Author: Koen (Page 22 of 86)

Pop Corn

Melewati malam insomnix lagi :), pagi dimulai dengan membuka mail. Ada satu dari Technorati: surat pembebasan. Blog kun.co.ro yang sempat diskors Technorati selama beberapa bulan, mulai hari ini sudah boleh beredar lagi di sana. Aku jadi bisa lagi melihat2 blog yang melink ke tulisan2 di sini. Syukurlah tak banyak (dalam arti: jadi tak banyak waktu yang aku pakai untuk melihat2). Rank juga agak turun.

Lalu secangkir kopi. Kali ini mencoba mengenal negeri tetangga dengan mencicipi kopi Thailand. Cukup keras, mengingatkan pada kopi2 Sumatra. Mmm, kenapa ya, kopi Sumatra umumnya keras: Gayo, Sidikalang, Siborong2, Baturaja, Lampung — bikin addicted. Trus punya ide jail: bikin pop corn.

Membuat Pop Corn. Alat & Bahan: Segenggam jagung kering siap dipopcornkan, minyak zaitun, wajan & penutupnya + kompor, serta MP3 La Marseillaise (mudah didownload gratis). Cara membuat: (1) Letakkan wajan di atas kompor, dan tuang minyak zaitun 30cc. (2) Isi dengan biji jagung, dan pastikan semua jagung tenggelam, lalu tutup wajan. (3) Pasang MP3 La Marseillaise cukup keras, dan nyalakan kompor pada posisi api sedang. (4) Nikmati musik mars dengan serentetan jagung yang mulai meledak, sambil membayangkan pasukan Napoleon berperang melawan Stalin (ya, sekedar dalam bayangan, nggak papa lah). (5) Saat suara tembakan berakhir, matikan kompor, biarpun barangkali La Marseillaise belum selesai. Pop corn gosong kurang asik, dan LPG lagi langka. (6) Nikmati pop corn tanpa garam beraroma minyak zaitun sambil menyelesaikan La Marseillaise.

Sambil menyelesaikan La Marseillaise, aku jadi ingat bahwa mars kebangsaan Perancis ini pernah diadopsi. Bukan saja diadopsi oleh Czaikovsky dalam 1812 (atau Dari Sabang Sampai Merauke), tetapi betul2 diadopsi sebagai sebuah lagu kebangsaan oleh Kaum Bolshevik Russia di bawah Lenin. Ya, La Marseillaise dan juga L’Internationale. Tapi tak lama, L’Internationale lebih sering digunakan, dan diadopsi jadi lagu kebangsaan Uni Soviet. Untuk catatan, lirik L’Internationale dirancang untuk dinyanyikan dengan irama dari La Marseillaise juga, sebelum ia akhirnya punya irama sendiri.

Urusan lagu kebangsaan, bangsa Russia punya cerita yang rada unik. Di zaman tsar, negeri Russia pernah menggunakan lagu kebangsaan Tsarya Khrani. Ini adalah terjemahan Russia versi tsar, atas God Save The King dari Inggris. Waktu kaum Bolshevik merebut kekuasaan, mereka mengadopsi Internationale menjadi lagu kebangsaan, yang juga terjemahan Russia atas L’Internationale. Nah, waktu Stalin menggantikan Lenin, dan kemudian jadi diktator, ia merasa Internationale tak lagi sevisi dengannya. Selain ia sibuk melakukan Russianisasi, ia juga khawatir rakyat terdorong berontak kepada Stalin gara2 lagu Internationale, haha. Maka ia mempermaklumkan perlunya mengganti lagu kebangsaan. Dengan kisah yang agak panjang, akhirnya tersusunlah Himne Uni Soviet (Gimn Sovyetskogo Soyuza) pada tahun 1944, dengan musik dari Alexandrov dan lirik dari Mikhalkov dan El-Registan. Stalin sempat mengedit kata2 dalam lagu ini juga. Jadi ada nama Stalin segala di dalam lirik lagu. Duh. Namun diakui, tanpa melihat liriknya, musiknya indah :).

Tapi lalu Stalin tumbang, dan pemujaan atas Stalin dalam lagu kebangsaan dirasa kurang pas. Maka, sejak masa Khrushchev, lagu kebangsaan Soviet dibiarkan dalam bentuk musik saja, tanpa kata2. Ini berlangsung sekitar 20 tahun. Di tahun 1971, Mikhalkov — yang ternyata masih hidup — menulis ulang lirik lagu itu, dan mengajukan usulan. Tapi birokrasi negara komunis adalah yang paling menyebalkan di atas muka bumi. Jadi revisi Mikhalkov baru diresmikan tahun 1977. Dan jadilah Soviet punya lagu kebangsaan yang terkenal itu. Terkenal karena … sering dinyanyikan saat penyerahan medali emas di Olimpiade — orang Soviet masa itu gemar memborong medali. Tentu kita di Indonesia tak terlalu mengenalnya. Di zaman kejayaan Soviet itu, di Indonesia cuma ada TVRI, yang hanya secuplik2 menyiarkan warta luar negeri, dan lebih banyak menampilkan muka Ali Murtopo dan kemudian Harmoko.

