BTW, agama bukan sepenuhnya soal sains. Ada hukum dan presedens, ada politik dan
kompromi yang semuanya sah dalam membentuk masyarakat. Kita bukan orang sekuler
yang memisahkan agama dari kemasyarakatan. Agama bukan semuanya ada di wilayah
pribadi dan kelompok.

Trus … ada lagi yang namanya persatuan.

Persatuan, huh #@#*!&%&#@!.

Semua orang menyebut soal ini, tapi semua orang sibuk melecehkannya. Persatuan ok,
selama tidak mengorbankan ego masing-masing (ego = pendapat, visi, madzhab). Itu
bukan persatuan — itu egosentrisme. Itu yang bikin orang Islam nggak mampu
bersaing di sains, di politik, di hukum dan di tawuran fisik.

Itu yang bikin ulama Islam masa kini berkelas kacangan dibanding ulama pendiri
madzhab, yang mau saling mendengar, saling mengalah, saling mengikuti, untuk
hal-hal yang lebih esensial. Karena persatuan selalu berarti ada yang
mengorbankan sesuatu yang dianggap kita benar demi sesuatu yang dianggap orang lain
benar, karena kita tahu sebenar apa pun kita, kita bisa selalu salah.

Jadi, kayaknya aku masih puasa tanggal 5, dan shalat Id tanggal 6. Aku nggak merasa
berdosa berpuasa di hari yang aku yakini sebagai 1 Syawal, tapi dianggap orang lain
sebagai 30 Ramadhan. Sekedar membuktikan bahwa kita sebenernya bisa mengikuti
pendapat orang lain, dan bisa hidup damai dengan cara itu.

Tinggal sekarang menunggu para pemimpin umat. Apakah benar mereka punya mental
pemimpin. Atau justru penyesat yang mengagungkan egosentrisme. Aku mau menilai
mereka hari-hari ini.