“Setia hingga akhir dalam keyakinan,” itu ada tertulis di kitab di tangannya. 24 tahun hanya ia hidup, sebelum ia biarkan kekejaman mencerabut hidupnya. Ia Bote, dan dunia mengenang nama panjangnya: Robert Wolter Monginsidi.
Lahir di Manado, dan mulai bekerja sebagai guru di Luwuk Banggai, serta tumbuh rasa kebangsaannya. Menyaksikan kembalinya pasukan Belanda ke tanah airnya, ia membentuk induk organisasi kelaskaran yang disebut LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi) pada Juli 1946, dan terpilih sebagai sekjen.
Keberanian, kecerdasan, dan pembawaan diri Bote membuatnya makin disegani dan dipercaya memimpin aksi-aksi pertempuran melawan tentara Belanda di dalam dan di luar kota. Taktik dan strateginya mencengangkan dan meresahkan pihak Belanda. Bote sempat tertangkap, tapi mampu melarikan diri dari penjara melalui cerobong asap dapur. Maka Belanda menjalankan taktik khasnya: penyuapan dan pecah belah. Iming2 uang ditawarkan bagi rakyat yang bersedia mengkhianati Bote. Dengan cara itu, Bote akhirnya tertangkap, dimasukan ke tahanan di Kiskampement Makassar dengan tangan dan kaki dirantai dan dikaitkan di dinding tembok, dan kemudian dijatuhi hukuman mati.
Di dalam sel, Bote membuat catatan-catatan:
- Jangan takut melihat masa yang akan datang. Saya telah turut membersihkan jalan bagi kalian meskipun belum semua tenagaku kukeluarkan.
- Jangan berhenti mengumpulkan pengetahuan agar kepercayaan pada diri sendiri tetap ada, dan juga jangan tinggalkan kepercayaan teguh pada Tuhan.Kasih Tuhan mengatasi segala-galanya.
- Bahwa sedari kecil harus tahu berterima kasih tahu berdiri sendiri. Belajarlah melipat kepahitan! Belajar mulai dari 6 tahun, dan jadilah contoh mulai kecil sedia berkorban untuk orang lain.
- Apa yang saya bisa tinggalkan hanyalah rohku saja yaitu roh “setia hingga terakhir pada tanah air” dan tidak mundur sekalipun menemui rintangan apapun menuju cita-cita kebangsaan yang ketat.
- Memang betul, bahwa ditembak bagi saya berarti kemenangan batin dan hukuman apapun tidak membelenggu jiwa.
- Perjuanganku terlalu kurang, tapi sekarang Tuhan memanggilku, rohku saja yang akan tetap menyertai pemuda-pemudi. Semua air mata, dan darah yang telah dicurahkan akan menjadi salah satu fondasi yang kokoh untuk tanah air kita yang dicintai: Indonesia.
- Saya telah relakan diriku sebagai korban dengan penuh keikhlasan memenuhi kewajiban buat masyarakat kini dan yang akan dating. Saya penuh percaya bahwa berkorban untuk tanah air mendekati pengenalan kepada Tuhan yang Maha Esa.
- Jika jatuh sembilan kali, bangunlah sepuluh kali. Jika tidak bisa bangun berusahalah untuk duduk dan berserah kepada Tuhan.
Di luar sel, dunia sedang berubah. Secara sepihak, Belanda mengkhianati perjanjian Renville dan menduduki Yogyakarta. Tapi dukungan dari dunia memaksa Belanda kembali ke meja perundingan, yang kemudian dipimpin oleh Dr Roem dan Van Roijen. Belanda dipaksa mengakui kedaulatan Indonesia, yang dijadwalkan akan dilakukan pada akhir tahun 1949.
Namun di Makassar, perundingan yang sudah mencapai final itu tidak menyurutkan niat pembesar Belanda untuk membunuh Bote. Pada 5 September 1949, Bote dihadapkan pada regu tembak. Ia menolak ditutup matanya. “Dengan hati dan mata terbuka, aku ingin melihat peluru penjajah menembus dadaku. ” Lalu ia memekikkan “Merdeka!” dan delapan butir peluru dimuntahkan ke tubuhnya: dada kiri, dada kanan, ketiak, pelipis, pusar.
24 tahun ia waktu itu. Namun semangatnya tak pernah dapat dimatikan.
(konon) Jika jatuh sembilan kali, bangunlah sepuluh kali. Jika tidak bisa bangun berusahalah untuk duduk dan berserah kepada Tuhan. (/konon)
Whoaaa … *salut lagi* Tulis ttg pejuang lainnya lg dong. :D Perjuangan apapunlah, yg penting ada berjuangnya. Hidup Juang! Trimakasih .. Trimakasih ..
wah gak nyangka ternyata Koen pengagum sejarah juga.
Btw, sampai sekarang gua gak pernah liat foto asli Mongonsidi, ada tidak ?
Oh ya, mungkin bagus Koen kalau ada blog yang membuat profile tokoh atau sejarawan Indonesia, jadi modelnya “alternatif” dan bisa memuat semuanya , misalnya tokoh seperti Tan Malaka atau Semaoen yg gak mungkin dijadikan pahlawan di Indonesia, dibikinkan profilenya yg independen. Sudah ada sich tulisan ttg mereka di wikipedia, tapi kalau ada blogsnya lagi mungkin lebih keren
Wow.. masih ada yang ingat dengan Robert Wolter Mongosidi.
Eh.. Aku baru tahu kalau beliau punya nama panggilan Bote
yang terkenal dari monginsidi memang memoir2 terakhirnya, tapi sayangnya buat kita yang beda 50 tahun dengan the real hero seperti mongonsidi ini, kenapa ya gak ada video asli yg memperlihatkan perang kemerdekaan ? kalau film jerman dan jepang WW II kan banyak banget tuh.
Ada yang tahu gak siapa tau ada di museum belanda di leiden ?
Aku pikir sih yang penting bukan sejarahnya, tapi keteladanannya yang mudah2an bisa menggugah nurani kita, sebelum ikut lapuk.
Dear..
Emang Bote, bisa jdi contoh buat anak muda sekarang. Biar di bujuk apapun oleh sesuat yang berharga, tapi keyakinan pribadinya dia tetep pertahankan. Bukan soal keyakinan semata saja.
Tapi keyakinan akan hidupnya, bahkan nyawanya sendiri.. Tidak ada yang termulai memberihkan nyawanya utnuk orang lain. Sepatutnya, bangsa ini bercermin pada seorang Bote.
Bahkan dia menghargai salah seorang penembak ketika dia akan dieksekusi. Ketika prajurit Belanda itu ingin menutup matanya seorti biasa ketika orang pelaksanaan eksekusi tembak. Dia berkata “tidak usah,” dan tentara belanda itu tergugah ketika Bote berkata “laksanakan perintahmu”..ya tentara Belanda itu meneteskan ait mata memohon maaf. Sekali lagi Bote berkata “ayo laksanakan perintah atasanmu”..
Itu suatu pengampunan.
Patut diteladani.
Ok sobat
Pertama g kenal Robert Wolter Monginsidi waktu g SD lewat Filmnya yang dibintagin Roy Martin n Yang g inget sampe sekarang n memberi pengaruh besar dalam hidup g adalah tulisan yang ia tulis dalam secarik kertas sebelum dihukum mati “SETIA HINGGA AKHIR DIDALAM KEYAKINAN”