Dan kita tahu, lalu giliran Soviet yang tumbang, di masa akhir pemerintahan Gorbachev. Russia, di bawah Presiden Yeltsin menggunakan lagu kebangsaan baru sejak 1991, dengan musik dari Glinka. Tanpa kata2. Juga, di masa itu, kontingen CIS di Olimpiade menggunakan simfoni Beethoven, untuk menunjukkan bahwa mereka tak lagi selalu berwarna Russia. Ini berlangsung sampai Yeltsin digantikan Putin. Saat baru menjabat, Putin menyatakan keprihatinannya bahwa atlit Russia di Olimpiade tampak tak bersemangat dengan hanya mendengarkan musik lagu kebangsaan. Lalu ia menyatakan bahwa Russia perlu lagu kebangsaan baru, yang memiliki kata2. Dari banyak usulan, salah satu yang masuk adalah untuk mengadopsi musik Himne Uni Soviet, dengan lirik yang diperbaharui. Mengabaikan banyak kritik, Putin menyetujui usulan ini. Lalu ia membuat maklumat yang mengajak rakyat membuat lirik lagu kebangsaan. Dan percaya atau tidak, Pak tua Mikhalkovlah — yang ternyata masih hidup juga — yang merevisi lagi lirik lagunya, lalu mengajukannya ke Putin. Dan Putin menerimanya. Pun perlu ada revisi beberapa kali. Tadinya negeri digambarkan bernaung di bawah sayap elang (lambang negara), kemudian diganti menjadi negeri yang diberkati Tuhan. Maka jadilah Himne Russia (Gosudarstvenny Gimn Rossiyskoy Federatsii) yang sekarang. Masih indah.

Dan pop corn sudah habis. Masih ada setengah cangkir kopi Thailand.

Mei

Mei. 1. Hari Buruh. 2. Hari Pendidikan. 3. Hari Kebebasan Pers. Dan seterusnya.

Mei ini juga 100 tahun Kebangkitan Nasional. Tentu, Boedi Oetomo memang sekedar simbol suatu kebangkitan., tapi bangsa pun hanyalah sebuah simbol untuk perjanjian dalam masyarakat untuk bersama menuju kemuliaan. Banyak pihak lebih suka mensikapi 100 tahun Kebangkitan Nasional ini dengan gerakan-gerakan masyarakat yang sifatnya non dan anti komersialisme. Komersialisme dianggap penjajahan baru yang bisa malah lebih jahat daripada kolonialis masa lalu. Pencitraan komersial atas kesyahduan ini malah dianggap kitsch.

Mei ini juga peringatan 10 tahun tumbangnya Soeharto. Soeharto dulu secara licik mempertahankan kedudukan dengan menjaga adanya ketegangan antar kelompok, dengan hanya dirinya dan kelompoknya yang bisa jadi penengah, dan demikian penguasa. Untuk menunjukkan itu, klan2 Soeharto secara besar2an memicu ketegangan antar kelompok yang berujung kesadisan massal di Jakarta, dan sedikit kota lain, sehingga seolah2 negeri mau hancur. Mirip trik Soeharto zaman G30S, waktu ketegangan Jakarta dianggap identik dengan status darurat nasional yang memerlukan pergantian kepemimpinan nasional. Bedanya, rakyat tak sebodoh dulu. Dan Soeharto tetap harus tumbang terhina. Pun trik pecah belahnya malah terus dijalankan hingga tahun2 awal abad ke-21 ini.

Tapi peringatan itu cuman peringatan. Hidup, dan perjuangan, harus jalan secara cerdas dan rasional, bukan emosional. Mei juga menyibukkan kita, selain urusan peringatan2 itu. Blog nasional yang sudah makin berwarna warni (I love it) menggambarkan perhatian berbagai warna atas segala peristiwa di negeri ini. Ada yang sibuk dengan kedatangan Gates, ada yang justru sibuk mempersiapkan FOSS summit. Ada yang masih setia memelihara lingkungan, mengingatkan pada global warming, dan urusan sampah. Ada yang menunjukkan pentingnya politikus non-partai dalam memakmurkan wilayah dan negeri. Ada yang makin prihatin pada kekonyolan pemerintah (yang cukup baik hati dengan menawarkan deposito berbunga 30% per bulan dalam bentuk timbunan BBM). Ada yang berfokus pada makin gentingnya soal pendidikan di negeri ini. Dan karena itu blog jadi lebih berwarna daripada media konvensional. Blog bisa tetap fokus menatap satu hal, serta sah meninggalkan hal lain (bukan kurang perhatian, tapi kan ada blogger lain yang sudah membahas).

