah, para pemimpin membuat kebijakan baru: Karyawan yang keluar tidak dapat masuk kembali dalam waktu 30 hari.

Buruh2 panik. Tapi mereka perlu uang. Dan tetap berkeras untuk keluar demi uang pesangon. Di luar bayangan, mereka tetap antri melamar kerja esok harinya.

“Garcia, kau tahu sendiri: kau tidak boleh mendaftar kerja sampai bulan depan.”
“Tapi, Senor, ada kekeliruan. Namaku Manuel Hernandez.”

Begitulah, semua buruh hari itu jadi punya nama baru. Gonzales jadi Carrera. Hari2 berikutnya, mereka terus berubah nama. Dan karena makin hari makin sulit memilih nama, mereka asal comot nama dari mana saja. Semua tokoh sejarah sudah masuk ke dalam daftar buruh di pabrik gas itu: Lopez dan Obregon, Villa, Diaz, Batista, Gomez, hingga San Martin dan Simon Bolivar sendiri.

Maka akhirnya kantor pusat mengeluarkan peraturan paling akhir: Semua Peraturan Dicabut. Dan begitulah akhirnya Tuan2 Juru Bayar itu meneruskan pekerjaannya dengan tenang.

Peci

Secangkir (segelas besar –red) kopi Sumatra hangat (sangat panas –red) membuka pagiku. Badan kubasuh habis sambil kafeinnya mulai masuk ke darah (jiwa-jiwa pecandu –red). Batik coklat berlengan pendek kukenakan. Dan peci Aceh. Peci :). Aku biasanya nggak suka penutup kepala, tapi peci ini nyaman sekali. Kalau yang pakai tokoh macam Soekarno, benda ini bikin wajah jadi sangar. Kalau aku yang pakai, kenapa malah jadi tampak beradab?

Dulu, upacara bendera itu jadi semacam gangguan bulanan. Mengganggu produktivitas. Tapi setelah dilakukan setahun sekali, ini jadi hal yang ditunggu2. Mendengarkan Pembukaan UUD, yang syukurnya belum diamandemen. Pembukaan ini bikin kagum. Tata penyusunan bahasanya menunjukkan bahwa teks ini dibuat sebelum kaum2 half-educated menguasai media massa dan birokrasi seperti saat ini. Disusul mendengarkan pengarahan EGM. Beliau memiliki gaya ketegasan yang menarik. Sayang beliau sebentar lagi pensiun. Lalu ditutup dengan mendengarkan lagu-lagu mars (dasar Wagnerian –red).

One fine day, aku pikir. Aku berencana menghabiskan satu hari di kantor. Memberikan sentuhan manusiawi pada hal2 yang selama ini dikebut dikejar tenggat waktu. Bukan maniak kantor sebenernya, tapi memang kebagian piket hari ini :). Tapi gagal. Aku malah harus ke Jakarta. Peci Aceh yang masih aku kenakan harus disimpan kembali.

Well, setidaknya, aku sempat menikmati sebuah kebanggaan jadi Bangsa Indonesia pagi ini. Mudah2an di pagi2 yang lain. Aku bangga bangsa ini.

Bote

“Setia hingga akhir dalam keyakinan,” itu ada tertulis di kitab di tangannya. 24 tahun hanya ia hidup, sebelum ia biarkan kekejaman mencerabut hidupnya. Ia Bote, dan dunia mengenang nama panjangnya: Robert Wolter Monginsidi.

Lahir di Manado, dan mulai bekerja sebagai guru di Luwuk Banggai, serta tumbuh rasa kebangsaannya. Menyaksikan kembalinya pasukan Belanda ke tanah airnya, ia membentuk induk organisasi kelaskaran yang disebut LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi) pada Juli 1946, dan terpilih sebagai sekjen.

Keberanian, kecerdasan, dan pembawaan diri Bote membuatnya makin disegani dan dipercaya memimpin aksi-aksi pertempuran melawan tentara Belanda di dalam dan di luar kota. Taktik dan strateginya mencengangkan dan meresahkan pihak Belanda. Bote sempat tertangkap, tapi mampu melarikan diri dari penjara melalui cerobong asap dapur. Maka Belanda menjalankan taktik khasnya: penyuapan dan pecah belah. Iming2 uang ditawarkan bagi rakyat yang bersedia mengkhianati Bote. Dengan cara itu, Bote akhirnya tertangkap, dimasukan ke tahanan di Kiskampement Makassar dengan tangan dan kaki dirantai dan dikaitkan di dinding tembok, dan kemudian dijatuhi hukuman mati.

