Istoria da Paz

Akhirnya terbaca juga buku Okke ini: Istoria da Paz. Buku ini udah beberapa minggu dibeli, tapi lupa dibaca terus. Dan berbeda dengan buku2 sebelumnya, aku merasa yang ini Okke banget. Ntah kenapa aku merasa karakter Damai a.k.a. Bu Guru Bunga ini mirip Okke. Nggak heran sih. Aku juga kadang membayangkan tokoh Tomas di Unbearable Lightness of Being mirip Kundera :).

istoria-da-paz.png

Bukunya 200 halaman, dengan ukuran saku. Bisa dibaca sambil pusing dalam 1 jam lebih sedikit. Bahasa sang penulis kebetulan tepat sama dengan kecepatan baca optimalku. Tak berbunga, pintar memilih kata yang singkat dan tepat, tapi juga tak pelit ekspresi. Kalau semua buku kayak gini, boros. Cepat habis uang buat beli buku baru lagi.

Kalau Ayu Utami dulu jadi salah satu pelopor dengan novel yang mengandung komunikasi e-mail; Okke melanjutkan tradisi itu dengan novel yang mengandung komunikasi via blog. Plus media online lain. Tokoh Damai dilontarkan dengan suatu alasan (buat aku alasannya nggak penting) ke tempat favorit penulis: Timor. Bukan di Timor Lorosae, tapi di kawasan pengungsi. Ketemu tokoh Dion, sarjana idealis yang memilih bekerja membantu kaum tak terbantu. Dan Abitu, makhluk kecil usil paling jail di dunia. Tokoh2 ditampilkan biasa saja, manusiawi, dengan relasi yang manusiawi tapi hangat. Ya, ada sih adegan Damai harus mengejar2 babi, atau ikut membubarkan kelas untuk mengejar kambing, yang berakhir dengan dirinya dikejar2 kambing sampai jatuh berulang ke semak berduri. Relasi manusiawi yang biasa2 tapi hangat ini sering tertangkap di buku If Only They Could Talk punya Herriot. Tanpa aliran mengklimaks yang tertulis. Kita dibiarkan meluncurkan sebagian cerita oleh kita sendiri, dalam hati kita sendiri. Dan tamat secara menarik; saat tokoh Damai mendadak menemukan jiwa yang lain dalam dirinya.

Okke, makasih ya. Bukunya keren.

14 Replies to “Istoria da Paz”

  1. kejutan lagi..
    baca buku ini juga??
    *kalo aku baru beli hari senin kemaren.. belum beres baca.. *

    Jangan2 baca N.H. Kleinbaum – Dead Poets Society juga??

  2. belum baca buku okke yang lain sih, tapi istoria da paz ini udah baca, dan gw suka. mungkin karena temanya, settingnya, dan cerita tentang anak-anak pengungsinya. dan seperti katamu, relasi manusiawi yang biasa tapi hangat.

    btw, belum nyempetin beli (atau minjam) buku2 awalnya herriot nih :p

  3. Kalau mas koen sudah selesai membacanya, bisa dong dimanfaatkan untuk dibaca juga… meminjamkan itu ibadah lho, tapi yang minjem kesannya jadi kurang punya harga diri (untuk buku, saya bersedia ambil resiko itu), tapi sebenarnya dengan begitu si peminjam memberi peluang kepada orang lain untuk dapat pahala dengan gratis :p
    Kasian aja buku-bukunya mas koen pada nganggur…sementara disini banyak waktu yang tersia…
    atau dengan kalimat yang lebih elegan,
    “Kapan ada bursa buku lagi?”

  4. @Aceng: Maunya sih berbagi. Tapi dengan keluarga besar kutu buku kayak gini, kayaknya antriannya panjang juga :).

    @Neenoy: Masih ngejar Herriot ya? Buku kedua dll, kita terjemahin rame2 yuk, trus kita bloggin. Buku pertama, kita kirim petisi aja ke Gramedia untuk cetak ulang.

  5. menunggu dengan sabar juga ibadah (dan pasti ada pahalanya juga)…mungkin itu maksud mas Koen ya :)
    bisa aja…
    tapi untuk yg ini serius Mas,
    kalau ada bursa buku kayak dulu, kasih tau aja…(dulu kan aku gak kebagian…)
    Hemat itu pangkal kaya :)

  6. DPS memang bagus, Mas..
    Kan sudah difilmkan juga..

    Aku ada tuh, waktu itu kebetulan nemu.. yang versi Bahasa.
    Cuma satu2nya.. jadi langsung dibeli..

    Tapi, kalo di sini ada jual yang versi English.. disarankan baca yang English.. dijamin lebih berasa.. he he

  7. o iya kelupaan.. boleh aku tambahin link ke blog Mas Koen ga.. dari blog aku.. (di blogroll itu loh)..

    Kalo boleh.. terimakaasih ^_^v

  8. nerjemahin herriot dan diblogin? lucu juga. jadi boleh mulai dari cerita yang paling disuka dulu, dong. hehe. cuma belum kebayang gimana nerjemahin gaya bicara york-nya itu ya? :p

    anyway, sebenernya dengan di’angkat’nya herriot oleh andrea hirata, itu bisa jadi peluang cukup bagus buat penerbit lho… imho. kan orang-orang pada penasaran kayak apa sih buku yang sering banget disebut-sebut andrea. btw, edensor itu di mana sih? di herriot yang aku baca gak ada. apa adanya di versi terjemahan bahasa indonesia yang dulu itu?

  9. :P ga nyuruh kok.. *menyarankan lho itu.. bunyinya..he..*

    Emang kenapa kalo sering2 baca novel??
    Tidak terbukti membuat jadi melankolik kok he he he..

    Enak loh..
    Aku kalo udah bosan dijejali buku2 IT Management, strategic planning.. ama Bos.. refreshing-nya pake komik & novel :D

  10. makasih ia . udah d review
    trus d mana si nyari buku itu ? gw nyari ke gramedia matraman ma artha ga dpt .
    ke abisan gw .
    lw beli buku itu d mana .

    thx

  11. thx ia udah di review

    trus lw beli buku itu d mana ?
    gw nyari d grammedia matraman ma artha ga dpt
    ke abisan gw
    thx

Leave a Reply to neenoy Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.