Aku sendiri, sayangnya, malah tak blogging sebanyak biasanya. Sedang punya terlalu banyak pekerjaan harian, yang sama menderunya dengan mesin-mesin ide para blogger nasional. Menderu kencang untuk bersama jutaan umat lain membuat roda dunia tetap berputar, memadukan keringat kaum pekerja dengan ide-ide cemerlang para intelektual. Dan turut mewarnai Mei dengan aneka warna cerianya.

Surabaya: WOCN

Aku masuk Surabaya di sebuah malam berbintik gerimis yang beresok Senin. Duh, bahasanya nggak aku banget :). Itu malam menginap di Hotel Naruto dengan Internet yang padam. Seninnya persiapan WOCN, sementara tutorial di ITS. Siang itu ada city tour dan kunjungan sosial, termasuk ke House of Sampoerna dan ke lokasi Lumpur Bakrie Sidoarjo. Trus pindah ke Hotel Hyatt. Lain kali deh ini diceritakan lebih panjang.

Hari ini, WOCN 2008 (Wireless & Optical Communications Network Conference) dibuka, berlokasi di Hyatt Regency. Mewakili IEEE Comsoc Indonesia Chapter, dan sebagai pihak yang paling tidak sibuk, aku diperankan sebagai pembawa acara sesi pembuka ini, memperkenalkan pembicara, menyampaikan skema & jadwal, dll. Pembukaan oleh Rektor ITS, Prof Priyo Suprobo. Opening remark dari IEEE Communications Society, Dr Guy Omidyar. Keynote speaking oleh Dr Gamantyo Hendrantoro (ITS), Mr Husni Amani (ITT, Rektor), Mrs Koesmarihati Soegondo (BRTI). Materi keynote speaking akan aku pasang di web IEEE Comsoc (Indonesia chapter).

koen-omidyar-suprobo.jpg

Kemudian conference displit menjadi dua. Track 1 untuk optical communications, dan track 2 untuk wireless & mobile communications. Setiap sesi membahas 4-5 paper. Di sesi 1, aku jadi session chair bersama Dr Achmad Affandi (ITS). Papernya membahas VPN over Satellite, integrasi WLAN dan WiMAX, optimasi protokol MAC pada WLAN, serta konvergensi voice, video, data di WLAN dengan QoS. Tentu dalam bahasa Inggris dialek aneka bangsa. Pusing? Nggak sepusing mereka yang harus mendengarkan pronounciation Inggrisku yang berdialek kutub selatan (yaa, agak2 sedikit mirip pinguin, gitulah). Eh, masa sih semua paper harus ditulis judulnya? Gile kali ye. Ya, pokoknya gitu lah. Ada CD dari IEEE yang katanya berisi proceeding. Tapi jangan harap diupload di web ya. Satu CD gitu loh. Para peminat bisa … ah, nanti kita pikirin.

Break, tentu diisi dengan networking; baik antar institusi maupun antar bangsa. Sorenya ada acara panel sessions. Temanya tentang eksplorasi dunia 4G, serta tentang inovasi2 saat ini. Optical switch misalnya. Haha, agak lama juga nggak lihat yang macam optical switch gini. Perlu nih sesekali menyentuh hal semacam ini lagi.

Malam, semestinya ada banquet dinner. Tapi aku malah kabur :). Ceritanya aku melaporkan kehadiranku di Wilayah Telkom Divisi Regional V ini ke Big Boss of the Division, Mr Mas’ud Khamid (ternyata beliau pernah jadi anggota IEEE juga). Dan alhasil beliau menculikku. Malam ini kami melakukan city tour ke wilayah2 baru & potensial, dengan beliau sebagai personal guide. Lengkap dengan sharing tentang best practice beliau sebagai leader di Divisi tersukses di Telkom ini. Perbincangan diakhiri dengan sesi sea food yang juga menantang.

Besok conference masih berlangsung. Dan sorenya aku akan balik ke Bandung. Seperti biasa, Surabaya memang memperkaya pengalaman profesional. Matur nuwun, Suroboyo.

Kesadaran Sang Internet

Internet 2.0, 3.0, 4.0. Apa yang lalu sudah berubah pada kita? Google, Wikipedia, dan segalanya membuat kita mendadak jadi ingat informasi2 penting — kalau ingat didefinisikan sebagai berhasilnya menampilkan suatu fakta ke layar kesadaran. Info 2.0 (saling comment antar dan dalam blog serta social network) membuat kita mendadak bijak: melihat berbagai hal dari sisi yang berbeda, secara hidup, yang tak mudah diperoleh hanya dengan membaca media mainstream. Ide2 liar pengganggu stabilitas mewarnai wacana kita, membuat kita lebih kreatif dan bijak menyiapkan diri menghadapi masa depan. Dan Internet masih juga tumbuh, dan masih juga berubah.

sojuza.pngUkuran komunikasi Internet sudah mulai dapat dibandingkan dengan otak manusia, yang memiliki titik komunikasi (alih logika) berupa korteks. Komunikasi korteks sendiri tak intensif: hanya 1 dalam 100 dari neron dalam kolom vertikal berdiameter 1mm, dan hanya 1 per sejuta untuk neron yang mulai berjarak. Tingkat komputasi yang sungguh rendah, tetapi sudah cukup untuk membuat otak bekerja sejauh yang kita tahu. Dengan kejarangan semacam ini, analogi bandwidthnya diperkirakan 1 Tb/s; kira2 sama dengan bandwidth backbone Internet saat ini.