Di dalam sel, Bote membuat catatan-catatan:

  1. Jangan takut melihat masa yang akan datang. Saya telah turut membersihkan jalan bagi kalian meskipun belum semua tenagaku kukeluarkan.
  2. Jangan berhenti mengumpulkan pengetahuan agar kepercayaan pada diri sendiri tetap ada, dan juga jangan tinggalkan kepercayaan teguh pada Tuhan.Kasih Tuhan mengatasi segala-galanya.
  3. Bahwa sedari kecil harus tahu berterima kasih tahu berdiri sendiri. Belajarlah melipat kepahitan! Belajar mulai dari 6 tahun, dan jadilah contoh mulai kecil sedia berkorban untuk orang lain.
  4. Apa yang saya bisa tinggalkan hanyalah rohku saja yaitu roh “setia hingga terakhir pada tanah air” dan tidak mundur sekalipun menemui rintangan apapun menuju cita-cita kebangsaan yang ketat.
  5. Memang betul, bahwa ditembak bagi saya berarti kemenangan batin dan hukuman apapun tidak membelenggu jiwa.
  6. Perjuanganku terlalu kurang, tapi sekarang Tuhan memanggilku, rohku saja yang akan tetap menyertai pemuda-pemudi. Semua air mata, dan darah yang telah dicurahkan akan menjadi salah satu fondasi yang kokoh untuk tanah air kita yang dicintai: Indonesia.
  7. Saya telah relakan diriku sebagai korban dengan penuh keikhlasan memenuhi kewajiban buat masyarakat kini dan yang akan dating. Saya penuh percaya bahwa berkorban untuk tanah air mendekati pengenalan kepada Tuhan yang Maha Esa.
  8. Jika jatuh sembilan kali, bangunlah sepuluh kali. Jika tidak bisa bangun berusahalah untuk duduk dan berserah kepada Tuhan.

Di luar sel, dunia sedang berubah. Secara sepihak, Belanda mengkhianati perjanjian Renville dan menduduki Yogyakarta. Tapi dukungan dari dunia memaksa Belanda kembali ke meja perundingan, yang kemudian dipimpin oleh Dr Roem dan Van Roijen. Belanda dipaksa mengakui kedaulatan Indonesia, yang dijadwalkan akan dilakukan pada akhir tahun 1949.

Namun di Makassar, perundingan yang sudah mencapai final itu tidak menyurutkan niat pembesar Belanda untuk membunuh Bote. Pada 5 September 1949, Bote dihadapkan pada regu tembak. Ia menolak ditutup matanya. “Dengan hati dan mata terbuka, aku ingin melihat peluru penjajah menembus dadaku. ” Lalu ia memekikkan “Merdeka!” dan delapan butir peluru dimuntahkan ke tubuhnya: dada kiri, dada kanan, ketiak, pelipis, pusar.

24 tahun ia waktu itu. Namun semangatnya tak pernah dapat dimatikan.

Nadine

Aku pernah nulis candaan tentang English. Tokohnya Wakidjan, Tukidjo, dan Nadine. Nama Nadine sendiri sering aku pakai sebenernya, bergantian dengan Valerie. Keduanya diculik dari satu buku pelajaran bahasa Prancis. Nggak lama, tulisan itu pindah dari weblog ke milis2. Tentu tanpa menyebutkan sumbernya. Dan pindah ke weblog2 lagi. Dan kemudian versi modifikasinya. Coba saja cari kata Wakidjan di Google. Versi asli sendiri sudah dihapus dari weblog ini :).

Dan cerita tentang Nadine memang jadi harus nyambung tentang berbahasa Inggris di kala gugup. Waktu baru semingguan di Coventry, aku pernah berpresentasi tentang sistem telekomunikasi di Indonesia. Karena kekuatan ekonominya juga masih perlu didukung, aku bilang: “we need to attack new investors.” Trus aku diam. Rasanya ada yang salah. Temen2 dan si dosen juga diam. Sekitar setengah menitan, baru aku bisa mengkoreksi: “I mean, we need to attract new investors.”

Berkomunikasi dengan gugup memang sering jadi ciri khasnya aku. Aku pikir, waktu diikutkan managerial assesment bulan lalu, soal ini akan dijadikan point “opportunity for improvement” — krama inggil untuk “weakness.” Tapi ternyata nggak. Dalam feedback pagi ini, aku dibilang sangat efektif. Excellent. Hey, thank you. Cuman ada dua point yang harus aku perhatikan. Pertama, aku cenderung menarik diri waktu berhadapan dengan profil dominan. Aku harus meluruskan, sebenernya. Temen2 diskusi di zaman Isnet pasti tahu bahwa aku justri lebih senang mendebat tokoh2 yang dianggap dominan. Yang jadi masalah sebenarnya bukan soal dominan, tapi aku harus menilai efektivitas komunikasi juga kan. Salah satu prinsipku adalah “Never argue with morons” — yang menjelaskan kenapa aku kadang malas mengomentari hal2 yang aku pikir terlalu bodoh untuk dikomentari.
Trus yang kedua …
Maaf, bersambung.

« Older posts Newer posts »

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