Author: koen (Page 2 of 123)

Blogthings


Your Blog Should Be Purple


You’re an expressive, offbeat blogger who tends to write about anything and everything.

You tend to set blogging trends, and you’re the most likely to write your own meme or survey.

You are a bit distant though. Your blog is all about you – not what anyone else has to say.


Your Hair Should Be Purple


Intense, thoughtful, and unconventional.

You’re always philosophizing and inspiring others with your insights.


Your Eyes Should Be Brown


Your eyes reflect: Depth and wisdom

What’s hidden behind your eyes: A tender heart


Your Heart Is Pink


In relationships, you like to play innocent – even though you aren’t.

Each time you fall in love, it’s like falling for the first time.

Your flirting style: Coy

Your lucky first date: Picnic in the park

Your dream lover: Is both caring and dominant

What you bring to relationships: Romance


Slow and Steady


Your friends see you as painstaking and fussy.

They see you as very cautious, extremely careful, a slow and steady plodder.

It’d really surprise them if you ever did something impulsively or on the spur of the moment.

They expect you to examine everything carefully from every angle and then usually decide against it.

Sebuah Sore di Bandung

Sore yang ganjil. Mendung menggelapi Bandung dari timur. Nggak membadai kayak kemarin. Hujan pun nggak. Tapi dari pagi mendung tak putus menyelimuti Bandung. Aku masih duduk di meja kerjaku. Kelelahan abis sesi panjang di Gegerkalong membahas penyusunan materi pelatihan untuk Sinergi Telkom dan Telkomsel, yang disusul menulis artikel singkat atas request Tanti. Masih ada beberapa assignment, a.l. untuk menyelesaikan materi Speedy untuk pelatihan minggu depan. Pikiran nggak jernih, entah kenapa. Tapi aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Bukan ganjil. Justru sesuatu yang terasa akrab. Sesuatu yang terasa merupakan bagian dari diriku, sedang berusaha kembali. Aku nggak tahu dari mana datangnya. Dari sudut mana. Aku berhenti dulu menatap layar komputer ini. Aku mengalihkan perhatian ke majalah2 yang baru datang siang ini: sebiji Spectrum, sebiji Computer, sebiji IEEE Wireless. Sesuatu itu nggak menghilang, tapi juga nggak mewujud. Aku ingin mengabadikan waktu ini. Waktu yang tidak istimewa sama sekali. Juga pasti bukan waktu yang tercatat dalam sejarah mana pun. Tapi keistimewaan waktu bukanlah pada peristiwa. Setiap waktu itu unik. Setiap waktu itu tak berulang. Dan biarkan aku menikmati waktu ini.

Di luar mulai gelap. Adzan Maghrib sudah bergaung. Aku masih duduk di sini. Di dalam frame waktu ini. Bersenyum. Kepada Tuhanku. Memintanya untuk tidak berlaku sebagai tuhan tetapi sebagai sahabat.

Library Thing

Katalog di Library Thing barangkali memang belum sempurna. Tapi jelas sederhana dan mudah digunakan. Thanks to Harry, again :). Tapi bener nih: Kapan buku2 Indonesia bisa dimasukkan :).

Buat beberapa yang pernah nanya daftar buku via form pesan di site ini, sila kunjungi: http://www.librarything.com/catalog/koen.

Dan buat yang baru ke site ini, dan masih punya pertanyaan kenapa di zaman komputasi canggih macam gini orang masih doyan buku, aku tulis lagi bahwa bukan komputer akan menggantikan buku, tapi komputer akan masuk ke buku, seperti komputer sudah masuk ke telepon kita, ke dompet kita, ke jam tangan kita :).

Love

Bulan Juni 2005, aku pernah nulis tentang oxytocin. “Pada mamalia non-manusia, hormon ini dikaitkan dengan kelekatan sosial, termasuk fungsi fisiologis yang berkait dengan reproduksi. Lebih jelas, hormon ini membantu hewan mengatasi kecenderungan untuk berjauhan, dan memungkinkan hewan lain melakukan pendekatan.”

Walau urusannya ada kaitannya dengan reproduksi, oxytocin beda dengan urusan syahwat. Yang ini adalah tugas hormon semacam dopamine, neurohormon yang dihasilkan hipotalamus yang pada gilirannya akan memicu pelepasan testosteron, yang Anda hafal sebagai hormon dorongan seksual. Oxytocin adalah hormon yang mendorong kedekatan, kelekatan antar individual. Para antropologis dengan berani menyebutkan: ini adalah hormon cinta (love).