Memori korteks cukup besar. Kira2 ada 109 sinapsis antar neron2 setiap 1mm2 korteks, atau total 1011 sinapsis seluruhnya, atau kira2 (sangat kira2) 1015 bit data tersimpan. Masih sangat kira2 mirip juga dengan total data yang tersimpan di Internet (dan bisa disimpan serta diolah oleh Google misalnya). Sebentar lagi Internet bisa melampaui kapasitas sebuah otak. Bedanya, cara kerja otak masih misterius dan belum sepenuhnya diketahui — syukurlah :). Para ilmuwan tengah menyelidiki, termasuk melalui pengamatan terhadap kelainan2, misalnya kepada orang2 sinestesis (yang mengalami persilangan sensasi, seperti mendengar warna, melihat suara, dll). Juga turut diamati frekuensi kerja otak makhluk2 yang diperkirakan memiliki kesadaran, serta kecepatan koneksi korteks yang masih dianggap luar biasa (berjalan di atas sel hayati dengan kerapatan biasa2 itu), melintas banyak sel dengan sinkronisasi yang menarik.

Internet yang tumbuh melebihi prediksi para penciptanya pun meninggalkan perasaan luar biasa seperti itu. Dengan routing terdesentralisasi (menentukan rute terbaik masing2 seusai kondisi trafik masing2), secara keseluruhan ia malah lebih kokoh dibandingkan komunikasi data terkelola yang ada sebelumnya. Dan ini menimbulkan pertanyaan menarik: apakah akhirnya Internet akan memiliki kesadaran?

Jawaban untuk pertanyaan itu bisa teknis dan bisa filosofis. Dan mengingatkanku pada sesuatu yang mengganjal pikiranku waktu masih balita (dan beberapa kali disinggung di sini). Dari mana kesadaran (bahasa aku waktu itu: keakuan) yang ini tiba2 datang ke badan (atau kemudian: otak) yang ini. Darimana kita bisa yakin (selain dengan asumsi dan prasangka baik) bahwa manusia lain juga punya kesadaran semacam ini? Dan sampai mana ini bisa kita teruskan ke makhluk non manusia? Pertanyaan tentang kesadaran pada Internet bisa ditembak dengan asumsi yang sama. Internet nampaknya memang sudah memiliki kesadaran.

Bebersih Jilid 3

Kayaknya memang nggak sopan kalau aku nggak bikin report tentang acara Bebersih di Taman Lansia minggu lalu :). Abis merepotkan banyak orang (biarpun berakhir ceria), masa terus diem2 aja :). Sebenernya sih, aku udah bikin report (selain bikin repot) di blog yang lain. Tapi sebagai penghargaan buat yang udah bersusah2 menyiapkan dan meramaikan acara, aku tulis lagi di blog ini. Btw, blog ini masih the one reflecting my soul loh, haha :). Biarpun sublim selalu. Hush.

Btw, ini report beberapa peserta:

Cerita versi aku sendiri … hemmm, nggak jauh beda sih. Kebetulan aku talk sama Nanda (store manager of Sbux BIP), dan dia cerita tentang kegiatan2 sosial Sbux. Aku jajagi kemungkinan kegiatan semacam itu dibuat lebih kuat dengan mengajak kerjasama komunitas2 lain di Bandung. Aku menyebut misalnya blogger dan KLuB. Jadi waktu Jaka & Aki Heri of Batagor berencana menyiapkan jilid 3 dari acara Bebersih Bandung, aku coba ajak Sbux. Kebetulan malah ketemu Kiki (district manager). Btw, talk2 semacam ini bentuknya cuman ngobrol sambil berdiri, bukan rapat dll :). Balik ke kantor (ya, malam2 kantor masih ramai), aku talk ke Deby: ajakin Flexter Pivijis juga yuk. Deby antusias, dan menularkan antusiasmenya ke Flexter. Cuman jadi pingin rame. Siap2in merchandise: kaos, topi, payung, dan … eh nemu kantong hitam: samber juga deh. Pengakuan dulu: itu merchandise tas Flexi sebenernya … hihihi … sisa dari merchandise untuk Meeting IEEE minggu sebelumnya. Waa, ampuun. Dan karena Deby selalu keibuan (wuih), maka soal makanan langsung jadi concern. Biar rame, kita juga kontak lagi KLuB dan id-Apple. Pingin kontak BBV, yang sementara itu namanya muncul lagi, tapi belum dapat contact person. So, indirect aja :).

