Sambikerep – Tritik

Kampusku (d.h.i yang Brawijaya, bukan Coventry) memang rada ndeso: akrab bener sama urusan pedesaan :). Waktu kampus lain sibuk urusan pemloncoan (dengan berbagai nama dan tujuan yang keren2, tapi bohong); fakultas teknik di kampusku malah bikin KKM. Aku lupa kepanjangan aslinya — yang teringat cuman Kamp Konsentrasi Mahasiswa. Lebih seram dari pemloncoan, kami benar2 dikirim ke desa terpencil untuk membangun jalan makadam dan saluran air, dengan hanya dibekali kaos oblong sepotong, dan tentu sambil dimaki2 dan disiksa2 juga. Pulang pada tewas, tapi entah kenapa tetap bahagia: tenaga dan waktu yang kami buang tidak sia2, dan memberikan hasil nyata buat warga dusun2 terpencil di pelosok Jabung.

Sebagai bagian dari kurikulum, ada Praktek Kerja I (umumnya di lab, tapi boleh di luar) dan Praktek Kerja II (umumnya di perusahaan2 — aku sendiri ambil di LEN, Bandung). Tapi juga ada KKN (Kuliah Kerja Nyata, sebelum diberi kepanjangan lain menjelang reformasi), dimana mahasiswa wajib turun ke desa terpencil (lagi) selama 2-3 bulan buat membaktikan ilmu. Barangkali waktu itu aku masih sosialis (belum anarkis), jadi malah amat sangat suka sama acara kerja bakti paksaan kayak gitu. Membuang kota & egoismenya jauh2, naik ke desa2 di lereng2 gunung, menemui manusia sungguhan, belajar dari mereka, dan menyerap kemanusiaan secara … surealistik, haha. Andai udah ada blog di zaman itu :p.

Aku sendiri berKKN di dua desa: Sambikerep dan Tritik, di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. Nganjuk :) — bahkan baru kali itu aku menginjakkan kaki di negeri itu. Camat Rejoso sendiri yang selalu in touch dengan kami, dan memaksa kami berposko di ibukota kecamatan: Desa Talang. Sambikerep terletak 9 km dari Talang, dan Tritik 15 km dari Talang, ke arah yang berbeda. Tidak ada angkutan umum ke kedua desa. Tritik lebih parah, karena jalannya ekstra rusak, serta melintasi hutan jati beberapa kilometer. Desa Talang sendiri dipenuhi sawah dan kebun tebu.

Desa Tritik

Tim kami terdiri atas dua kandidat insinyur elektro, dua ahli perikanan, dua akuntan, satu dokter, satu ahli hukum, satu ekonom, dan … wah agak banyak. Hmm, aku pikir kombinasi kayak gitu, plus keusilan dan fakta bahwa kebetulan aku satu tim dengan para aktivis kampus masa itu, bisa dijadikan bahan blogging 1 tahun :). Dan nyesel deh, kenapa zaman itu belum ada plurk juga ya :). Bersambung ah.

9 Replies to “Sambikerep – Tritik”

  1. @All: Halah, halah, saling buka rahasia. Rugi deh nggak ikut KKM, haha. Tapi aku nggak pernah bisa berdamai dengan para seniorku abis itu. Kemlinthi poll :p

  2. wah, KP di LEN bandung ya? enak gak mas KP di LEN? tadinya saya mau kp disana gak jadi. hmm..untung saja di kampus saya gak ada kkn. hehe
    salam kenal mas.

  3. mas kapan tuh kkmnya.. kalau dari sambikerep sih masih terbilang agak ramai dibandingkan dengan tritik. kalau mau lagi sekali-kali ke wilangan atau ke ngetos dan sawahan… abis deh…

  4. kuncoro, tritik, rejoso, nganjuk. dan…sampailah surat ke desa yang pfuiih…ternyata jauh juga ya…

  5. @Dhiya: Sambikerep tentu relatif ramai dibanding Tritik :D. Still, di zaman itu, listrik belum masuk. Wilangan, pernah lewat. Ngentos, belum dengar.

    @Dian: Kasihan donk Pak Pos. Kirim mail eh surat mah ke Talang aja.

  6. Dicari di Google Earth, nama Sambikerep, jatuhnya di sekitar Surabaya.

Leave a Reply to Enggar Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.