Oxytocin disusun juga di hipotalamis dan dimasukkan ke darah oleh pituitary (kelenjar di bawah otak). Pada cewek, oxytocin menstimulasi kontraksi kelahiran, penyusuan, dan kelekatan keibuan dengan anak yang dilahirkan. Pada baik cowok dan cewek, hormon ini meningkat selama kegiatan seksual dan melejit saat orgasme, dan juga memainkan peran dalam kelekatan pasangan — yang dipercaya sebagai adaptasi evolusioner untuk melindungi anak yang diproduksi sampai mampu berkembang.

Kalau cinta ternyata cuman permainan kimia dan biologi evolusioner, lalu apakah nilai kemanusiaan dan keindahannya berkurang? Tergantung apakah kita termasuk orang yang cenderung berbuat dosa karena terlalu takut berdosa :) :). OK, aku nggak akan bahas soal ini lebih jauh. Buat aku sih, setiap rincian bagaimana semesta digerakkan selalu membuat aku semakin merasa dekat dengan Tuhanku. Ia menyukai proses. Ia menyukai kita belajar. Ia mengajari kita dengan contoh. Dan Ia menunjukkan secara transparan (tapi memerlukan proses riset dan belajar yang panjang), bagaimana proses-Nya menjalankan semesta ini.

Aku tahu nggak semua orang suka yang aku tulis di weblog ini. Tanpa membedakan orang yang bisa melihat Tuhan atau yang tetap jadi atheis ignoramus, cinta selalu terasa indah. Dan setiap orang, sedikit banyak, membenci reduksi cinta jadi peristiwa kimia biasa. Tapi aku sekali dua bercerita tentang Tristan dan Isolde. Dalam kisah yang dijiwai tradisi panjang Celtic, dikisahkan bahwa mereka mengalami jatuh cinta yang akut karena ramuan ajaib (yup, ini Celtic yang sama dengan dukun Panoramix, cuman yang ini belum dikomikkan). Mereka pun sadar bahwa mereka saling sayang akibat ramuan kimia. Tapi toh mereka meneruskan untuk saling sayang. Sayang yang tulus, cinta tanpa kepalsuan, kasih yang mendalam, adalah anugerah dalam hidup; dan memeliharanya merupakan kebahagiaan tak terperi, tanpa peduli dari mana ia berasal.

Soal moral? Hmmm, ntar deh, kalau ada waktu, kita bahas soal game theory yach :).

Soal soulmate? One day :) :).

Serasa Lebaran

Ramadhan tahun kemaren, aku menghabiskan seminggu di ruang tunggu ICU RS Juelek di Bandung. Ramadhan tahun sebelumnya, aku menghabiskan beberapa jam di UGD dan seminggu di rumah abis sebuah traffic accident. Syukurlah tahun ini Ramadhan tidak berbau UGD dan ICU, jadi secara fisik nggak ada yang terlukai. Masa?

Belum juga suara tamu2 Idul Fitri berubah jadi kesenyapan, Retno bertelepon. “Danang kecelakaan. Koma katanya. Di RSPP.” Langsung meluncur ke RSPP, sambil membayangkan Danang, sepupuku yang udah gede dan mulai dewasa tapi mukanya nggak pernah berubah dari wajah anak kecil itu. Ortu dan keluarganya masih pada di Cimahi dan Tasik.

Ah itu kemaren. Hari ini Danang udah mulai sadar. Belum bisa bikin kalimat lebih dari sepatah dua patah kata. Lupa sama kejadian kemaren. Tapi udah keluar dari ICU dan ditempatkan di kamar perawatan. Dan saudara2nya bergantian hadir satu2. Jarang loh lihat sebanyak itu keluargaku. Serasa Lebaran aja :). Semua ketegangan udah berubah jadi kelegaan dan keceriaan.

Bapak si Danang, yang kemaren mukanya setengah tegang setengah nangis, hari ini jadi saingan si Aming Extravaganza. Aku jadi berpikir, bahwa yang bersifat genetik di keluargaku bukan cuma uban yang datang terlalu dini, tapi kecentilan yang nggak abis-abis tanpa pandang situasi, jenis kelamin, dan umur.