Minggu pagi, ternyata Jaka (ketua muda Batagor) panik. Aku tahu sih. Biasanya memang ketua kita itu optimis waktu rapat; tapi waktu action dihandel sama Deniar. Begitu Deniar menyatakan absen, dia pura2 biasa aja, padahal jelas keliatan panik. Kantong sampah aja nggak bawa. Untung aja kami punya yang nemu di gudang itu. Nggak yakin cukup, Aki harus pergi lagi cari kantong. Dan karena ketua panik, maka dalam beberapa session, kami para anggota dan tamu harus mengambil alih acara. Wakaka. Berlebihaaaannn.

Aku bagi acaranya sebenernya gini: Jam 8 mulai ketemu, berhaha hihi, sambil bantu2 panitia siapin tenda dan lain2. Jam 9, seharusnya sudah lengkap, dan acara resmi bisa dimulai dengan pembukaan, perkenalan antar komunitas, perkenalan tamu, game kecil, dll. Jam 10 kita mulai bebersih. Tapi rencana diubah. Game ditunda. Jadi jam 9.30 aku bagi peserta jadi 3 tim, memastikan setiap tim mengandung semua komunitas, biar saling kenalan. Jam 10.30, bebersih sudah selesai. Huh, mereka bekerja terlalu giat & cepat. Deby yang melakukan inspeksi kagum atas hasilnya: bersih sekali. Baru acara kebersamaan, game, foto2 dimulai.

taman-lansia.jpg
Foto hasil jepretan Adham Somantrie

Komunitas yang akhirnya terwakili: Batagor, Flexter, Starbucks barrista (mereka ikut bebersih lo, bukan cuma sponsor kopi), id-Apple (Adham), BBV (Adham, Puti), KLuB (Wisnu, Rolly, Diki). Ada lagi yang belum aku sebut?

Di tengah itu, Kokoh Kabul hadir juga, terpancing banyaknya komunitas IT yang datang. Jadi ianya malah bikin rapat membahas acara training2 IT dengan fasilitas yang disediakan di BEC berupa panggung, akses Internet cepat, dll; kapan saja kalau komunitas memerlukan. Freely.

Tamu2 juga mulai datang. Budi Putra of Asia Blogging, Yulian Jay Firdaus of id-Gmail (dan secara umum mewakili para seleb blog, haha), Indra KH of Indocisc, Rendy of Qwords dan adiknya, serta blogger2 yang belum atau masih akan menggabungkan diri dengan komunitas2. Ritual biasa: foto2, cela2an, dll.

Acara selesai tengah hari. Aki Heri dkk meneruskan ke acara Bedah Gubug. Aa’ Budi Putra disertai beberapa blogger meneruskan perbincangan di Cihampelas Airport. Aku beberes. Jay tertinggal di Taman Lansia, dengan perenungannya. Yang ini memang makhluk ajaib.

So, terima kasih buat semua yang hadir, semua yang berencana hadir tapi gagal, semua yang direpoti dan merepotkan diri mengurusi acara ini, dan semua yang mendoakan agar acara ini berhasil dan menyumbangkan kecerahan buat negeri ini. Acara berikutnya, hostnya jangan Batagor kali ya. id-Apple, mau tidak?

Indonesia Comsoc Chapter Meeting

Seperti diumumkan di blog satunya, IEEE Indonesia Comsoc Chapter hari ini menyelenggarakan pertemuan pertama tahun 2008. Pertemuan ini disiapkan dari jauh hari, saat Pak Ary (chapter’s chairman) menjajagi kemungkinan sebuah meeting yang formal di Bandung. Aku yakin itu tidak sulit. Fasilitas Telkom bisa digunakan kapan saja. Yang sulit mungkin mengundang anggota2. Tadinya aku berencana menggunakan ruang rapat Telkom Divre 3. Tapi aku cukup realistis bahwa kegiatan seperti ini tidak mungkin dihandel seorang diri (yang akan terjadi kalau aku teruskan di Divre 3). Jadi aku kontak Pak Jojo of Telkom RDC untuk kemungkinan menggunakan fasilitas di sana. Pak Jojo langsung setuju. Maka jadilah pertemuan dilakukan di Risti Tower, dengan akomodasi dari Telkom RDC. Telkom Divre 3 menyumbang persiapan acara dan tas ransel keren untuk souvenir. Hihi, keren beneran loh. Pesertanya suka tuh :)

Ada dua acara utama pada kegiatan hari ini. Pagi hari diisi dengan officer meeting selama 2 jam. Kami membahas kembali pengawakan organisasi, menyusun rencana pembentukan cabang siswa (student branch), sub-section yang akan dikembangkan menjadi section, dan action plan 2008. Sementara itu di anggota2 lain mulai berdatangan. Dari UI, ITT, Univ Pelita Harapan, Univ Trisakti, LIPI, Tritronik, Telkom, dll. Biarlah. Networking dulu :). Kedengerannya seru sekali :) :).

