Bagian depan Kandatel Bandung memiliki tiga pintu depan. Satu pintu
utama yang tidak menyolok. Satu lagi pintu Pusyantel. Dan di antara
keduanya, adalah Masjid An-Nuur, yang tertanam di tengah-tengah gedung
Kandatel. Sebelum ada masjid ini, karyawan shalat di ruang masing-masing,
atau pojok-pojok ruang yang dijadikan mushola. Hanya di hari Jumat,
aula di lantai atas Gedung C dijadikan ruang shalat Jumat yang kekurangan
ventilasi — panas sekali. Waktu Ariawest berencana merenovasi Gedung C
untuk menempatkan sebagian kantor di sana, Pak Saleh mengusulkan untuk
membuat masjid permanen, dan tempatnya nggak tanggung-tanggung: di bagian
depan kantor. Dan bukan Pak Saleh kalau usulnya nggak pakai keras kepala.
Dana diambil dari swadaya maupun biaya pembinaan SDM. Lantai dan dinding
dilapis kayu. Dilengkapi AC dan sound system sampai CCTV. Dan kadang kita
bisa lihat Pak Saleh jadi pengawas pembangunan di tempat (memang sebelahan
dengan kantor beliau). Pooling dibuat untuk menentukan nama masjid. Pakai
kertas, bukan pakai web. Waktu akhirnya masjid jadi, diumumkan bahwa semua
mushola dibubarkan, dan karyawan dianjurkan shalat di masjid.

Bulan Ramadhan gini, di tahun-tahun sebelumnya, Masjid An-Nuur selalu punya
acara kuliah untuk mengisi waktu istirahat. Tepat waktu istirahat, kuliah
diawali dengan shalat Dhuhur, dan diikuti ceramah dan tanya jawab sampai
saat masuk kantor.