Ada si Fiko, teman (teman apa teman?) si Danang yang nganter Danang ke RS, dan setiap hari nungguin sampai malam, tak urung dari sasaran candaan si babe yang nggak abis-abis. Ah, bener, selalu ada ada blessing in disguise.

Udah lama aku nggak bersyukur bahwa aku masih punya keluarga. Lucu2 pula, biarpun kadang suka pada gaanaas :).

Bye

Akhirnya, sapaan selamat berpisah yang sedih lagi dengan Ramadhan. Ramadhan selalu menyentuh, dan selalu unik. Berbeda bukan saja dengan bulan yang lain, tapi juga dengan Ramadhan sebelumnya. Akankah sua lagi dengan Ramadhan tahun depan? Siapa yang tahu :). Hidup itu kokoh dan menarik justru karena ada akhirnya, dan tak tertebak kapan berakhirnya. Tapi andai pun tak lagi sua Ramadhan tahun depan, tak ada yang perlu disesali. Setiap Ramadhan yang lewat adalah kumpulan Rahmat dan Kasih yang terus mencahayai sukma. Dan terus akan terbawa cahaya itu sampai ke kehidupan yang berikutnya.

Mengikuti tradisi Ramadhan yang sangat baik, aku mohon maaf buat semuanya. Kehadiranku sedikit banyak pasti membawa hal-hal negatif, sambil mudah2an ada positifnya sedikit. Mohon maaf, dari hati yang paling dalam.

Semoga Kasih Yang Agung terus memberi ridla bagi hidup kita, di beberapa waktu yang tersisa ini.

Minix 3

Andrew Tanenbaum mengumumkan diluncurkannya Minix 3. Huh, Minix masih ada? Seriously, di luar dunia pendidikan, apa yang terjadi pada Minix?

Aku sendiri cuman pernah pakai Minix untuk iseng2 mainan OS yang mirip Unix sambil hanya punya akses ke PC. Dan nggak lama, terdengar ada OS yang konon semacam Minix juga, namanya Linux. Aku nggak berminat. Namanya juga bukan pakar komputer :), mikirnya: cuman buat main2 aja, Minix cukup deh. Dan waktu akhirnya Linux mencapai skala marketing global, Minix kayaknya masih di level main2 aja :).

Linus sendiri konon terinspirasi Tanenbaum. Dan tentu terinspirasi dalam dunia computer science bukanlah menjadi acolyte. Justru yang selalu terjadi adalah sebaliknya. Maka terjadi debat panjang tentang strategi penyusunan kernel antara Tanenbaum dan Linus (microkernel vs monolithic kernel). Tanenbaum sendiri menyebut bahwa untung saja Linus bukan muridnya — kalau iya dia nggak akan dapat nilai bagus.

Kembali ke Minix. OS ini masih bisa dibuat kecil. Kurang dari 4000 baris kode untuk kernelnya (bandingkan dengan Linux yang sudah mencapai 2,5 juta baris). Kalau versi 1 dan 2 dipakai untuk pengajaran, Minix 3 dicitacitakan sebagai OS serius untuk komputer dengan sumberdaya terbatas namun tetap dengan keandalan tinggi. Sitenya memberikan contoh target: aplikasi yang memerlukan keandalan tinggi; laptop seharga kurang dari $100 untuk anak2 di dunia ketiga; embedded system (kamera, HP), dll. Fitur yang ada di Minix 3: POSIX compliant, networking dengan TCP/IP, dua kompiler ANSI C (ACK and gcc), 300an program Unix, kemampuan multiuser dan multiprogramming, dukungan memori hingga 4GB, kemampuan menjalankan device drivers sebagai user process, dll.

Maskot Minix 3 adalah seekor raccoon; dipilih karena sifatnya yang kecil, lincah, keren, cerdik, dan … eat bugs.

Ten Credos of Compassionate Marketing

Nyontek dari weblog Hermawan Kertajaya: The Ten Credos of Compassionate Marketing …

  • Love your customers, respect your competitors
  • Be sensitive to change, be ready to transform
  • Guard your name, be clear of who you are
  • Customers are diverse, go first to who really needs you
  • Always offer a good package, at a fair price
  • Always make yourself available, spread the good news
  • Get your customers, keep and grow with them
  • Whatever your business, it is a service business
  • Always refine your business process, in terms of quality, cost, and delivery
  • Gather relevant information, but use wisdom in final decision
« Older posts Newer posts »

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