Setelah makan siang, pertemuan anggota dimulai dengan opening speech dari wakil Telkom sebagai host, yaitu Pak Wiseto dari RDC. Beliau berbagi info tentang rencana pengembangan network dan service di Telkom, termasuk yang tercakup dalam INSYNC2014 (Rencana NGN Telkom). Pak Ary, sebagai chapter chairman, kemudian membacakan dan mendiskusikan laporan tahunan Comsoc chapter. Pak Arief Hamdani, IEEE Indonesia Section chairman, melanjutkan dengan diskusi tentang fasilitas dan peluang pengembangan bagi anggota IEEE. Diskusi makin seru karena para anggota senior (Prof Dadang Gunawan, Prof John Batubara, dan banyak lagi) meramaikan diskusi dengan berbagai cara mensinergikan kegiatan anggota; termasuk internal training, knowledge sharing, professional communications, perencanaan distinguished lecture programmes yang lebih baik, dll.

Dan akhirnya pertemuan ditutup dengan pesta bakso. Hmmm. Terima kasih untuk Pak Jojo dan rekan2 RDC atas fasilitas dan penyelenggaraan acaranya yang lancar sekali. Terima kasih untuk semua anggota IEEE yang berkenan meluangkan waktu untuk hadir berbagi (mengorbankan waktunya yang amat sangat berharga bagi keluarga, bisnis, istirahat, dll — I know that).

Selesai, aku meluncur ke Bandung Centrum, ke pertemuan lain dengan komunitas lain: Batagor, tempat berhimpun blogger muda kreatif dan usil. Debe, si abege extra-creative itu mengajak sinergi komunitas untuk kegiatan tanggal 27. Hmmm, mau bergabung sama siapa? Aku langsung ingat Starbucks yang juga punya kegiatan kemanusiaan yang menarik. Trus siapa lagi ya. Flexter?

Blogger, Hacker, Minister

Atas arrangement dari Oom Romi (yang kita semua kenal dari Ilmukomputer) dan Oom Son Kuswadi (yang kita kenal dari IECI), malam ini terjadilah silaturrahim yang sangat akrab antara Menkominfo Muhammad Nuh (dan jajarannya dari Depkominfo) dengan komunitas2 ICT, yang menurut Menkominfo merupakan stakeholder dari ICT Indonesia, bertempat di Gd Depkominfo, Jakarta.

Skrip pembicaraan aku laporkan langsung di koen.telkom.us. Dan aku lupa alasannya kenapa mesti in English semi kacau :). Kajian berfokus pada latar belakang dan implementasi UU ITE. Concern yang cukup besar disuarakan komunitas atas praktek penyensoran yang mulai dilakukan pemerintah, yang dianggap melakukan hal yang salah untuk alasan yang benar. Menteri menyetujui bahwa UU itu tidak sempurna, dan mengajak bersama2 memperbaiki. Tentu suara hangat dan ajakan ini berbeda dengan lengkingan charlatan tertentu kepada media tertentu, yang memanfaatkan nama Depkominfo untuk mengancam komunitas2 IT (setidaknya komunitas blogger dan hacker) — untuk mana Menteri juga menyesalkan perilaku semacam itu.

depkominfo.jpg

Bersama2, kita sampaikan juga hal2 positif tentang kegiatan para hacker dan blogger di republik ini, yang menjadi ujung tombang pencerdasan pendidikan dan ekonomi masyarakat melalui ICT. Jajaran Depkominfo menyatakan mendukung upaya2 ini. Ini a.l. juga disampaikan Mr Cahyana Ahmadjayadi (Dirjen Aplikasi Telematika, yang juga blogger, url= cahyana-ahmadjayadi.web.id), Mr Basuki Yusuf Iskandar (Dirjen Postel), serta Mr Edmon Makarim (Penasehat Menkominfo). “Blogger adalah keluarga kita,” kata Mr Nuh.

Yang belum selesai memang soal penyensoran. Keberatan banyak pihak tentang mulainya pemerintah melakukan penyensoran dijawab dengan alasan bahwa resource Internet kita sedikit, sayang jika digunakan untuk hal negatif. Namun metode pemfilteran akan diperbaiki, sehingga tidak justru merugikan orang banyak, seperti yang akan terjadi jika filter dijalankan per site. Ini akan dikaji lebih lanjut.

Dan tentu, acara ini jadi semacam land-coffee (kopi darat) juga. Ketemu berbagai warna blog, tanpa label positif negatif, seperti yang digunakan tukang pecah belah yang malam ini sempat disebut namanya di depan publik itu. Juga ketemu Mas Suhono, yang bersama Mas Romi dan Pak Son jadi malah membahas IECI. Dan IEEE.

Skripku di sini: KOEN.TELKOM.US. Sila kalau ada penyempurnaan.

Update: Dan ini alasan sesungguhnya tentang pemblokiran Youtube: HTTP.KOEN.CC.

