Minggu2 ini, Indonesia bukan hanya menjadi tuan rumah ASEAN Summit dan SEA Games. Hanya dua hari setelah Barack Obama lepas landas dari Denpasar, IEEE Region 10 (Asia Pasifik) memulai konferensi official tahunan IEEE TENCON di Pantai Sanur, Bali. Proses persiapan konferensi ini memakan waktu beberapa tahun, dimulai dari pengajuan proposal dari IEEE Indonesia ke Region 10, bidding, recording di IEEE, lalu proses2 call for paper, paper review, event planning, dan event organising. Seluruh proses, terutama yang melibatkan paper dan hal2 akademis lainnya, melibatkan para akademisi senior di berbagai penjuru bumi. Organising dilakukan oleh IEEE Indonesia Section dan Universitas Indonesia. Dua chapter yang juga menjadi sponsor teknis adalah Comsoc Chapter dan MTT/AP Joint Chapter. Karena penyelenggaraan di Denpasar, Universitas Udayana mengerahkan pasukan volunteer untuk mendukung pelaksanaan konferensi. Ramai nian.
Aku sendiri melompat dari Jakarta ke Denpasar pada Ahad 20 November. Sisa lelah sepanjang minggu melelapkanku sepanjang penerbangan. Membuka mata, aku melihat lembah gunung Ijen (satu2nya tempat perkebunan Java coffee), Selat Bali, 10 menit pantai barat daya Bali yang cerah, jernih, landai, berpasir putih, berombak lembut, lalu Ngurah Rai airport. Siap mendarat, yess. Tapi gak jadi. Masih ada sisa ASEAN Summit: kami harus berputar mengelilingi Bali tenggara satu putaran sebelum mendarat. Plus satu putaran, satu lagi, dan satu lagi. Lalu perjalanan darat ke Pantai Sanur: Inna Bali Beach Hotel.
Berbeda dengan 2009, di tahun ini tampaknya aku tak bisa maksimal menikmati alam dan budaya Bali. Sebagai tech cosponsor mewakili Comsoc Indonesia, aku harus menyiapkan sesi tutorial dan sedikit membantu eksekusi event. Yang agak menganggu adalah bahwa beberapa speaker terhambat datang ke Bali, termasuk speaker pada sesi tutorial. Jadi banyak pekerjaan tambahan :)
Tutorial dilaksanakan Senin 21 November pk 10:00 tepat. Prof Dadang Gunawan membuka sesi ini, dan kemudian aku ambil alih dengan menyampaikan materi tentang Digital TV dan IPTV. Paparanku berfokus pada arsitektur network, standard, how-it-works, service dan content, hingga issue konvergensi. Cukup banyak, mengingat waktu tutorial yang cukup panjang. Namun lucunya hanya ada satu pertanyaan yang masuk: dari peserta asal New Zealand. Mungkin peserta lain enggan bertanya dalam bahasa Inggris, dan memilih mode telepati tanpa kabel. Sesi tutorial berikutnya diisi Pak Satrio Dharmanto dan Bu Agnes Irwanti, dengan penekanan pada migrasi TV ke DigitalTV.
TENCON 2011 sendiri dibuka resmi pada 22 November. Sebagai organising chair, Dr Wahidin Wahab dengan keceriaan dan semangatnya yang khas membuka konferensi pukul 9:00. Suasana cukup ceria, dengan iringan seekor anak kucing berwarna putih yang riang mengeong sepanjang acara. Plenary session diisi oleh empat keynote speaker, dengan dua dimoderasi Pak Arnold Djiwatampu (juga sebagai general chair), dan dua aku moderasi. Tampaknya aku cukup sukses jadi moderator, sampai satu peserta nekat naik panggung menghampiriku. Sayangnya peserta ini bukan dari kalangan akademis maupun industri, tapi seekor kucing kelabu. Plenary session yang miaow sungguh.
Tema dari para keynote speakers sangat menarik. Prof Nurul Sarkar membahas terobosan dalam strategi pendidikan engineering. Prof Ke Wu mengasyiki Substrate IC (SICs) yang diaplikasikan untuk elektronika dan fotonika masa depan berskala GHz dan THz. Prof Rinaldy Damini merinci skenario energi yang diambil berbagai negara setelah bencana Fukushima. Dan Prof Jong-Hwan Kim memaparkan dan mendemonstrasikan robot berdaya pikir. Lebih dari yang tersirat dari judulnya, setiap presentasi memberikan inspirasi tambahan yang menarik. Prof Ke Wu misalnya, dengan gambar2 menarik menjelaskan sejarah waveguide, dari metal, coax, hingga intrachip waveguide. Sementara Prof Kim yang juga disebut Bapak Sepakbola Robot menjelaskan dari level filosofis, bagaimana pikiran disusun dari info kontekstual, logika fuzzy, dan kecerdasan sosial.
Setelah sesi foto (ini kopdar loh), konferensi berpindah ke tujuh ruang, untuk mendiskusikan materi-materi yang spesifik. Aku stay di Ruang 5, yang mendalami soal arsitektur, trafik, dan aspek lain dari network. Di Ruang 5, puluhan paper dipaparkan dalam beberapa sesi dari hari Selasa hingga Kamis. Setiap presentasi dipaparkan dalam 20 menit, disusul tanya jawab. Materinya tak lagi soal filosofi atau arahanriset, melainkan rincian hasil2 riset. Pemaparnya adalah researcher, engineer, geek, jadi bisa dibayangkan cara berpresentasinya. Gue banget. Bebas dari polusi marketeer, socialita, dll, haha. Bahasanya Inggris dengan dialek Jepang, Korea, Cina, India, hingga New Zealand. Jelek kayak Bahasa Inggrisku deh :p. Syukur gak ada bahasa miaow lagi dalam diskusi.
Ada sesi makan malam, untuk networking, beramah tamah, dan menyaksikan sedikit bagian dari kekayaan budaya Bali. Ada acara jalan2 ke pantai menjelang tengah malam. Tapi sisanya adalah kontrol terus menerus atas kelancaran event.
Blog ini ditulis di satu sesi kopi, saat konferensi belum selesai. Mudah2an event ini sukses berat sampai akhir, menambah reputasi baik bagi Indonesia yang mampu lancar menyelenggarakan event akademis internasional hampir tanpa sponsor, menambah minat akademisi dan engineer Indonesia melakukan riset terfokus secara konsisten, mengubah Indonesia dari sekedar bangsa pencipta aplikasi amatir menjadi pengembang teknologi yang disegani.
BTW, Sanur asli keren :)
wow. its nice scenary :D