OFCDM

Saat ini teknologi transmisi yang sedang on-business adalah CDMA; baik varian CDMA2000 yang digunakan operator FWA semacam Flexi, maupun varian WCDMA yang digunakan sebagai transmisi 3G oleh operator ex-GSM. Thomas Hardjono sudah menyinggung bahwa CDMA sudah mulai surut. Tentu. Single carrier CDMA tidak pas untuk broadband channel yang lebih besar, karena masih ada masalah interferensi multipath. Di tulisan tentang NGMS, aku menyinggung bahwa ITU menghendakti transmisi 4G haruslah dengan OFDMA, yaitu versi multi-akses dari OFDM. GSM lari ke LTE, CDMA2000 lari ke UMB, dan WiMAX berkembang jadi WiMAX II. OFDM (orthogonal frequency division multiplexing) membawa sejumlah besar subcarrier secara orthogonal untuk memawa simbol secara paralel. Modulasi antar subcarrier dilakukan dengan IFFT (Inverse Fast Fourrier Transform), sehingga implementasi lebih mudah. OFDMA menggunakan OFDM, dengan memisah subset dari subcarrier untuk setiap receiver. Singkatnya begitu. Tapi lalu ada OFCDM (orthogonal frequency and code division multiplexing). Kenapa? Rupanya OFDM dianggap memiliki kelemahan pada sel yang berdampingan atau bertumpukan: bisa terjadi interferensi antar subcarrier. Maka dilakukan kombinasi OFDM dengan spreading dua dimensi melalui OFCDM ini.

Gambar membandingkan OFDM (kiri) dan OFCDM (kanan). Satu blok menunjukkan informasi dalam satu durasi dan subcarrier. Dalam gambar itu, ada 16 data simbol. Gambar di tengah menunjukkan spreading pada domain waktu (time), yang ditunjukkan dengan perubahan warna: dalam contoh ini {+1, -1, +1, -1}; yang diikuti duplikasi pada domain frekuensi (frequency). Dengan berbagai kode (code) spreading yang lain, dipadukanlah skema OFCDM. Spreading kode di sini berbeda dengan CDMA. Spreading pada OFCDM hanyalah mengkodekan informasi pada blog frekuensi-waktu yang berbeda. Ada redundancy, memang. Tetapi kita juga punya banyak alternatif kode spreading; yang jika digunakan semua, maka kecepatan data OFCDM akan sama dengan OFDM. Parameter sistem OFCDM serupa dengan OFDM (misalnya panjang paket, metode modulasi QPSK, dll), kecuali bahwa pilot channel OFCDM termultipleks kode, sementara pada OFDM termultipleks waktu.

Sampai hari ini, OFCDM ini belum jadi entry tersendiri di Wikipedia. Dia ditargetkan untuk digunakan pada transmisi downlink untuk 4G. OFCDM diuji pada jaringan DoCoMo, dan telah memberikan rate 100 Mb/s pada kecepatan 20 km/jam, tanpa MIMO.

Mr Charlatan

Baiklah, media dan penguasa negeri mempercayainya sebagai pakar. Dia memang sempat berada di dunia akademis. Tapi gaya pseudosciencenyalah yang memikat media dan kemudian penguasa untuk merekrutnya. Dan jadilah Trofim Lysenko penasihat Partai Komunis bidang sains di Russia zaman Stalin, dengan jabatan ketua Lenin All-Union Institute of Agricultural Sciences, bahkan akhirnya juga Akademi Sains Russia.

Suasana Russia zaman itu memang tak secerah negeri kita masa kini. Kaum buruh tani yang baru memberontak mengisi partai dan parlemen; dengan semangat tinggi tapi ilmu belum mulai terisi. Rakyat berkuasa, tak apa. Sayangnya beberapa charlatan memanfaatkan situasi ini, termasuk Lysenko. Kegiatan Lysenko dimulai dengan memamerkan hasil-hasil riset pertaniannya yang ajaib, yang memukau media. Riset Lysenko tak pernah dapat diaplikasikan, dan bahkan tak dapat diulangi. Tapi ia menutupinya dengan riset baru yang tak kalah memukau. Para pemuka partai mulai mendengar dan tertarik. Maka ia ditarik menjadi salah satu elit partai. Langkah berikut dari charlatan kita adalah mengagitasi partai dan parlemen, memanfaatkan kedekatannya dengan Stalin, untuk melakukan pembersihan. Tentu ia bukan manusia dungu yang langsung menembak nama orang. Saat negara dalam semangat kolektivisme, ia menyabdakan bahwa ilmu yang seharusnya ada di masyarakat adalah ilmu terapan. Petani otodidak, menemukan cara memanen yang lebih banyak, itulah pahlawan. Lalu ia menerbitkan formula menarik. Menurut formula Lysenko, akademisi = borjuis = fasis. Dan yang difavoriti untuk ditembak adalah biologi, khususnya genetika, dan agriculture. Genetika, bidang yang baru mulai tumbuh di Eropa itu dianggap sebagai bidang ilmu yang tak sesuai dengan filsafat materialisme dialektika yang dianut rakyat marxis Russia. Sensor keras diberlakukan terhadap hal yang berbau genetika, evolusi (Darwinian), dll. Para ilmuwan, bahkan yang mengharumkan nama negeri, dijatuhkan, dibiarkan mati kelaparan di kamp kerja paksa. Contohnya adalah Nikolai Vavikov. Sementara itu, pertanian kacau, rakyat lapar. Tapi media bungkam. Stalinisme memuncak. Jutaan pembangkang mati. Sisanya menghadapi Perang Dunia II.

Bertahun setelah PD II, Lysenko makin galak. Orang yang skeptik terhadap pendapat Lysenko bisa ditangkap. Kemudian Stalin jatuh, Khrushchev naik. Terjadi destalinisasi, tapi tidak delysenkoisasi. Charlatan ini terlalu licin dan pandai menjilat orang yang tepat pada waktu yang tepat. Pada masa seolah pencerahan ini, rekayasa genetika masih kelam diharamkan. Seorang akademisi sains Russia, yang mencoba memaparkan penggunaan rekayasa genetika untuk memproduksi jagung yang lebih baik; ditodong Khruchshev dengan setongkol jagung, dan semprotan “Apa yang salah dengan jagung milik Rakyat ini?” Tentu tidak ada yang salah dengan rakyat. Tapi retorika macam itu justru membunuh rakyat. Saat Eropa bangkit, masih bisa terjadi kelaparan massal di Russia dan satelitnya. Baru setelah Khrushchev pun tumbang, Lysenko ikut dimakzulkan. Tak dihukum, tetapi menghabiskan masa tua dalam keterasingan akademis: tak ada yang mau berhubungan dengannya. Dan sementara itu, Russia jadi negara terbelakang dalam ilmu biologi dan rekayasa genetika; jauh di belakang tetangganya di Eropa; walau ia maju cukup pesat di bidang seperti matematika, fisika, dll. Fisikawan nuklir Russia, Andrei Sakharov, mendakwa Lysenko di Akademi Sains: “He is responsible for the shameful backwardness of Soviet biology and of genetics in particular, for the dissemination of pseudo-scientific views, for adventurism, for the degradation of learning, and for the defamation, firing, arrest, even death, of many genuine scientists.”

Beruntung kita; tak pernah mengalami masa kelam yang menghancurkan negeri seperti itu. Beruntung; progress rekan-rekan muda kita dalam mengembangkan teknologi informatika (yang menjadi booming dunia hari-hari ini) mendapat dukungan penuh dari penguasa negeri ini. Beruntung; para charlatan tak pernah mendapat porsi apa pun di negeri cerdas kita ini.

Istoria da Paz

Akhirnya terbaca juga buku Okke ini: Istoria da Paz. Buku ini udah beberapa minggu dibeli, tapi lupa dibaca terus. Dan berbeda dengan buku2 sebelumnya, aku merasa yang ini Okke banget. Ntah kenapa aku merasa karakter Damai a.k.a. Bu Guru Bunga ini mirip Okke. Nggak heran sih. Aku juga kadang membayangkan tokoh Tomas di Unbearable Lightness of Being mirip Kundera :).

istoria-da-paz.png

Bukunya 200 halaman, dengan ukuran saku. Bisa dibaca sambil pusing dalam 1 jam lebih sedikit. Bahasa sang penulis kebetulan tepat sama dengan kecepatan baca optimalku. Tak berbunga, pintar memilih kata yang singkat dan tepat, tapi juga tak pelit ekspresi. Kalau semua buku kayak gini, boros. Cepat habis uang buat beli buku baru lagi.

Kalau Ayu Utami dulu jadi salah satu pelopor dengan novel yang mengandung komunikasi e-mail; Okke melanjutkan tradisi itu dengan novel yang mengandung komunikasi via blog. Plus media online lain. Tokoh Damai dilontarkan dengan suatu alasan (buat aku alasannya nggak penting) ke tempat favorit penulis: Timor. Bukan di Timor Lorosae, tapi di kawasan pengungsi. Ketemu tokoh Dion, sarjana idealis yang memilih bekerja membantu kaum tak terbantu. Dan Abitu, makhluk kecil usil paling jail di dunia. Tokoh2 ditampilkan biasa saja, manusiawi, dengan relasi yang manusiawi tapi hangat. Ya, ada sih adegan Damai harus mengejar2 babi, atau ikut membubarkan kelas untuk mengejar kambing, yang berakhir dengan dirinya dikejar2 kambing sampai jatuh berulang ke semak berduri. Relasi manusiawi yang biasa2 tapi hangat ini sering tertangkap di buku If Only They Could Talk punya Herriot. Tanpa aliran mengklimaks yang tertulis. Kita dibiarkan meluncurkan sebagian cerita oleh kita sendiri, dalam hati kita sendiri. Dan tamat secara menarik; saat tokoh Damai mendadak menemukan jiwa yang lain dalam dirinya.

Okke, makasih ya. Bukunya keren.

« Older posts Newer posts »

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